Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Rabu, 12 Desember 2012
"Khotbah Minggu 16 Desember 2012 Zepanya 3: 14-20"
BERSUKACITALAH – BERGEMBIRALAH – BERSORAK-SORAILAH
Dalam Minggu-Minggu Advent ini kita diajak merenungkan Firman Tuhan sebagai respon tindakan nyata sebagai persiapan kita dan Jemaat Tuhan akan peristiwa Natal yaitu tidakan Allah untuk menyelamatkan Dunia melalui kedatangan Yesus Kristus.
Minggu ini kita diajak merenungkan kitab Nabi Zefanya dalam pasal 3 : 14 -20, Zefanya bernubuat selama pemerintahan Raja Josia (sekitar tahun 639 – 609 SM) Dia bernubuat sebagai peringatan kepada Yehuda dan Yerusalem akan datangnya hukuman dari Allah karena dosa-dosa bangsa itu mengabaikan Allah dan hidup dalam kekerasan suatu waktu nanti, tiba saatnya bahwa Tuhan Allah akan mengumpulkan kembali umatnya, menebus dan memulihkannya. UmatNya yang setia akan dihibur dan akan bersorak-sorak bergembira sebagai penyembah Tuhan yang sejati dan Allah akan ada ditengah-tengah mereka sebagai pahlawan perang yang menang.
Akibat tindakan penyelamatan dari Tuhan, maka Umatnya bersorak sorai bersuka ria, dan itu semua terjadi karena umatnya telah di ampuni dan tidak penyembahan berhala. Karena itu Nabi Zefanya menghimbau agar Bangsa itu bertobat dan mencari Tuhan dengan kerendahan hati, sebelum hukuman itu datang ( Bd.ayat 2 ).
Dalam sejarah Israel pertobatan massal itu terjadi didalam pembaharuan rohani yang dipelopori Raja Josia (Thn 627 – 609 SM ) Setelah mengkritisi dosa-dosa bangsa itu nabi Zefanya menubuatkan bahwa akan dihukum lagi karena dosa-dosanya ( bd. Ayat 15 ) musuh-musuhnya telah dikalahkan yaitu dibebaskan dari perbudakan iblis dan dosa, dan mereka tidak lagi mendapat malu tapi sebaliknya kepujian dan membuat mereka menjadi kenamaan diantara segala bangsa dan keadaan mereka dipulihkan. Itulah tindakan perbuatan Allah yang luar biasa bagi umatNya.
Secara khusus:
Nas di minggu advend ke 3 ini mengajak kita untuk Bersukacitalah – Bergembiralah – Bersorak-sorailah. Pertanyaanya adalah: Apakah yang bisa membuat kita bersukacita, bergembira, bersorak-sorai? Jawabannya, ada dalam nas ini. Yaitu: karena kita punya Allah yang Mahapengampun, Mahakasih, Mahabaik. Allah yang tidak pernah berhenti mengasihi kita. Allah kita adalah Allah yang mengasihi. Pemahaman inilah yang memicu harapan Israel, sehingga mereka dapat bersukacita.
Mari kita simak apa yang terjadi pada Israel. Nabi Zefanya ini diduga bekerja pada pemulaan pemerintahan Raja Yosia di Yehuda (Israel Selatan) sekitar tahun 639 – 609 seb Masehi. Pokok pemberitaannya adalah tentang kedatangan “Hari Tuhan” (1:7 + 14). Hari Tuhan merupakan ancaman bagi dosa-dosa Yehuda dan dosa bangsa-bangsa. Bila kita membaca mulai dari pasal pertama kitab ini, kita akan gemetar membayangkan betapa dahsyatnya hari tersebut. Hari itu merupakan hari yang mengejutkan dan gelap gulita, merupakan hari kegemasan .. kesusahan dan kesulitan ... kemusnahan dan pemusnahan ... kegelapan dan kesuraman - kebinasaan (1:14 – 18). Simak beberapa perkataan Allah di pasal 1: Aku akan menyapu bersih ... dari atas muka bumi ... merebahkan ... melenyapkan ...mengacungkan tanganKu ... menghukum ... menggeledah.
Mengapa begitu dahsyatnya hukuman yang akan diterima Yehuda dan bangsa-bangsa pada Hari Tuhan itu. Jawabannya, tidak lain tidak bukan adalah karena dosa Yehuda dan bangsa-bangsa yang sangat menjijikkan Allah. Nabi Zefanya dengan keras menegor dosa mereka yang melacurkan diri dengan menyembah dewa-dewa: Baal, Milkom, tentara langit, dan kuasa kegelapan lainnya. Padahal itu merupakan kekejian di mata Tuhan (Ul. 7:25; 2Raja 21:11). Menyembah ilah lain selain Allah akan menimbulkan murka Allah. Walau kita sangat rajin ke gereja, membaca Alkitab, atau memberi sumbangan untuk gereja, tetapi bila kita masih memegang, menyimpan dan memercayai kuasa kegelapan (ajimat, ulpuhan ni datu, panjaga ni daging, pelaris, dll), bagi Allah, kita tetap menjijikkan. Di samping itu masih banyak lagi dosa-dosa Yeuhuda dan bangsa-bangsa yang membuat Allah harus murka., terutama perilaku mereka di masyarakat yang tidak mencerminkan bahwa mereka adalah bangsa Allah yang kudus.
Ini menjadi pergumulan kita. Setiap orang hendaknya memeriksa diri sendiri. Apakah Tuhan tidak sedang murka sekarang melihat segala tingkah laku kita? Bencana demi bencana menimpa bukan hanya negeri ini tetapi juga dunia. Topan, gempa bumi, longsor menjadi momok yang menyebabkan derita memilukan bagi banyak orang; harta benda yang telah dikumpulkan dan dibangun musnah seketika; banyak nyawa melayang tanpa pesan. Kejahatan merajalela. Bangsa kita terpukul dengan kasus rekaman Anggodo, yang memilukan hati penduduk negeri yang masih punya hati nurani. Ternyata, kondisi bangsa ini begitu bobroknya. Sementara pemimpin masih asyik merayakan pengangkatannya menjadi anggota dewan terhormat dan menteri, padahal rakyat gelisah menanti keadilan dan bantuan. Oh negeriku .... bila hari Tuhan datang, apa yang akan terjadi kepadamu?
Yang lebih perlu, secara pribadi mari kita mengoreksi diri, apakah perilakumu akan memaksa Allah untuk mendatangkan murkaNya? Tanya dirimu, apakah kita masih memiliki atau percaya pada kuasa kegelapan, dukun, mantera, panjaga ni daging, yang merupakan kekejian di mata Tuhan? Apakah perilaku kita di kantor, di pasar, di sekolah, di perjalanan, sudah mendukakan hati Tuhan? Apakah keluarga kita masih berkenan di hati Tuhan? Gumulilah itu setiap saat
Karena itulah, sebelum Hari Tuhan itu datang, Allah melalui Zefanya dengan keras menghimbau dan mengajak Yehuda dan semua bangsa agar BERTOBAT. “Carilah Tuhan, lakukan hukum-Nya – carilah keadilan – kerendahan hati – (pasal 2).
1. Dan hal yang mensukacitakan kita adalah, janji Allah yang pasti, bahwa bila kita mau bertobat, pasti, pasti dan pasti, Allah mau menerima kita kembali.
Tidak banyak atau hampir tidak ada orang yang mau menerima kembali isterinya yang sudah beberapa kali tertangkap basah berselingkuh. Biasanya, suaminya akan langsung menjatuhkan talak tiga, cerai. Tetapi Allah kita, tidak. Walau Israel, sebagai umat-Nya selalu berselingkuh dengan dewa-dewa dan ilah-ilah lain, tetapi Allah menunggu dengan setia, dan selalu membuka pintu maaf bagi Israel. Memang, Tuhan mau menghukum umat-Nya atas kesalahan itu, namun itu bukan talak tiga, bukan kata terakhir. Hukuman dari Tuhan hanyalah peringatan, agar Israel dan kita sadar akan dosa-dosa kita; hukuman Allah adalah cara untuk membawa kembali umatNya yang sudah terlanjur membelot dari jalan-Nya. Hukuman Allah adalah bagaikan gada dan cambuk seorang gembala untuk membawa dombanya kembali ke jalan yang benar. Allah kita selalu membuka pintu dan tangan-Nya, kapan kita mau kembali, Allah akan menyambut kita dengan tangan terbuka dan sukacita (Ingat Perumpamaan tentang Anak hilang)
Itulah sumber sukacita kita. Isteri mana yang tidak bersukacita, bila suaminya masih mengasihi dan mau menerima kembali, dia yang selalu berselingkuh? Ternyata, kasih setia Allah (khesed) jauh lebih besar melampaui dosa-dosa kita. Di Yesaya 54:8 Tuhan berkata: Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. Dengan jaminan pengampunan inilah, Allah menyerukan: Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!
Kepastian akan pengampunan oleh kasih Allah inilah yang paling menonjol bagi iman orang Kristen. Di Yohannes 3:16 disampaikan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Bagi orang Kristen yang percaya, dengan terang benderang dinyatakan bahwa kasih Allah jauh lebih besar dari murka-Nya. Ini paling nyata didemonstrasikan Allah di kayu salib Tuhan Yesus di Golgata. Di salib itu, Tuhan meproklamasikan kepada dunia bahwa Allah kita adalah Allah yang Mahapengampun, karena yang ditanggung (dipikul) oleh Yesus di sana tidak lain tidak bukan adalah dosa seluruh manusia.
Seorang penulis pernah mengatakan: Sikap dan kelakuanmu tidak mengubah kasih Allah terhadapmu. Jika kamu berpaling dari-Allah, atau memutuskan hubungan dengan-Allah, Allah ingin tetap bersamamu. Itu seperti halnya bila kamu menutup keran. Apakah airnya juga menghilang dari pipa? Tidak, tetapi tetap berada di situ, menunggumu memutar keran lagi. Allah seperti air itu, menunggu kamu kembali menjadi anak-Nya. Tiada ketidak-patuhan atau pemberontakan darimu yang bisa mengubahnya.
Itulah sumber sukacita orang percaya. Bila kita semakin menghayati pengorbanan Yesus di salib, terutama dengan kemenangan-Nya di dalam kebangkitan-Nya, tidak mungkin lagi ada orang Kristen yang mau terbenam dalam susah hati. Yang ada hanyalah sukacita, karena di dalam Yesus, Allah memberi jaminan bahwa Allah mau mengampuni dosa kita
2. Setelah Allah mau mengampuni dosa kita, Dia tidak menjauh, tetapi justru mau dekat dengan kita.
Kita baca di ayat 17 : “TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. Wahh... luar biasa! Coba bayangkan, bila Allah ada di dekat-Mu, menjadi pahlawan yang memberi kemenangan, dan selalu bergembira karena engkau”. Mungkin, tidak ada lagi hal lain yang mensukacitakan hati selain dari hal ini. Sebuah jaminan penyertaan dan pengawalan yang luar biasa. Karena itu, Allah melalui Zefanya terus menerus menyerukan: Jangan takut – jangan takut (ayat 15, 16).
Janji penyertaan ini telah terwujud dengan kehadiran Yesus, yang adalah Immanuel, Allah yang beserta kita. Dan walau Yesus telah berangkat ke surga, Dia memberi jaminan: “Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat; 28:20).
Karena itu, orang percaya tidak perlu takut terhadap apapun selain kepada Allah. Jangan pernah mau diperbudak dan dikalahkan oleh Allah. Dan sebenarnya, di dalam Yesus kita lebih dari sekedar pemenang (Rm. 8, 37). We are the winners. Bila Anda kalah, bukan karena Yesus tidak mampu membantu Anda, tetapi, Anda yang telah memilih dan menyerahkan diri Anda untuk kalah. Karena itu jangan pernah mau kalah. Jangan takut. Tetapi bergembiralah, bersukacitalah.
3. Dan selanjutnya yang membuat Israel bersukacita adalah janji akan ADANYA PEMULIHAN dari Allah.
Israel akan dipulihkan (ayat 20), bukan lagi sebagai bangsa yang dihina, dilecehkan oleh kuasa dan bangsa lain. Tetapi Tuhan akan mengangkat malapetaka dari mereka (ayat 18) – Tuhan akan memukul habis bangsa yang menindas Israel (ayat 19) – Tuhan akan mengembalikan nama baik dan kehormatan dan membuat Israel menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi (ay. 19)
Ini jugalah jaminan agar kita bisa bersukacita. Mungkin sekarang memang kita susah karena disusahi pihak lain. Izin membangun gereja dipersulit (walau menurut Undang-undag sangatlah mudah). Jabatan strategis ditutup bagi murid Kristus (sehingga banyak orang Kristen menjual imannya demi jabatan) – kita dilecehkan dan dianggap sebelah mata (sehingga banyak orang yang “monjap” – bersikap bunglon – suam-suam kuku tentang imannya). Kita sering menangis menghadapi “penyesahan” (pangaleleon) terselubung ini.
Tetapi, Tuhan Yesus yang bangkit menyerukan: jangan pernah takut. Kita akan dipulihkan – musuh-musuh Kristus akan dikalahkan. Tiada kuasa manapun yang bertahan terhadap kekuasaanNya. Karena itu jangan pernah kecut, takut atau minder. Di dalam Yesus, kita bukanlah pecundang yang mau kalah, tetapi kita lebih dari sekedar pemenang.
Karena itu, agar kita benar-benar dapat bersukacita, pilihan ada pada kita. Mereka yang mengenal dosanya tetapi tidak mau bertobat, akan dibebani, ditimpa, “didondoni” oleh dosanya; sukacitanya akan terkuras habis oleh dakwan-dakwan dosa di dalam hati nuraninya. Tetapi mereka yang mau mengaku dosa dan bertobat, Tuhan menjamin bahwa dosamu pasti akan diampuni, dan Tuhan mengasihiMu. Itu membuat sukacitanya akan berlimpah.
Mereka yang tidak mengenal kasih setia Allah akan takut, kecut, dan kalah; sukacitanya akan habis. Tetapi yang percaya dan mengimani kasih setia Allah yang nampak dalam kemenangan Kristus dalam kebangkitanNya, akan terus bersukacita walau didera derita – tetap semangat dan tidak takut walau musuh Kristus menghadang. Bukan karena nekat. Tetapi karena ada jaminan penyertaan Allah.
Karena itu, camkanlah seruan Paulus dalam Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
Amen. Dari berbagai sumber
Rabu, 05 Desember 2012
"Khotbah Natal Desember 2012"
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19)
Kita diciptakan dalam gambar Allah untuk melakukan dua hal dalam dunia ini: Belajar mengasihi Allah dan belajar mengasihi sesama. Hidup sebenarnya semata-mata tentang kasih.
Tapi kasih selalu dimulai dari Allah.. Ia mengasihi kita terlebih dahulu, dan itu membuat kita mampu mengasihi orang lain (1 Yohanes 4:19). Satu-satunya alasan Anda dapat mengasihi Allah atau orang lain adalah karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi Anda. Dan Ia menunjukkan kasih itu dengan mengirimkan Yesus Kristus ke dalam dunia ini untuk mati bagi Anda. Ia menunjukkan kasih itu dengan menciptakan Anda. Ia menunjukkan kasih itu melalui segala sesuatu yang Anda miliki dalam hidup; semuanya adalah pemberian kasih Allah.
Untuk mengasihi orang lain dan menjadi orang yang penuh kasih, pertama-tama kita perlu memahami dan maerasakan betapa besarnya kasih Allah bagi kita. Tidak cukup hanya berbicara tentang kasih, membaca tentang kasih, atau membahas kasih, kita perlu mengalami kasih Allah.
Kita perlu sampai pada satu titik ketika kita, pada akhirnya, sepenuhnya mengerti betapa Allah mengasihi kita secara sempurna dan tak bersyarat. Perlu benar-benar tertanam dalam hati kita kebenaran bahwa kita tidak dapat membuat Allah berhenti mengasihi kita.
Setelah kita merasa mantap dalam kasih Allah yang tak bersyarat, kita dapat mulai menerima orang lain. Kita tidak akan mudah marah seperti sebelumnya.
Pada masa Natal ini, pikirkanlah hal-hal berikut:
• Siapa yang memerlukan lebih banyak kesabaran dari Anda?
• Siapa yang memerlukan lebih banyak waktu dari Anda?
• Siapa yang memerlukan pengampunan Anda?
• Siapa yang memerlukan belas kasihan dan kebaikan Anda?
Apa yang akan Anda lakukan selama masa Natal yang penuh kasih ini?
Sudahkah Anda Yakin Dengan Keselamatan Anda?
Setiap orang tentunya akan menyelesaikan garis akhir hidupnya di dunia. Garis akhir hidup setiap orang bisa dalam bentuk kedatangan Kristus yang kedua kali maupun dalam bentuk kematian. Kedua momentum ini tidak seorang pun tahu pasti kapan waktu terjadinya. Dan tidak seorang pun dapat luput dari kenyataan tsb.
Tetapi satu pertanyaan sangat mendasar yang perlu kita renungkan adalah : “Apakah saudara sudah yakin dengan keselamatan saudara sendiri ?” Sehingga pada saatnya tiba, saudara dapat bertemu muka dengan Tuhan Yesus di sorga (Flp 1 :23). Dalam Rat 3 : 40 kita diingatkan untuk menyelidiki dan memeriksa kembali hidup kita, dan berpaling kepada Kristus. Mengapa ? Karena hari-hari ini banyak orang Kristen yang merasa dirinya sudah selamat padahal belum diselamatkan, merasa dirinya sudah pulih padahal belum sepenuhnya dipulihkan, merasa dirinya sudah menjadi manusia rohani padahal masih hidup dalam kedagingan, merasa dirinya sudah menjadi orang Kristen yang diurapi padahal ia tidak hidup di dalam Roh, dipimpin oleh Roh dan berjalan bersama Roh Kudus, merasa dirinya sudah menjadi orang Kristen yang baik padahal belum menjadi orang Kristen seperti yang Tuhan kehendaki.
Mari kita telaah kembali beberapa hal dibawah ini untuk mengetahui sejauhmana keyakinan kita akan keselamatan :
1. Apakah saudara sudah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (1 Yoh 5 : 13; 4:15-16; 5:1-5)
2. Apakah kita sudah sungguh-sungguh menghormati Kristus sebagai Tuhan dalam hidup keseharian kita? Kalau kita menghormati Dia, maka seharusnya Dial ah yang menjadi prioritas terutama dan terpenting dalam hidup kita. Dia adalah segala-galanya dalam hidup kita. Dia yang kita sembah, kita agungkan dan dimuliakan dalam hidup kita.
Untuk bisa menghormati Kristus dengan benar, kita harus mengenal Dia dengan benar dan berjalan dalam ketaatan yang seutuhnya.
Firman Tuhan berkata : “Dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintahNya. Barangsiapa berkata : Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia “ (1 Yoh 2:3-5, 3:2-4, 5:2, Yoh 5:9-14, 14:21-24).
3. Apakah kita sudah sungguh-sungguh mengasihi Bapa, Anak dan Roh Kudus ?
Kalau kita masih mengasihi dunia lebih daripada kasih kita kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam diri kita. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Kalau kita mengasihi Bapa dan Anak, maka selain kita harus berjalan dalam ketaatan dan kesetiaan, bertindak hati-hati dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, kita juga akan selalu menjaga kekudusan. Dan kalau kita mengasihi Roh Kudus, kita akan selalu menjaga hati kita, pikiran kita, ucapan kita, cara hidup kita, ibadah kita, pelayanan kita untuk tidak melecehkan Roh Kudus apalagi mendukakan Roh Kudus.
4. Apakah kita sudah bertekun melakukan kebenaran dan tidak berbuat dosa.
Sebab firman Tuhan berkata :”Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang yang berbuat kebenaran, lahir daripada-Nya (1 Yoh 2:29). Dan “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah (1 Yoh 3:9) “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis (1 Yoh 3:8).
5. Apakah kita sudah bersungguh-sungguh mengasihi sesama kita ?
Firman Tuhan berkata : ”Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita….Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah (1 Yoh 3:14, 19; bd 2:9-11, 3:23, 4:8, 11-12,16,20). Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya (1 Yoh 3:10).
6. Apakah Roh Kudus sudah berdiam di dalam kita dan kita di dalam Dia?
Firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:24 berkata : “Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.”
Selanjutnya dalam 1 Yoh 4:12-13 dikatakan : “ Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.”
Dalam 1 Yoh 4 :19-21 firman Tuhan berkata :
19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
20 Jikalau seorang berkata : “Aku mengasihi Allah” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
21 Dan perintah ini kita terima dari Dia : Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
7. Apakah kita sudah bersungguh-sungguuh mengikuti teladan Yesus dan hidup seperti Dia, “Barangsiapa mengatakan, bahwa Ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh 2:6). Dalam 1 Ptr 2: 21-23 firman Tuhan berkata :
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu, dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
8. Apakah kita sudah memberi diri sepenuhnya untuk dipulihkan ?
Karena yang layak diangkat dan berkenan kepada Tuhan pada saat Kristus datang kembali menjemput kita di awan-awan, hanya orang-orang yang sudah dipulihkan roh-jiwa dan tubuhnya, sehingga tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Karena itu kita harus memberi diri kita untuk dipulihkan dan dibaharui terus menerus oleh Roh Kudus. Dalam 1 Yoh 5 : 6 dikatakan, bahwa kita dipulihkan bukan hanya dengan air (baptisan air), tetapi dengan air (baptisan air), darah (Darah Tuhan Yesus) dan Roh Kudus.
9. Apakah kita sudah melakukan kehendak Bapa dan sedang menyelesaikan pekerjaan yang Bapa percayakan kepada kita ?
Dalam Yoh 14:12 dikatakan:
12 Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa.
10. Apakah kita masih merasa sulit menjadi orang Kristen yang benar dan merasa berat melakukan perintah-perintah Tuhan ?
Kalau kita berpikir, bahwa yang penting kita berbuat baik dan sudah jadi orang Kristen dan cukuplah menjadi orang Kristen seadanya, yang penting selamat masuk sorga. Firman Tuhan mengingatkan kita, bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, melainkan karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit 3:5). Tuhan menghendaki supaya kita mempergunakan sisa waktu yang ada untuk benar-benar menyempurnakan hidup kita di dalam Kristus (Kol 1:28). Tuhan mau supaya kita tidak menjadi orang Kristen yang sekedarnya (yang hanya menjalankan hidup kekristenannya sebatas kewajiban agama), tapi hendaklah berusaha selama hidup kita ini menjadi orang Kristen yang bukan cuma layak, tetapi juga harus berkenan kepada Tuhan dan sempurna (Rm 12:2).
Apakah saudara merasa berat melakukannya ? 1 Yoh 5 : 3 mengingatkan : “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.
Bagaimana dengan saudara ?
Amen
"Khotbah Minggu 09 Desember 2012 Maleaki 3: 1-4"
Pengantar:
Kitab Maleakhi ditulis dalam abad ke-5 SM, sesudah Rumah Allah di Yerusalem dibangun kembali. Buku ini terutama dimaksudkan untuk mendorong para imam dan rakyat supaya membaharui kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan TUHAN. Sudah jelas bahwa ada kemerosotan dalam kehidupan dan cara beribadat umat Allah ketika itu. Para imam dan rakyat menipu TUHAN: Mereka tidak memberikan kepada TUHAN apa yang harus mereka persembahkan kepada-Nya dan tidak hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Lewat Nabi Maleakhi dinubuatkan bahwa TUHAN akan datang untuk mengadili dan menyucikan umat-Nya. Ia akan mengirim utusan-Nya untuk menyiapkan jalan dan mewartakan perjanjian TUHAN.
Pada Minggu Advent II ini, kembali kita diingatkan akan makna kedatangan Yesus. Dalam Alkitab kedatangan Yesus Kristus dibagi menjadi 2 fase.
Kedatangan yang sudah terjadi melalui Kelahirannya (Natal) 2000 tahun yang lalu. Dalam kontek ini, Advent berarti mengingatkan kita sehubungan dengan bagaimana memperingati dan mensyukuri peristiwa kedatangan yang pertama, yang sudah terjadi. Penekanan agar persiapan dalam memperingati dan merayakan Natal janganlah factor fisik atau lahiriah lebih diutamakan dari masalah spiritual. Sudah saatnya bukan factor sermonial lebih diutamakan tetapi aksi kasih.
Advent juga berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Pertanyaannya adalah kapan hal itu akan terjadi? Alkitab berkata hanya Bapa yang tahu pasti, tetapi kita tidak, bahkan anak juga tidak tahu (Mat. 24:36). Kita hanya diberi tahu tanda-tanda. Oleh karena itu Advent mengingatkan kita agar mewaspadai hari kedatangan tersebut serta menyikapinya dengan sungguh-sungguh dengan hidup setia dan hidup kudus.
Maleakhi 3:1-4 merupakan nubuatan kedatangan Mesias yakni Yesus Kristus. Nubuatan ini disampaikan atau dibuat pada masa sesudah pembuangan, ketika banyak orang Yahudi telah kembali ke tanah air mereka. Waktu itu terjadi kemerosotan rohani, yaitu ketika agama orang Yahudi telah menjadi formalitas semata, dengan kata lain mereka beribadah tetapi mereka melakukan apa yang jahat dimata Tuhan seperti: mempersembahkan binatang cacat (1:6-14), pengajaran yang tidak benar dari para imam (2:1-9), kawin campur dan perceraian (2:10-16), tidak memberikan persembahan persepuluhan (3:6-12), dosa-dosa lain (3:5,13-14).
Khotbah:
1. Advent kedua merupakan bagian minggu penantian dalam tradisi kalender gereja. Tradisi yang kuat dalam semangat dan pengharapan akan datangnya Mesias Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Anak Allah akan datang untuk menyelamatkan manusia.
2. Dalam masa Perjanjian Lama, semangat Advent ini diperlihatkan dalam episode pembuangan di Babel, yang di dalamnya terdapat kerinduan akan tindakan Allah untuk menyelamatkan mereka. Di awal masa Perjanjian Baru, Adven ini ditandai oleh situasi penjajahan Romawi dan pemerintahan boneka dinasi Herodes yang tidak menghadirkan pemerintahan yang adil. Muncullah pengharapan Messianik yang kuat di kalangan bangsa Israel.
3. Renungan kita Minggu ini sangat relevan jika membandingkan dengan suasana keagamaan dan kehidupan masyarakat saat ini. Dimana kehidupan keberagamaan “yang semarak” ternyata tidak membuat kejahatan semakin berkurang, demikian juga ada kecendrungan melakukan perbuatan tercela seolah bukan lagi sesuatu yang memalukan. Oleh karena itu Firman Tuhan ini kiranya juga menjadi peringatan serius kepada kita. Sebagai umat Tuhan, kita dituntut hidup KPP (hidup Kudus, hidup dalam Penyembahan dan Persembahan). Ungkapan dalam ayat 3 dan 4 mengenai mentahirkan orang Lewi dan persembahan Yehuda dan Yerusalem menyenangkan hati Tuhan mengisiaratkan pentingnya hal tersebut. Yang pasti hihadapan Allah pada kedatangannya yang kedua kali hanya ada dua kelompok, yang sudah bersih dan murni atau tidak. Dan hanya yang murni dan bersihlah yang berkenan kepada Allah.
4. Dalam situasi seperti pembuangan Babel dan penjajahan Romawi, kerinduan akan kehadiran Juru Selamat [Allah yang menyelamatkan], memuncak di tengah pergulatan penderitaan. Harapan itu sedemikian besar dan membuat banyak yang berputus-asa dan ragu.
5. Ketika orang meragu-ragukan, apakah TUHAN masih mengasihi umatNya (1:2) dan berpendapat bahwa tidak ada gunanya beribadah kepada TUHAN karena orang yang berbuat jahat lebih berhasil dari pada orang saleh (3:14-15), bangkitlah seorang Nabi yang disebut “utusanku” (Maleakhi: ibr. Mal’akhi) yang disuruh TUHAN mempersiapkan jalan di hadapanNya (3:1; bndk Yes 40:3, 57:14; 62:10). Utusan TUHAN ini datang karena praktek formalism keagamaan Israel sudah jauh menyimpang dari subsatansinya (para imam sedaang “merusak perjanjian Allah dengan Lewi” Mal.2:4,8 karena mengorbankan binatang cacat, sakit, luka dan pelayanan di Bait Allah dipandang sebagai “susah payah’ dan tidak lagi sebagai kehormatan yang menggembirakan, umat Israelpun sedang menajiskan perjanjian bapa leluhurnya (2:10): mereka kawin dengan wanita yang menyembah dewa-dewa (2:10-15), bersumpah palsu, melanggar hak-hak orang lemah, bukan saja lalai memberikan perpuluhan, tetapi “menipu TUHAN” 3:8-9 ). Karena itu, Israel sangat wajar mendapatkan “pengajaran” dari TUHAN.
6. Orang merasa bahwa TUHAN jauh dan kurang prihatin terhadap nasib mereka, tetapi nabi yakin bahwa dalam perkembangan yang sedang terjadi, TUHAN sendirilah yang akan bertindak dan menyelamatkan, sekaligus mengembalikan seluruh pratek keagamaan pada tempatnya.
7. Mempersiapkan jalan bagiNya. Lalu: Tindakan pertama yang dilakukan oleh TUHAN adalah: datang! Datang ke dunia ini. Utusannya yaitu Nabi Maleakhi ini diperintahkan mempersiapkan jalan untuk kedatangan TUHAN. Banyak para teolog yang merujuk nats ini kepada Yohanes Pembaptis yang merintis jalan bagi Kristus. Jelas sekali seruan pertama Yohanes adalah: pertobatan! Dan ini juga yang sedang terjadi dalam konteks perikop ini, Israel harus bertobat (lih. 3:7 bnd Za 1:4; 8:14 dan Mal. 3:6-12). Mempersiapkan jalan disini adalah: proses memperbaiki diri melalui pertobatan. Minggu-minggu Advent ini kita sudah disibukkan dengan segala pernak-pernik Natal: rutinitas menghias pohon natal, latihan natal dll, inipun cara mempersiapkan jalan bagiNya. Tapi, lebih dari itu, memperbaharui diri, memperbaiki diri, membersihkan diri dalam bungkus pertobatan adalah makna hakiki dari jalan yang akan di lalui Kristus. Mengapa?
8. Siapakah yang masih setia? Menantikan datangnya Tuhan, sungguh membutuhkan kesiapan, kesabaran dan kesetiaan. Nabi Maleakhi menggambarkan Mesias yang akan dang itu seperti: 1.api tukang pemurni logam, 2.sabun tukang penatu, 3.orang yang memurnikan dan mentahirkan perak dan emas. Untuk memurnikan logam, perak dan emas melalui proses peleburan dengan suhu yang panas, agar terdapat kualitas yang murni. Inilah gambaran penderitaan Israel di pembuangan, juga gambaran kehidupan sekarang dengan seluruh gayanya. Proses pemurnian ini dilakukan untuk menemukan umat Allah yang sejati dan setia sampai akhir. Pertanyaannya adalah: apakah siapa yang bertahan, dapat berdiri? Untuk itu, Maelakhi menghendaki keseriusan proses ini, bukan hanya formalisme agama yang semu tapi ketaatan untuk mengikuti Kritus.
9. Berilah persembahan yang benar dan menyenangkan Tuhan! Agaknya Malekahi sangat terganggu dengan cara imam dan umat dalam memberikan persembahan kepada TUHAN (baca fs 2). Jelas TUHAN tidak menyukai gaya persembahan seperti Israel lakukan. Selain kualitas dari persembahan yang penuh cacat, mereka secara bersamaan hidup dengan kepura-puraan sebab kualitas iman mereka sudah cacat (tukang sihir, zinah, saksi dusta, menindas orang upahan, janda dan anak piatu, menindas orang asing dan dilakukan dengan tidak takut kepadaTuhan ay.5. lengkaplah sudah, bahwa bukan saja kualias persembahan yang dipersoalkan tapi sudah menyangkut prilaku sehari-hari. Bila ini dipersembahkan, Maleakhi berkata: bukankah itu jahat? (fs.1:8). Untuk itu, jalan sudah dibuka/dirintis, Maleakhi menghimbau bahwa proses pemurnian itu akan menghasilkan persembahan yang murni dan harum sekaligus menyenangkan hai Tuhan (ay.3-4). Segala penyimpangan dari ketetapan-ketetapan Tuhan dalam ayat 5 di tegaskan akan dihakimi dan TUHAN akan menjadi saksi bagi orang-orang yang terzalimi. Sekali lagi, inilah makna dari proses pemurniaan iu. Toh, menjadi emas murni akan melalui proses tersebut.
10. Membersihkan rumah, menghias pohon Natal, berlatih drama, koor, liturgi selalu akrab menjelang natal tiba. Firman Tuhan ini juga berpesan bahwa: membersihkan hati, pikiran, tindakan dari hal-hal yang kotor, menghias iman, prilaku yang santun dan benar, berlatih untuk semakin taat merupakan proses pemurnian untuk: mempersiapkan jalan bagi TUHAN. Amen. Diambil dari berbagai sumber
Langganan:
Postingan (Atom)