Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Selasa, 12 Maret 2013
Khotbah Keb. R. Tangga 21 Maret 2013 Yakobus 5:7-11 "Bersabar dalam Penderitaan"
Pengantar:
Sampai kapan kita harus bersabar menghapi penderitaan dan pencobaan? Jawabnya, Sampai hari kedatangan Tuhan (ay.7). Kedatangan Tuhan mengandung pengharapan. Pengharapan di mana seluruh pergumulan dan penderitaan akan selesai dan mereka akan merima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah bagi mereka yang tahan uji (Yak. 1:12). Masalahnya, menunggu hari kedatangan Tuhan adalah sebuah proses yang panjang (2 Petrus 3), bahkan waktu tersebut tidak terprediksi karena hari Tuhan datang seperti pencuri pada waktu malam (1 Tes. 5:2, 2 Pet. 3:10). Oleh karena itu Yakobus perlu memberikan pembacanya teladan kesabaran dari kehidupan sehari-hari.
Dalam penderitaan, kita sering mempunyai sikap-sikap yang salah, seperti: menjadi marah, lemah imannya, bersungut-sungut, berhenti ikut Tuhan / menjauhi Tuhan, lari ke dalam dosa, Khotbah:
Karena setiap orang kristen pasti mengalami penderitaan, maka adalah sesuatu yang penting bagi kita untuk belajar tentang sikap yang benar dalam mengalami penderitaan.
Sikap yang benar dalam menghadapi penderitaan.
1) Sabar (ay 7,8,10).
a) Sabar berarti tidak membalas dendam / tidak marah.
Ingat bahwa penderitaan mereka disebabkan oleh penindasan orang-orang kaya (Yak 5:4,6). Jadi, bisa saja mereka menja¬di marah dan ingin membalas dendam. Tetapi Yakobus mengata¬kan mereka harus sabar.
b) Sabar dalam penderitaan, juga berarti bahwa kita tidak bersungut-sungut dalam menghadapi penderitaan, kita syukuri apa yg kita miliki.
c) Sabar juga berarti tidak iri hati melihat nasib orang lain yang tidak mengalami penderitaan seperti kita.
d) Sabar juga berarti bahwa kita tunduk / berserah sepenuhnya pada kehendak Allah, dan tidak memberontak / marah kepada Allah, pada waktu kita mengalami penderitaan.
2) Meneguhkan hati (ay 8).
kuatkanlah hatimu. berdirilah teguh, teguhkanlah hatimu
.Dalam Kel 17:12, kata-kata ‘tidak bergerak’ (yang menunjuk pada tangan Musa yang ditopang oleh Harun dan Hur), diterje¬mahkan ke bahasa Yunani. menggunakan kata Yunani yang sama dengan yang diterjemahkan ‘meneguhkan’ dalam Yak 5:8 ini.
Jadi, dalam menghadapi penderitaan, iman maupun perasaan terhadap Tuhan tidak boleh naik turun / berubah-ubah.
3) Jangan bersungut-sungut satu terhadap yang lain (ay 9).
(= janganlah mengeluh satu kepada yang lain / menentang satu sama lain).
Ini bisa berarti bahwa kita tidak boleh:
a) Saling menyalahkan.
Kalau satu keluarga mengalami penderitaan, maka seringkali mereka saling menyalahkan satu sama lain, sehingga justru memperberat penderitaan, dan memperkecil kekuatan mereka dalam menghadapi penderitaan.
b) Bersungut-sungut kepada orang kristen yang lain dan menga¬takan bahwa Allah tidak adil / kasih.
Ingat bahwa kita memang boleh untuk sharing tentang penderitaan yang kita alami, tetapi tidak boleh dengan nada menyalahkan Allah / mengecam Allah!
c) Bersungut-sungut tentang orang kristen yang lain.
d) Bersungut-sungut kepada Tuhan dan meminta Tuhan membalaskan dendamnya. Kita boleh saja menceritakan kepada Tuhan tentang segala penderitaan kita dan bahkan tentang orang-orang yang mem¬buat kita menderita, tetapi jangan dengan hati yang menginginkan balas dendam!
e) Bersungut-sungut karena orang kristen yang lain lebih baik nasibnya.
4) Bertekun (ay 11).
Banyak orang seperti ‘tanah berbatu’ (Mat 13:5,6,20,21). Pada waktu mengalami penderitaan, mereka murtad.
Yakobus menyuruh bertekun, artinya tidak putus asa, tetapi sebaliknya terus ikut Tuhan sekalipun mengalami penderitaan. Bertahan dalam pencobaan pada dirinya sendiri adalah berkat dari pada Tuhan. Jadi orang Kristen yang bergumul dalam penderitaan tidak boleh hanya memiliki pengharapan akan sesuatu yang akan diterima diakhir tetapi juga melihat bahwa penderitaan itu sendiri menghasilkan ketekunan dan kedewasaan. Tetapi sebaliknya orang Kristen tidak boleh juga mengabaikan apa yang Allah janjikan bagi mereka yang teguh berdiri hingga akhir.
Sebab hanya mereka yang telah bertahan sampai akhir bisa disebut “berbahagia.” Sehingga para nabi yang telah meninggal, termasuk Ayub, dan orang- orang Kristen yang setia di masa lalu harus disebut sebagai “orang yang berbahagia/ diberkati.” Secara sederhana Yakobus ingin mengatakan “mereka yang bertekun sampai akhir tidak akan kehilangan upah mereka,” dan Allah telah membuktikan-nya kepada para nabiNya dan Ayub. Sebagai contoh orang yang sabar dalam penderitaan Ayub dan memiliki banyak catatan kepahitan kepada Allah (Ayub 7:11–16; 10:18; 23:2; 30:20–23)
Karena itu, kita juga haruslah bersabar ketika hadapi penderitaan dan pergumulan hidup. Banyak hal menjadi penyebab setiap derita yang kita alami, misalnya: dihianati orang; difitnah; perlakuan tidak adil; kekerasan dalam rumah tangga; perselingkuhan; dll. Apapun alasan penderitaan itu, kita harus bersabar. Upaya untuk bersabar, tidak berarti bahwa kita hanya diam saja menerima semua hal itu. Kita perlu berupaya dan berjuang, seperti petani sabar menunggu hasil panen sambil memupuk dan bekerja, walaupun dia belum tau hasilnya. Demikian juga dengan kita. Kita perlu mengupayan dengan sabar untuk keluar dari pergumulan hidup sambil berpengharapan dan mengupayakan cara untuk menyelesaikan persoalan dan derita itu. Amen RHLT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar