Perdamaian sangat dibutuhkan pada jaman ini, bagaimana kita bisa berdamai dengan sesama, dengan Tuhan dan diri sendiri.Semua ini hanya dapat kita peroleh dari Dia dan FirmanNya sebagai Madu Surgawi.
Senin, 01 Juli 2013
Khotbah Kebaktian R. Tangga 04 Juli 2013. I RAJA-RAJA 19:19-21 "Elisa Mendapat Panggilan Sebagai Nabi" Pemimpin Melahirkan Pemimpin
Seseorang yang dipanggil untuk menjadi nabi selain Allah yang mengurapi dan menyertainya juga harus membayar mahal harga panggilannya kepada Allah, seperti harus hidup kudus dihadapan Allah, hanya menyampaikan suara kebenaran Allah walaupun resikonya adalah ancaman terhadap nyawanya, penolakan dari orang lain (umat Allah sendiri), tekanan secara fisik, batin, penganiayaan dan lain sebagainya.
I. Elisa sebelum / pada saat dipanggil.
1. Elisa sedang sibuk bekerja (ay 19).
Elisa dipanggil untuk melayani Tuhan pada waktu ia sedang sibuk bekerja, bukan pada waktu ia sedang menganggur / bermalas-malasan.
Hal yang sama terjadi dengan Petrus, Andreas, Yohanes, dan Yakobus (Mat 4:18-22), dan juga dengan Matius (Mat 9:9 - ‘duduk’ di sini bukan bermalas-malasan, tetapi sedang bekerja, karena pemungut cukai ini sedang ‘duduk di rumah cukai’ Pada waktu melakukan pekerjaannya ia dipanggil oleh Allah. Bisnis tidaklah baik jika itu menghalangi kita untuk mendengar suara Allah
Penerapan: Setiap saudara dipanggil untuk melayani Tuhan. Jangan ber-kata "Saya tidak ada waktu", atau "Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan saya". Saudara harus memilih antara mengutamakan Tuhan / pelayanan atau mengutamakan pekerjaan / kesibukan dan menjadikannya sebagai ‘allah lain’ (bdk. Kel 20:3 - "Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu").
2. Elisa adalah orang yang kaya.
Dikatakan dalam ay 19 bahwa ia sedang membajak dengan ‘12 pasang lembu’, dan ini menunjukkan bahwa Elisa adalah orang yang kaya.
Ini menunjukkan:
kerajinannya. Sekalipun ia kaya tetapi ia sendiri ikut bekerja.
pada waktu ia memenuhi panggilan Tuhan, ia kehilangan banyak harta duniawi.
Luk 14:33 - "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu".
II. Panggilan terhadap Elisa.
1. Panggilan ini datang dari Tuhan, bukan dari Elia (ay 16).
2. Cara Elia memberikan panggilan adalah dengan melemparkan jubahnya.
Ay 19b: "Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya".
Jubah yang dimaksud adalah jubah nabi (bdk. Zakh 13:4 yang mengatakan bahwa nabi mempunyai ‘jubah berbulu’).
= ‘Jubah nabi adalah tanda dari pekerjaan nabi’ (Keil). Karena itu, melemparkan jubah itu kepada atau ke atas Elisa merupakan suatu cara yang tepat / cocok dan berarti untuk menunjuknya pada jabatan nabi. ‘Pada waktu Elia naik ke surga, Elisa mendapatkan seluruh jubah itu’ 2Raja-raja 2:13
= Pelemparan jubah Elia kepada Elisa merupakan tanda bahwa ia harus ‘mengikutinya’, mula-mula sebagai pelayannya, dan akhirnya menjadi penggantinya. Karena itu, jubah itu menjadi milik Elisa sepenuhnya pada waktu ‘tuan’nya ‘diambil dari kepalanya’ (2Raja-raja 2:3,13)] -
III. Tanggapan Elisa.
1. Elisa mengikuti Elia (ay 20a).
Tidak diragukan lagi iapun telah lama mengeluh dan berdoa mengenai penurunan moral dari negaranya dan aib yang dilakukan terhadap Allahnya) -
Karena itu pada waktu dipanggil, ia langsung mau. Ada banyak orang yang prihatin dengan keadaan kekristenan di Indonesia, tetapi tidak mau melayani. Ini prihatin yang omong kosong!
2. Elisa minta ijin untuk pulang dulu untuk mencium orang tuanya (ay 20b).
Elia menjawab: "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu" (ay 20c
3. Elisa menunjukkan bahwa ia mau melepaskan segala sesuatu, yaitu keluarga (ay 21 bdk. Mat 10:37), rumah dan pekerjaannya.
a. Satu hal lagi yang diperdebatkan adalah: apakah akhirnya Elisa pamitan / mencium orang tuanya atau tidak? Ay 21 tidak menceritakan hal itu, sehingga ada penafsir yang beranggapan bahwa ia memang tidak jadi melakukan hal itu. Tetapi ada yang berpendapat bahwa ia melakukan hal itu, hanya tidak diceritakan oleh Kitab Suci.
b. Reaksi orang tua Elisa.
Kalau diasumsikan bahwa Elisa pamitan kepada orang tuanya, maka kelihatannya orang tuanya tidak menghalanginya.
(= Celakalah orang tua yang berjuang, demi uang yang kotor, untuk mencegah anak mereka menerima panggilan untuk memberitakan Yesus kepada orang sebangsa mereka yang sedang menuju kepada kebinasaan, atau kepada orang kafir, karena mereka melihat bahwa hidup dari seorang penginjil yang sejati adalah suatu hidup yang relatif miskin, dan mereka lebih menginginkan bahwa ia mencari / menghasilkan uang dari pada menyelamatkan jiwa)
c. Elisa menyembelih lembunya dan menggunakan bajaknya sebagai kayu api untuk memasak lembu itu (ay 21).
adalah lebih penting untuk melihatnya sebagai suatu tindakan simbolis, pernyataan Elisa untuk membuang sepenuhnya panggilan / pekerjaan duniawinya. Mulai saat ini ia tidak memerlukannya lagi)
Mungkin tindakan Elisa ini seperti tindakan John Sung yang membuang semua ijazahnya ke laut waktu ia memutuskan untuk memenuhi panggilan Tuhan untuk melayani Tuhan.
Bandingkan dengan Petrus dkk. yang pada waktu dipanggil, hanya meninggalkan tetapi tidak menghancurkan peralatan menangkap ikan (Mat 4:18-22). Karena itu pada waktu Yesus mati, mereka kembali menjala ikan (Yoh 21:1-dst).
d. Elisa menggunakan lembu ini untuk pesta perpisahan. Pada waktu Lewi / Matius dipanggil, ia juga mengadakan pesta perpisahan (Luk 5:29).
e. Elisa menjadi pelayan Elia.
Ay 21 akhir: ‘menjadi pelayannya’.
Kesimpulan / penutup.
Dalam bukunya 21 Hukum Kepemimpinan Sejati, John Maxwell menuliskan bahwa salah satu karakteristik penting dari seorang pemimpin yang kerap kali dilupakan adalah melahirkan pemimpin untuk masa depan. Banyak pemimpin begitu hebat sewaktu hidupnya. Sayangnya, ketika ia lengser atau meninggal, perjuangannya turut berhenti karena ia tidak memiliki penerus yang akan mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan.
Ayat bacaan hari ini berkisah tentang bagaimana Elia, sang nabi besar, menyiapkan Elisa yang akan menjadi penggantinya. Ada dua hal yang Elia lakukan dalam proses ini. Pertama, ia memberikan otoritas dan kepercayaan kepada Elisa (ayat 19). Ia melemparkan jubah kenabiannya yang merupakan simbol otoritas kepada Elisa. Kedua, ia melatih Elisa dari bawah—sebagai pelayannya (ayat 21). Padahal menurut beberapa penafsir Alkitab, Elisa adalah orang kaya sebagaimana ditunjukkan dengan banyaknya ternak yang ia miliki. Namun, Elisa merendahkan diri dan “magang” sebagai pelayan Elia. Tampaknya Elia ingin menumbuhkan sikap melayani dalam diri Elisa sebelum kelak ia diresmikan menjadi seorang nabi.
Apakah sdr adalah orangtua dalam keluarga? Apakah sdr seorang pemimpin dalam gereja atau komunitas sdr? Sadarilah bahwa sdr mengemban tanggung jawab untuk menyiapkan pemimpin selanjutnya. Mintalah hikmat dari Tuhan supaya sdr dapat menemukan calon penerus yang terbaik. Lalu, siapkan mereka dengan memberikan otoritas dan kepercayaan. Didiklah mereka melayani lebih dahulu sebelum sdr mewariskan tugas kepemimpinan kepada mereka.
Waktu Elisa dipanggil, ia rela mengorbankan segala-galanya, dan ia pergi melayani Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Ingat, jangan ‘mengubur talenta’ saudara! Amin. RHLT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar