Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Rabu, 05 Desember 2012
"Khotbah Minggu 09 Desember 2012 Maleaki 3: 1-4"
Pengantar:
Kitab Maleakhi ditulis dalam abad ke-5 SM, sesudah Rumah Allah di Yerusalem dibangun kembali. Buku ini terutama dimaksudkan untuk mendorong para imam dan rakyat supaya membaharui kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan TUHAN. Sudah jelas bahwa ada kemerosotan dalam kehidupan dan cara beribadat umat Allah ketika itu. Para imam dan rakyat menipu TUHAN: Mereka tidak memberikan kepada TUHAN apa yang harus mereka persembahkan kepada-Nya dan tidak hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Lewat Nabi Maleakhi dinubuatkan bahwa TUHAN akan datang untuk mengadili dan menyucikan umat-Nya. Ia akan mengirim utusan-Nya untuk menyiapkan jalan dan mewartakan perjanjian TUHAN.
Pada Minggu Advent II ini, kembali kita diingatkan akan makna kedatangan Yesus. Dalam Alkitab kedatangan Yesus Kristus dibagi menjadi 2 fase.
Kedatangan yang sudah terjadi melalui Kelahirannya (Natal) 2000 tahun yang lalu. Dalam kontek ini, Advent berarti mengingatkan kita sehubungan dengan bagaimana memperingati dan mensyukuri peristiwa kedatangan yang pertama, yang sudah terjadi. Penekanan agar persiapan dalam memperingati dan merayakan Natal janganlah factor fisik atau lahiriah lebih diutamakan dari masalah spiritual. Sudah saatnya bukan factor sermonial lebih diutamakan tetapi aksi kasih.
Advent juga berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Pertanyaannya adalah kapan hal itu akan terjadi? Alkitab berkata hanya Bapa yang tahu pasti, tetapi kita tidak, bahkan anak juga tidak tahu (Mat. 24:36). Kita hanya diberi tahu tanda-tanda. Oleh karena itu Advent mengingatkan kita agar mewaspadai hari kedatangan tersebut serta menyikapinya dengan sungguh-sungguh dengan hidup setia dan hidup kudus.
Maleakhi 3:1-4 merupakan nubuatan kedatangan Mesias yakni Yesus Kristus. Nubuatan ini disampaikan atau dibuat pada masa sesudah pembuangan, ketika banyak orang Yahudi telah kembali ke tanah air mereka. Waktu itu terjadi kemerosotan rohani, yaitu ketika agama orang Yahudi telah menjadi formalitas semata, dengan kata lain mereka beribadah tetapi mereka melakukan apa yang jahat dimata Tuhan seperti: mempersembahkan binatang cacat (1:6-14), pengajaran yang tidak benar dari para imam (2:1-9), kawin campur dan perceraian (2:10-16), tidak memberikan persembahan persepuluhan (3:6-12), dosa-dosa lain (3:5,13-14).
Khotbah:
1. Advent kedua merupakan bagian minggu penantian dalam tradisi kalender gereja. Tradisi yang kuat dalam semangat dan pengharapan akan datangnya Mesias Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Anak Allah akan datang untuk menyelamatkan manusia.
2. Dalam masa Perjanjian Lama, semangat Advent ini diperlihatkan dalam episode pembuangan di Babel, yang di dalamnya terdapat kerinduan akan tindakan Allah untuk menyelamatkan mereka. Di awal masa Perjanjian Baru, Adven ini ditandai oleh situasi penjajahan Romawi dan pemerintahan boneka dinasi Herodes yang tidak menghadirkan pemerintahan yang adil. Muncullah pengharapan Messianik yang kuat di kalangan bangsa Israel.
3. Renungan kita Minggu ini sangat relevan jika membandingkan dengan suasana keagamaan dan kehidupan masyarakat saat ini. Dimana kehidupan keberagamaan “yang semarak” ternyata tidak membuat kejahatan semakin berkurang, demikian juga ada kecendrungan melakukan perbuatan tercela seolah bukan lagi sesuatu yang memalukan. Oleh karena itu Firman Tuhan ini kiranya juga menjadi peringatan serius kepada kita. Sebagai umat Tuhan, kita dituntut hidup KPP (hidup Kudus, hidup dalam Penyembahan dan Persembahan). Ungkapan dalam ayat 3 dan 4 mengenai mentahirkan orang Lewi dan persembahan Yehuda dan Yerusalem menyenangkan hati Tuhan mengisiaratkan pentingnya hal tersebut. Yang pasti hihadapan Allah pada kedatangannya yang kedua kali hanya ada dua kelompok, yang sudah bersih dan murni atau tidak. Dan hanya yang murni dan bersihlah yang berkenan kepada Allah.
4. Dalam situasi seperti pembuangan Babel dan penjajahan Romawi, kerinduan akan kehadiran Juru Selamat [Allah yang menyelamatkan], memuncak di tengah pergulatan penderitaan. Harapan itu sedemikian besar dan membuat banyak yang berputus-asa dan ragu.
5. Ketika orang meragu-ragukan, apakah TUHAN masih mengasihi umatNya (1:2) dan berpendapat bahwa tidak ada gunanya beribadah kepada TUHAN karena orang yang berbuat jahat lebih berhasil dari pada orang saleh (3:14-15), bangkitlah seorang Nabi yang disebut “utusanku” (Maleakhi: ibr. Mal’akhi) yang disuruh TUHAN mempersiapkan jalan di hadapanNya (3:1; bndk Yes 40:3, 57:14; 62:10). Utusan TUHAN ini datang karena praktek formalism keagamaan Israel sudah jauh menyimpang dari subsatansinya (para imam sedaang “merusak perjanjian Allah dengan Lewi” Mal.2:4,8 karena mengorbankan binatang cacat, sakit, luka dan pelayanan di Bait Allah dipandang sebagai “susah payah’ dan tidak lagi sebagai kehormatan yang menggembirakan, umat Israelpun sedang menajiskan perjanjian bapa leluhurnya (2:10): mereka kawin dengan wanita yang menyembah dewa-dewa (2:10-15), bersumpah palsu, melanggar hak-hak orang lemah, bukan saja lalai memberikan perpuluhan, tetapi “menipu TUHAN” 3:8-9 ). Karena itu, Israel sangat wajar mendapatkan “pengajaran” dari TUHAN.
6. Orang merasa bahwa TUHAN jauh dan kurang prihatin terhadap nasib mereka, tetapi nabi yakin bahwa dalam perkembangan yang sedang terjadi, TUHAN sendirilah yang akan bertindak dan menyelamatkan, sekaligus mengembalikan seluruh pratek keagamaan pada tempatnya.
7. Mempersiapkan jalan bagiNya. Lalu: Tindakan pertama yang dilakukan oleh TUHAN adalah: datang! Datang ke dunia ini. Utusannya yaitu Nabi Maleakhi ini diperintahkan mempersiapkan jalan untuk kedatangan TUHAN. Banyak para teolog yang merujuk nats ini kepada Yohanes Pembaptis yang merintis jalan bagi Kristus. Jelas sekali seruan pertama Yohanes adalah: pertobatan! Dan ini juga yang sedang terjadi dalam konteks perikop ini, Israel harus bertobat (lih. 3:7 bnd Za 1:4; 8:14 dan Mal. 3:6-12). Mempersiapkan jalan disini adalah: proses memperbaiki diri melalui pertobatan. Minggu-minggu Advent ini kita sudah disibukkan dengan segala pernak-pernik Natal: rutinitas menghias pohon natal, latihan natal dll, inipun cara mempersiapkan jalan bagiNya. Tapi, lebih dari itu, memperbaharui diri, memperbaiki diri, membersihkan diri dalam bungkus pertobatan adalah makna hakiki dari jalan yang akan di lalui Kristus. Mengapa?
8. Siapakah yang masih setia? Menantikan datangnya Tuhan, sungguh membutuhkan kesiapan, kesabaran dan kesetiaan. Nabi Maleakhi menggambarkan Mesias yang akan dang itu seperti: 1.api tukang pemurni logam, 2.sabun tukang penatu, 3.orang yang memurnikan dan mentahirkan perak dan emas. Untuk memurnikan logam, perak dan emas melalui proses peleburan dengan suhu yang panas, agar terdapat kualitas yang murni. Inilah gambaran penderitaan Israel di pembuangan, juga gambaran kehidupan sekarang dengan seluruh gayanya. Proses pemurnian ini dilakukan untuk menemukan umat Allah yang sejati dan setia sampai akhir. Pertanyaannya adalah: apakah siapa yang bertahan, dapat berdiri? Untuk itu, Maelakhi menghendaki keseriusan proses ini, bukan hanya formalisme agama yang semu tapi ketaatan untuk mengikuti Kritus.
9. Berilah persembahan yang benar dan menyenangkan Tuhan! Agaknya Malekahi sangat terganggu dengan cara imam dan umat dalam memberikan persembahan kepada TUHAN (baca fs 2). Jelas TUHAN tidak menyukai gaya persembahan seperti Israel lakukan. Selain kualitas dari persembahan yang penuh cacat, mereka secara bersamaan hidup dengan kepura-puraan sebab kualitas iman mereka sudah cacat (tukang sihir, zinah, saksi dusta, menindas orang upahan, janda dan anak piatu, menindas orang asing dan dilakukan dengan tidak takut kepadaTuhan ay.5. lengkaplah sudah, bahwa bukan saja kualias persembahan yang dipersoalkan tapi sudah menyangkut prilaku sehari-hari. Bila ini dipersembahkan, Maleakhi berkata: bukankah itu jahat? (fs.1:8). Untuk itu, jalan sudah dibuka/dirintis, Maleakhi menghimbau bahwa proses pemurnian itu akan menghasilkan persembahan yang murni dan harum sekaligus menyenangkan hai Tuhan (ay.3-4). Segala penyimpangan dari ketetapan-ketetapan Tuhan dalam ayat 5 di tegaskan akan dihakimi dan TUHAN akan menjadi saksi bagi orang-orang yang terzalimi. Sekali lagi, inilah makna dari proses pemurniaan iu. Toh, menjadi emas murni akan melalui proses tersebut.
10. Membersihkan rumah, menghias pohon Natal, berlatih drama, koor, liturgi selalu akrab menjelang natal tiba. Firman Tuhan ini juga berpesan bahwa: membersihkan hati, pikiran, tindakan dari hal-hal yang kotor, menghias iman, prilaku yang santun dan benar, berlatih untuk semakin taat merupakan proses pemurnian untuk: mempersiapkan jalan bagi TUHAN. Amen. Diambil dari berbagai sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar