Pendahuluan
Ketika mengadakan pembaruan selalu saja yang menjadi tema penting di dalamnya adalah "perubahan". Misalkan pembaruan dari sesuatu hal yang telah membudaya atau menjadi kebiasaan yang sudah mengakar di dalam masyarakat, seperti upaya pemerintah mengurangi pemakaian kantong plastik dan sejenisnya menimbulkan "konflik kecil" di dalam masyarakat. Perubahan lain yang lebih berdampak menimbulkan konflik misalkan perubahan jalur lalulintas dimana selama ini telah memberi kenyamanan bagi sebagian pemakaianya tetapi oleh karena perubahan arah lintasan maka menimbulkan "konflik". Yang lebih menggejolak misalkan perubahan peraturan ketika kebijakan baru di dalam suatu negara di izinkan perkawinan sama jenis kelamin, dan gereja menerimanya, memberkati pasangan satu jenis kelamin tersebut pastilah akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Untuk mencapai kemajuan memang harus mengalami perubahan, tapi apakah ajaran agama (jalan keselamatan) dapat di ubah? Tentu hal ini akan menjadi bahasan yang menarik di dalam pembahasan Firman Tuhan ini, yaitu tentang sikap atau reaksi orang-orang Yahudi atas pembaruan dan perubahan pemahaman keslamatan yang telah mereka pertimbangkan berdasarkan pendapat, pengalaman, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kepentingannya melawan keputusan Tuhan mengadakan perubahan oleh karena kasih dan kuasaNya.
Ketika mengadakan pembaruan selalu saja yang menjadi tema penting di dalamnya adalah "perubahan". Misalkan pembaruan dari sesuatu hal yang telah membudaya atau menjadi kebiasaan yang sudah mengakar di dalam masyarakat, seperti upaya pemerintah mengurangi pemakaian kantong plastik dan sejenisnya menimbulkan "konflik kecil" di dalam masyarakat. Perubahan lain yang lebih berdampak menimbulkan konflik misalkan perubahan jalur lalulintas dimana selama ini telah memberi kenyamanan bagi sebagian pemakaianya tetapi oleh karena perubahan arah lintasan maka menimbulkan "konflik". Yang lebih menggejolak misalkan perubahan peraturan ketika kebijakan baru di dalam suatu negara di izinkan perkawinan sama jenis kelamin, dan gereja menerimanya, memberkati pasangan satu jenis kelamin tersebut pastilah akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Untuk mencapai kemajuan memang harus mengalami perubahan, tapi apakah ajaran agama (jalan keselamatan) dapat di ubah? Tentu hal ini akan menjadi bahasan yang menarik di dalam pembahasan Firman Tuhan ini, yaitu tentang sikap atau reaksi orang-orang Yahudi atas pembaruan dan perubahan pemahaman keslamatan yang telah mereka pertimbangkan berdasarkan pendapat, pengalaman, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kepentingannya melawan keputusan Tuhan mengadakan perubahan oleh karena kasih dan kuasaNya.
Pembahasan
Setelah pelayanan karya keselamatan di dalam Yesus di tengah-tengah dunia berakhir, dan Dia telah meninggalkan dunia, maka karya keselamatan itu di lanjutkan oleh Roh Kudus melalui para Rasul dan orang-orang percaya. Gerakan Roh memperbarui cara hidup berjemaat; mengubah pandangan lama seperti yang dipahami dan dipertahankan oleh orang orang Yahudi yaitu memperoleh keselamatan hanya oleh karena menjadi keturunan Abraham, menjadi orang Yahudi sebab kepada Abraham dan keturunannyalah Allah telah menjanjikan keselamatan yang kekal (bdg Kej. 17:7-13). Menurut orang orang Yahudi hanya kaumnya yang layak menjadi umat Allah karena itu sebagai umat pilihan mereka dilarang bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi apalagi memasuki rumah mereka adalah najis.
Setelah pelayanan karya keselamatan di dalam Yesus di tengah-tengah dunia berakhir, dan Dia telah meninggalkan dunia, maka karya keselamatan itu di lanjutkan oleh Roh Kudus melalui para Rasul dan orang-orang percaya. Gerakan Roh memperbarui cara hidup berjemaat; mengubah pandangan lama seperti yang dipahami dan dipertahankan oleh orang orang Yahudi yaitu memperoleh keselamatan hanya oleh karena menjadi keturunan Abraham, menjadi orang Yahudi sebab kepada Abraham dan keturunannyalah Allah telah menjanjikan keselamatan yang kekal (bdg Kej. 17:7-13). Menurut orang orang Yahudi hanya kaumnya yang layak menjadi umat Allah karena itu sebagai umat pilihan mereka dilarang bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi apalagi memasuki rumah mereka adalah najis.
Pemahaman orang-orang Yahudi tersebut
telah membelenggunya "kaku" melakukan keselamatannya.
Mereka terkurung dan hanya menjadi dirinya sendiri, menutup diri kepada
orang yang bukan Yahudi dan tidak menghargainya. Oleh sebab itu melihat
Petrus dituntun Roh Kudus melayani ke Kaisarea kepada Kornelius dan orang orang
yang bukan Yahudi membuat orang-orang Yahudi marah dan menuduh Petrus bersalah
telah melanggar aturan tradisi yang selama ini mereka pelihara
"Orang-orang yahudi tidak boleh bergaul dengan orang-orang yang bukan
Yahudi apalagi memasuki rumah mereka." Karena itu Petrus harus
mempertanggung jawabkan sikapnya tersebut. Orang-orang Kristen dari kelompok
Yahudi berdebat dengan Petrus tentang kelayakan untuk memasuki persekutuan
orang-orang yang bukan Yahudi, masuk rumah mereka dan makan bersama
mereka. Orang-orang Yahudi mempertahankan tradisi Abraham, yaitu tradisi
sunat "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan
oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan." (Kis. 15:1). Mereka mengartikan
ayat tersebut: jika orang-orang yang bukan Yahudi ingin menjadi Kristen
maka mereka harus disunakan terlebih dahulu (di Yahudikan terlebih dahulu), kemudian
dibaptis menjadi kristen.
Petrus
tidak cukup memiliki
pengetahuan dan pemahaman untuk mengubah tradisi lama Yahudi tersebut tapi Allah melalului Roh Kuduslah yang
melakukanNya. Pada mulanya pemahaman Petrus sama dengan pemahaman orang-orang Yahudi, tapi
melalui penglihatan yang ditunjukkan
Allah kepadanya telah mengubah pemahamannya yaitu; dari langit turun
suatu benda yang berbentuk kain lebar yang di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang yang haram dan
tidak tahir dan Allah memerintahkan supaya Petrus menyembelih dan memakannya,
tetapi Petrus menolaknya. Peristiwa itu
terjadi sampai tiga kali sampai akhirnya Petrus memahami bahwa itulah
petunjuk Allah supaya ia pergi ke Kaisarea kepada Kornelius dan jemaat yang
bukan orang Yahudi (Kis 10). Ketika Petrus sedang mengajar orang orang kristen
di Kaisarea Roh Kudus turun atas mereka sehingga mereka dipenuhi Roh dan mereka
berkata-kata dalam bahasa Roh. Melihat kejadian tersebut membuat jemaat yang
dari kelompok Yahudi tercengang-cengang keheranan.
Apa
yang dilakukan Allah melalui Roh Kudus di dalam pelayanan Petrus bukanlah awal
dari pembaruan tentang pemahaman kesalahan bagi orang-orang Yahudi. Pembaruan terjadi oleh karena kasih
Allah seperti keterangan Yohanes di dalam injilnya tentang tujuan kedatangan Yesus
ke dalam dunia "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh. 3:16).
Tujuan objek Kasih Allah adalah dunia yaitu supaya setiap orang dari segala
bangsa dan suku yang oleh karena pelayanan injil menjadi percaya di menangkan
dan menerima keselamatan.
Suatu
hari di dalam pelayananNya Yesus di datangi wanita Kanaan (bukan Yahudi)
dan berteriak kepada Yesus memohon keselamatan anak perempuannya yang kerasukan
setan dan sangat menderita. Kepada perempuan itu Yesus menjawab: "Aku
diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Tetapi
wanita itu mendekati Yesus dan menyembahNya dan terus memohon. Tapi jawab
Yesus: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing." Kata perempuan itu: "Benar Tuhan,
namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Maka
Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah
kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
(bdg. Matius 15:21-28).
Kasih
Allah membawa harapan bagi semua orang sehingga dapat menjadi anak-anak pilihan
Allah dan mengalami berkat serta keselamatan. Kasih Allah memungkinkan semua
orang menjadi umat pilihanNya, tidak ada yang kecuali, bahwa setiap orang
yang mau datang kepadaNya, membuka hati dan menerima hidup baru menjadi umat
pilihanNya yang akan mendapat pertolongan Allah dan bagian di dalam KerajaaNya.
Refleksi
dan Penutup
Ketika Petrus
menanyakan kepada Yesus
tentang upah yang akan diterimanya oleh karena pemberitaan injil dan
karena segala sesuatu yang telah dikorbankannya oleh karena Injil, maka Yesus
memberi pengajaran, yang ditutup dengan peringatan yang keras
"Tetapi banyak orang yang
terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang
terdahulu." (Matius 19:30). Kesetiaan harus dipelihara dengan
memperhitungkan kasih Allah bukan menghitung apa yang telah di perbuat.
Menjadi anak pilihan Tuhan adalah
anugerah yang senantiasa harus di syukuri, yaitu dengan cara setiap hari semakin penuh kasih dan murah hati.
Sikap orang percaya yang benar, ketika mereka melihat orang yang tidak
diperhitungkan (dianggap tidak layak) mendapat kasih Allah, tetapi kepada
mereka Allah menyatakan kasihNya maka oleh karena melihat bukti kasih Allah
tersebut akan membangkitkan suka cita dan ucapan syukurnya kepada
Allah. Mereka bersukacita bukan menjadi cemburu atau berkecil hati atau
merasa tersaingi oleh karena kasih Allah tersebut.
Melalui
sikap orang-orang Yahudi orang percaya hendaknya belajar; tidak boleh "sombong rohani".
Mereka menganggap dirinya yang lebih layak dan benar di hadapan Allah dan
menutup diri terhadap pembaruan. Itulah yang membuat mereka menjadi
terbelakang. Manusia memiliki kecerdasan untuk mempertimbangkan keputusannya,
sehingga apabila manusia itu mau belajar dan memelihara hikmat Allah akan
mengajarnya memahami segala sesuatu yang terjadi dan memampukannya
merespon dengan benar. Amin. Dari Berbagai Sumber