Apakah
Indikator
Keberhasilan Jemaat dan seorang Pelayan….?
1
Tesalonika 2:1-8 merupakan apologia Paulus atas serangan dari pihak-pihak yang tidak senang
terhadap pelayanan pemberitaan Paulus. Pertama,
adanya tuduhan bahwa Paulus telah memberitakan ajaran palsu tentang kedatangan
Mesias yang kedua kali dan dianggap telah melanggar ketetapan-ketetapan Kaisar (Kis. 17:7). Kelompok
berpendapat kemungkinan perlawanan ini berasal dari orang-orang Yahudi terutama
kaum Saduki karena mereka tidak mempercayai kedatangan Mesias yang kedua kali dan kebangkitan orang mati bahkan
dalam 1 Tes. 2:14-16 Paulus mengecam orang-orang Yahudi. Kedua, adanya anggapan bahwa Paulus mempunyai motivasi yang
tidak murni dalam pemberitaan Injilnya (1 Tes 2:3).
Paulus yang telah
mengalami kasih Allah yang besar menggerakkannya untuk pergi memberitakan
keselamatan dari Tuhan bagi dunia (Kis.9:15) . Sehingga Paulus menyatakan “celakalah aku, jika aku tidak memberitakan
Injil” (1 Kor. 9:16).
Paulus
menekankan bahwa pelayanannya bukan berdasarkan tipu daya manusia maupun untuk
mencari pujian dari manusia, namun karena Tuhan mempercayakan dan menolong
Paulus memberitakan Injil. Maka keberhasilan pekabaran Injil semata-mata adalah
karena pertolongan Tuhan dan juga semangat kasih Allah yang tertanam dalam
dirinya, sehingga segala bentuk rintangan dan tantangan yang dihadapinya dalam
pekabaran Injil dapat dilalui.
Dasar pekabaran Injil
yang boleh diterangkan oleh Paulus ini adalah supaya pelayanan yang telah
tertanam pada jemaat Tesalonika tidak rusak akibat tuduhan-tuduhan orang Yahudi
yang iri tentang dirinya yang menyatakan ajarannya adalah suatu tipu
daya, kebohongan dan juga memberikan ajaran dengan maksud lain.
Maka Paulus
mengungkapkan sikapnya, yaitu motivasi
dalam dirinya untuk memberitakan Injil seperti perbuatan “seorang ibu
mengawasi dan merawati anaknya” (ay. 7). Bagaimana seorang ibu yang
mengasihi anaknya akan mencurahkan kasih sayang dengan ketulusan dan kemurnian
yang akan mengarahkan dan mendidik anaknya kejalan yang benar.
Motivasi
memberitakan Injil
tidak lahir dari keinginan untuk menyukakan
hati manusia, tetapi hanyalah untuk menyukakan
hati Allah. Hal ini terjadi karena panggilan iman kepada Kristus untuk
menjadi saksi keselamatan Tuhan, yakni memberitakan
Injil yang lahir dari kesaksian akan apa yang dilihat dan dialami bersama
Tuhan, maka itu jugalah yang akan diberitakan. Seperti pengutusan Tuhan Yesus “pergilah
keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk” (Mrk. 16:15),
maka tugas pemberitaan Injil menjadi panggilan iman, sebab para muridNya telah
menjadi “saksi dari semuanya itu” (Luk. 24:48).
Pengalaman
iman bersama Tuhan
yang akan mendorong kita untuk mampu menjadi pelayan dan jemaat yang missioner. Jika seseorang tidak dapat menyadari dan
mengakui kasih Tuhan dalam hidupnya, bagaimana mungkin dia mampu menyatakan
kasih Tuhan kepada sesamanya? Maka
dalam nas ini, Paulus ingin menyatakan bahwa kelayakannya memberitakan Injil lahir dari responnya atas kasih Tuhan
yang telah dinyatakan atas hidupnya. Sehingga yang dilakukannya hanyalah untuk
menyukakan hati Allah sebagaimana dia telah menjadi saksi akan kasih Allah yang
besar. Motivasi pelayanan Paulus ini mengingatkan kita akan panggilan Tuhan
bagi umatNya untuk menjadi saksi-saksiNya di dunia. Sebagai seorang yang telah
merasakan kasih Allah yang besar, maka selayaknyalah kita bersaksi akan kasih
yang telah kita terima dari Tuhan.
Paulus
memperlihatkan kuasa
kasih Allah telah mengubah pandangan
hidupnya, bahwa pemberitaan Injil yang dilakukannya adalah wujud dari respon kasih Allah yang
dicurahkan atas hidupnya. Maka kesadaran kita akan kasih Allah pastinya akan
mengubah cara pandang hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan. Kita akan seperti
pohon di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya (Mzm. 1:1-6),
bahwa kita memuliakan Tuhan karena kasih Tuhan itu mengaliri kehidupan kita.
Sebagai
pelayan maupun
orang-orang yang percaya kepada Kristus bukan sedang mencari dan berbuat
sesuatu yang akan binasa, tetapi untuk
berbuat untuk hal yang kekal. Seperti yang dikatakan oleh Paulus “Jadi
bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah
kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada
manusia, maka aku bukanlah hamba
Kristus” (Gal. 1:10). Maka setiap pelayanan, kasih dan keramahan yang
kita lakukan adalah buah keselamatan yang telah dinyatakan Allah atas hidup
kita, dan bukan karena niat yang lahir dari kehendak dan keinginan daging kita.
Dalam memberitakan
Injil, Paulus mendapat banyak sekali tantangan dari pihak luar. 1 Tesalonika 2:1-8 Paulus memaparkan
pembelaannya terhadap tuduhan-tuduhan dari pihak yang tidak senang dengan
pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus. Baik tuduhan bahwa Paulus
memberitakan kebohongan maupun mementingkan diri sendiri (mencari keuntungan
pribadi). Namun tuduhan itu bisa menjadi
positif apabila kita gunakan sebagai bahan evalusai terhadap pelayanan kita. 1. Apakah yang kita beritakan
atau sampaikan merupakan hal yang benar dan sesuai dengan Alkitab? 2. Apakah dalam pelayanan kita kepentingan pribadi menjadi yang utama? 3. Sudah murnikah motivasi kita dalam
melayani?
Perikop ini mengajak
kita memeriksa pelayanan kita selama ini. Pelayanan yang benar dan murni pasti memberikan dampak positif terhadap jemaat
yang dilayani. Paulus memberikan teladan
dalam melayani Tuhan. Ia tidak mencari keuntungan pribadi dan selalu
berusaha memberitakan kebenaran Injil kepada jemaat. Seorang pelayan tidak
harus seorang yang istimewa tetapi seorang yang melayani sepenuh hati bahkan
rela memberikan nyawanya bagi pelayanan Tuhan. Amen RHLT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar