Ada
sebuah lagu mengungkapkan “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada
seribu hari di tempat lain (Mzm 84:11) menunjukkan bagaimana kerinduan dan
keyakinan pemasmur dekat bersama Allah. Keyakinan ini dinyatakan karena
pengalaman bersama dengan Allah senantiasa lebih baik dari pada bersama atau
ditempat lain. Pengharapan seperti ini tentu didasari keyakinan bersama dengan
Allah senantiasa mendapatkan sukacita dan damai sejahtera.
Demikian
halnya didalam kehidupan kita sekarang ini, ditengah kehidupan jaman yang
semakin canggih, ditengah tawaran-tawaran dunia yang semakin hebat menawarkan
segalanya bagi kita, sering sekali kita diperhadapkan dengan pilihan mana yang
harus kita ambil. Ikut bersama dengan Tuhan atau bersama dengan dunia ini.
Situasi ini semakin sulit ketika ikut dalam Tuhan sering sekali kita belum
mendapatkan seperti yang kita inginkan, sementara kita menyaksikan ada pula
orang yang ikut dunia ini terlihat semakin baik dan sukses di dalam
kehidupannya, sementara orang yang setia mengikuti Allah seolah tidak baik dan
selalu gagal bahkan banyak sekali tantangan yang harus dihadapinya. Semuanya
ini dapat membuat tertekanya jiwa kita serta gelisah di dalam diri kita (Mzm
42:6).
Mengapa
Engkau Tertekan, hai Jiwaku?
1.
Seorang anak yang dibawa ibunya ke suatu acara, berdiri, meski dia mempunyai
kursi untuk duduk. Ibunya memintanya untuk duduk. Anak itu duduk, tapi tidak
berapa lama kemudian dia kembali berdiri. Dan hal ini berulang beberapa kali,
sampai ibunya marah dan menekan kepada anaknya untuk menyuruhnya duduk. Lalu
anak itu berkata, ‘ibu menyuruh aku duduk, tapi dalam diriku aku sedang
berdiri!’
2.
Illustrasi ini menggambarkan betapa sering kita ditekan, dipaksa untuk
melakukan yang tidak kita inginkan. Kita ingin mengatakan kebenaran, tapi
sistim melarang, budaya melarang, etika melarang, sehingga kita merasa
tertekan, karena suara kita tidak dapat keluar. Ketika suatu hari kita berbeda
dari kelmpok kta, maka kita akan dikucilkan, dianggap merusak komunitas dan hal
sering membuat kita menjadi bingung untuk menentukan sikap.
3. Pemazmur, dalam perikope ini (termasuk dalam pasal 42), merasakan tekanan karena dikucilkan dari kelompoknya ketika dia menyatakan kebenaran. Di tengah masyarakat kafir, dia menjadi bahan olok-olok karena imannya. Dia merasa sendiri dan jauh dari omunitas dan Tuhannya. Maka dia berteriak melampiaskan kerinduannya akan pertolongan Tuhan karena dia rindu untuk pulang ke baitNya, bertemu dengan Tuhan.
4. Kesadaran bahwa hidup kita hanya aman bersama Tuhan membuat Pemazmur memasrahkan dirinya pada kehendak Tuhan. Ketika musuh (Orang yang tidak saleh, penipu dan orang curang) mengepung, tidak ada yang bisa kita andalkan untuk membela diri, maka pemazmur berharap supaya Tuhan menjadi pengacaranya, membela dan memberi keadilan baginya. Itu yang dikatakan seorang anak pada ibunya, yang haknya sebagai anak perempuan dalam keluarga besarnya diabaikan. Keponakan ibu itu mengambil tanah yang diberikan ayahnya padanya karena dia perempuan dan tidak berhak atas marga ayahnya. Ketika ibu itu akan memperkarakan ketidakadilan itu, putrinya berkata: ‘Tuhanlah pembelamu, jangan andalkan hakim di bumi ini, sebab dia tidak akan membelamu di tengah masyarakat Batak yang kuat dengan adat dan garis keturunan ayah’.
3. Pemazmur, dalam perikope ini (termasuk dalam pasal 42), merasakan tekanan karena dikucilkan dari kelompoknya ketika dia menyatakan kebenaran. Di tengah masyarakat kafir, dia menjadi bahan olok-olok karena imannya. Dia merasa sendiri dan jauh dari omunitas dan Tuhannya. Maka dia berteriak melampiaskan kerinduannya akan pertolongan Tuhan karena dia rindu untuk pulang ke baitNya, bertemu dengan Tuhan.
4. Kesadaran bahwa hidup kita hanya aman bersama Tuhan membuat Pemazmur memasrahkan dirinya pada kehendak Tuhan. Ketika musuh (Orang yang tidak saleh, penipu dan orang curang) mengepung, tidak ada yang bisa kita andalkan untuk membela diri, maka pemazmur berharap supaya Tuhan menjadi pengacaranya, membela dan memberi keadilan baginya. Itu yang dikatakan seorang anak pada ibunya, yang haknya sebagai anak perempuan dalam keluarga besarnya diabaikan. Keponakan ibu itu mengambil tanah yang diberikan ayahnya padanya karena dia perempuan dan tidak berhak atas marga ayahnya. Ketika ibu itu akan memperkarakan ketidakadilan itu, putrinya berkata: ‘Tuhanlah pembelamu, jangan andalkan hakim di bumi ini, sebab dia tidak akan membelamu di tengah masyarakat Batak yang kuat dengan adat dan garis keturunan ayah’.
5.
Tuhanlah kekuatan , yang memberi kekuatan di atas kelemahan kita. Tanah,
warisan tidak akan membuat jiwa kita bergembira, sebalikny penderitaan sering
membuat kita menderita karena hak kita dirampas. Kalau Tuhan kekuatan kita,
kitapun akan dikuatkan. Itu berarti kita akan keluar dari ketertakanan jiwa
hanya karena ketidakbenaran yang dikatakan orang pada kita. Apakah orang
mengatakan kita curang, sombong, sok suci, sok pintar atau sok lainnya, kita
tidak akan tertekan dengan olok-olok itu karena kita yang tahu siapa kita dalam
diri kita. Struktur boleh menyuruh kita diam, tapi kita dalam diri kita akan
terus berteriak bahwa kita tidak setuju pada ketidakbenaran.
6.
Perikope ini sangat penting untuk meneruskan ketegaran kita dalam iman agar
tetap setia, tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin, bahkan di tengah
penderitaan sekalipun, kita setia dalam iman kita padaNya. Kita tidak terimbas
dengan karakter dunia ini, karena kita telah dibangun dalam karakter kristus
yang tegar dan kuat dalam penderitaan. Yang konsisten dalam perjalanan
salibNya.
7.
Apakah kita perlu berkabung karena penderitaan yang dibebankan orang di atas
kita? Sejauh kita mengingat bahwa hidup kita adalah pertolongan Tuhan belaka,
tentu kita akan keluar dari penderitaan itu. Meskipun dia dulu kelompok kita,
tapi karena kita keluar karena berbeda pemahaman tentang keyakinan dengan
kelompok tersebut, dan mereka mengucilkan kita, mengolok-olok kita, tapi
pemazmur berkata: mengapa engkau berkabung, mengapa engkau tertekan hai jiwaku?
Pemazmur hendak menegaskan, bahwa perkabungan itu tidak perlu, sebab Allah lah
kekuatan kita, yang akan menyuruh terang dan kesetiaanNya datang untuk menuntun
kita masuk ke gunungNya yang Kudus.
8.
Ay 3, menegaskan bahwa Allah selalu membawa kita pada jalan-jalanNya, sehinggga
kita tidak terkontaminasi dengan jalan-jalan orang curang, penipu dan umat yang
tidak saleh tersebut. Tuhan memagari kita dari impitan dukacita supaya kita
boleh memuji Tuhan di rumahNya yang kudus. Itu berarti kebaikan Tuhan akan
selalu menolong kita untuk bertahan dalam kesetian. Kita akan membangun diri
dengan menatalitas seorang pemenang. Kita tidak akan dikalahkan musuh, meskipun
dia merancang pedang untuk memusnahkan kita, karena Allah lah yang ahli membuat
dan memusnahkan pedang. Kita tidak kalah oleh penderitaan yang kita alami,
karena Yesus pun megalami penderitaan di kayu Salib (I Petrus 2, 21-25 :epistel
minggu). Nabi Yeremia (11,20); mengatakan bahwa dia mau melihat pembalasan Tuhan
atas bangsa yang jahat itu, maka dia tidak memusingkan perkaranya lagi, tapi
dia menyerahkan perkaranya pada Tuhan.
9.
Bila kita telah menyerahkan perkara kita pada Tuhan, kita akan selalu menang,
seperti seorang yang di PHK, ketika dia akan bertemu dengan Pendetanya, pendeta
itu berkata, bahwa dia akan melihat jemaatnya yang marah, sedih karena
kehilangan pekerjaan. Tapi tahukah apa yang terjadi? Ketika pendeta itu bertemu
dengan jemaatnya, dia melihat wajah yang tersenyum dan berkata, ‘saya sudah tidak
sabar menanti apa yang akan diperlihatkan Tuhan kepadaku esok’. Sungguh, dia
mempunyai mentalitas seorang pemenang. Dia tidak menyesali perusahaan yang
mengeluarkannya, dia tidak menyesali Tuhan karena kehilangan pekerjaan, tapi
dia sedang menanti pertolongan Tuhan dan apa yang sudah Tuhan rancang untuk
masa depannya (Yer 29,11).
10.
Menanti pertolongan Tuhan membawa kita masuk ke rumahNya yang kudus akan
menegarkan kita di tengah persoalan hidup penderitaan tidak akan membuat kita
menjadi tertekan sebab kita tahu bahwa Tuhan lah penolong kita, Dia akan
membawa kita ke gunung yang kudus, masuk ke rumahNya yang kudus untuk memuji
dan bersukacita dalam kasih setiaNya.
11. Meskipun kita merasa jau dari Tuhan, tapi Dia tidak jauh dari kita, sebab kasih setia Tuhan mengelilingi kita dan mengkuti kita seumur hidupku! Amin
11. Meskipun kita merasa jau dari Tuhan, tapi Dia tidak jauh dari kita, sebab kasih setia Tuhan mengelilingi kita dan mengkuti kita seumur hidupku! Amin
Diambil
dari Berbagai sumber.