Pengantar:
Perumpamaan ini adalah
salah satu perumpamaan yang paling dikenal dalam Alkitab karena sering
diajarkan atau dikhotbahkan. Tampaknya perumpamaan ini tidak membutuhkan
terlalu banyak penafsiran karena Yesus sendiri sudah menjelaskan maknanya
kepada para murid. Tapi walaupun perumpamaan ini cukup mudah dipahami,
perumpamaan ini tetap harus diperhatikan. "Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar, mengerti dan berbuah!"
Secara umum kita pasti
sudah mengetahui bahwa tempat terbaik untuk menanam benih itu adalah di tanah
yang baik dan subur bukan di jalan, bebatuan maupun di semak duri. Seperti perumpamaan
Tuhan Yesus tentang seorang penabur, bahwa Firman Allah itu diumpamakan seperti
benih yang membutuhkan tanah yang baik dalam perkembangannya. Dengan harapan
bahwa benih itu nantinya akan bertumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang
banyak.
Hal
ini menjadi perenungan bagi kita, ketika Firman Tuhan diberitakan haruslah kita
bertanya pada diri, dimana posisi kita dalam mendengar Firman Tuhan? Di pinggir
jalan, di bebatuan, di semak duri atau di tanah yang baik? Sebab Firman Tuhan
hanya akan tumbuh dan berbuah di tanah yang baik. Seperti halnya tanah yang
baik yang sudah siap menerima benih untuk di tanamkan padanya, demikianlah kita
dalam mendengar Firman Tuhan bahwa dari dalam diri kita ada kesiapan menerima
pertumbuhan Firman Tuhan dan yang akan menghasilkan buah.
Keterangan:
Sdr/i Yang dikasihi
Tuhan Yesus.! Bagi yang akrab dengan dunia pertanian
tentu mudah memahami perumpamaan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil pada
ibadah Minggu ini. Kita juga dapat mengerti bahwa memang ada tanah yang menjadi
jalan untuk menuju tanah garapan, ada tanah yang dipenuhi oleh semak karena
tidak terawat, ada tanah yang bercampur bebatuan, serta ada tanah yang memang
telah disiapkan dengan baik. Kita tentu juga dapat mengerti, karena itu memang
bisa terjadi, benih yang kita bawa ’kececer’ (jatuh secara tidak disengaja dan
tidak diketahui). Benih yang kececer itu dapat di jalan, yang juga dilewati
oleh unggas yang kemudian memakannya, di tanah yang berbatu, di semak dan
akhirnya ditabur di tanah yang digarap dengan baik. Dan kita tahu bahwa benih
yang tumbuh di tanah yang telah dipersiapkan dengan baik, akan menghasilkan panen yang baik. Dengan dasar pemahaman yang
dekat dengan hidup, kita melihat dua faktor dalam perumpamaan yaitu benih dan tanah.
Pertama, benih yang tertabur di tanah yang
berbatu dan bersemak duri tetap dapat tumbuh. Hal itu berarti benih yang
ditabur itu adalah benih yang berkualitas baik, yang mampu tumbuh dalam kondisi
apapun. Yesus menyatakan bahwa benih itu adalah firman Tuhan tentang Kerajaan
Allah. Kita yakin bahwa dalam setiap firman Tuhan selalu ada kehendak baik dari
Tuhan bagi kita, saudara dan saya. Itulah benih yang berkualitas baik dan dapat
tumbuh dalam segala kondisi tadi.
Kedua, macam-macam tanah menggambarkan
kondisi hati dan hidup kita. Hati dan hidup kita bisa seperti jalan tanah.
Firman Tuhan yang kita terima dengan cepat hilang, bak ungkapan ’masuk telinga
kiri keluar telinga kanan’, tidak ada kesediaan untuk mendengar mengerti, menghayati dan melakukannya. Hati dan
hidup kita bisa seperti tanah yang tipis di atas batu. Kita bersukacita
menerima firman Tuhan, tetapi tidak tahan uji ketika diperhadapkan dengan kondisi
riil kehidupan yang menghimpit kita. Hati dan hidup kita juga bisa seperti
tanah yang dipenuhi semak duri, dipenuhi ambisi dan keegoisan karena
kekuatiran hidup, sehingga kita hanya melihat kepentingan kita dan melalaikan
firman yang mengajar kita untuk berlaku sebaliknya. Namun kita juga bisa
seperti tanah yang baik, yang dapat membuat benih tumbuh dengan baik dan
menghasilkan buah, yang dapat terjadi apabila kita setia menjadi pendengar dan
pelaku firman. Benih yang baik akan tumbuh di segala kondisi tanah, tetapi
untuk menghasilkan buah atau panen yang baik ia harus tumbuh di tanah yang baik
pula.
Yang menjadi
pertanyaan bagi kita adalah seperti jenis tanah apakah hati dan hidup kita
saat ini? Kalau kita ditanya, hati dan hidup kita ingin seperti tanah
yang macam apa, tentu kita semua akan menjawab menjadi seperti tanah yang baik.
Namun jika ditanyakan jenis tanah yang mana yang sesuai dengan hati dan
hidup kita saat ini,kita akan memberi jawaban yang bermacam-macam. Bisa jadi
kita seperti tanah yang menjadi jalan, seperti tanah yang berbatu, tanah yang
penuh semak, atau, puji Tuhan, kalau sudah seperti tanah yang baik.
Apa yang dikehendaki
oleh Tuhan atas hati dan hidup kita, pastilah bahwa kita menjadi seperti tanah
yang subur, yang membuat benih menjadi tumbuh dengan baik dan menghasilkan
buah. Mengapa Tuhan menghendaki kita menjadi tanah yang subur? Hal ini sesuai
dengan visi Kerajaan Allah itu sendiri, yaitu pemulihan seluruh ciptaan ke
dalam keadaan damai sejahtera. Dengan menjadi tanah yang subur berarti kita
telah hidup di dalam Kerajaan Allah dan kebenarannya. Dengan menjadi tanah yang
subur itu kita berarti menjadikan firman Tuhan itu nyata dan dapat dirasakan
oleh kehidupan.
Bagaimana supaya kita
menjadi tanah yang subur? Ya seperti tanah pada umumnya; tanah yang subur
adalah:
1. - Bersih
dari kotoran-kotoran, bibit penyakit, bebatuan, semak-semak. Artinya hati dan
hidup kita:
- Kudus
/ hidup dalam kekudusan
- Bersih
dari segala nafsu,
- Memiliki
hati yang bersih seperti seorang anak kecil
2. Mengandung
air dan unsur hara yang cukup untuk kebutuhan hidup tanaman. Supaya memiliki
kandungan-kandungan seperti itu, maka tanah perlu perlakuan, seperti disiram,
dipupuk, dicangkul. Siapa yang melakukan, ya pemilik tanah itu. Siapa pemilik
tanah itu, Ia adalah Tuhan sendiri. Oleh sebab itu sebagai tanah kita harus mau
dicangkul disiram dan dipupuk oleh Tuhan. Bagaimana ia memupuk kita, yaitu
melalui Roh Kudus di dalam hati nurani. Artinya kita mau menerima Roh Kudus dan
tuntunanNya
Bagaimana setelah kita
menjadi tanah yang subur, apa yang harus kita lakukan?
1. Tanah
mau menerima benih. Artinya kita mau menerima firman Tuhan
2. Tanah
memberi kehidupan bagi benih. Artinya
- Merenungkan
firman itu / membuat firman itu selalu tinggal dalam hati kita
- Mempercayaai
firman itu dan taat kepadanya
- Menjadikan
firman itu menjadi nyata dengan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari
Yang sering terjadi di
dalam hidup kita: kita bisa mempercayaai banyak hal, tetapi sulit mempercayai
firman Tuhan. Contoh:
- Saat
kita naik bis / taksi; biasanya langsung naik dan duduk & tanpa pernah
menanyakan apakah mobil itu layak jalan, remnya baik, mesinnya baik, sopirnya
punya sim atau tidak, berapa lama ia menjadi sopir, dll.
- Saat
kita lapar dan haus kemudian kita masuk ke rumah makan, kita langsung pesan
makanan dan setelah dihidangkan langsung disantap. Kita tidak pernah bertanya
apakah makanan itu mengandung zat-zat berbahaya / tidak, mengandung bibit
penyakit / tidak, apakah dagingnya mengandung cacing / tidak?
Bapak, ibu dan saudara
yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,
”Kalau saat ini hati
dan hidup kita masih seperti jalan tanah, masih seperti tanah yang berbatu,
seperti tanah yang dipenuhi semak, mari
kita berjuang, mengolah, dan mengubahnya untuk menjadi tanah yang
baik. Kita bersihkan hati dan hidup kita dari segala nafsu dan keinginan yang
tidak baik dan dengarlah Roh Kudus kemudian kita menerima firman itu dengan
sepenuh hati, percaya dan melakukannya. Dengan begitu hidup kita akan mampu
menghasilkan buah yang baik bagi kemuliaan Tuhan dan bagi sesama.”
Selamat mengolah hati
dan hidup, selamat berbuah. Amin. Dari berbagai sumber.
1 komentar:
Bila saatnya menghasilkan buah tentu bayak org yg akan merasakan manisnya buah itu, keluarga, kerabat, Gereja dan semua org .............terima kasih Pendeta atas tulisannya, selamat melayani Soli Deo Gloria.
Posting Komentar