Kamis, 30 Maret 2017

Khotbah Kebaktian Rumah Tangga Hidup Sebagai Anak-anak Terang Efesus 5:8-14. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN TERANG?



Terang menurut Alkitab merupakan metofara yang mengandung berbagai makna, antara lain : (1) Gambaran dari Karakter Allah sendiri (1 Yohanes 1:5; Yohanes 8:12); (2) Gambaran dari kebaikan, kebenaran dan keadilan (Efesus 5:8-9); (3) Gambaran dari Kekudusan Allah (1 Timotius 6:16), yang digunakan khusus untuk Kristus kemudian diturunkan kepada orang-orang percaya, dan mereka ini bersaksi bagi Dia melalui kekudusan kehidupan mereka dan pemberitaan Injil (Yohanes 1:4,9); (5) Gambaran untuk sesuatu yang tersingkap (1 Korintus 4:5; Efesus 5:13).
Lalu apakah yang dimaksud dengan terang ? Kata Yunani “terang (light)” dalam ayat tersebut di atas adalah “φως-phôs” yang berasal dari kata kerja “φαινω-phainô,” yang berarti “menyinarkan dan atau bercahaya”. Menurut kamus bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan terang adalah : (1) Yang menyebabkan segala sesuatu dapat kelihatan; (2) Cerah, tidak gelap, tidak kelam; (3) nyata dan jelas kelihatan. Dengan demikian terang dapat diartikan sebagai : (1) yang menyebabkan segala sesuatu dapat dilihat dengan jelas; (2) Ketiadaan kegelapan.
Kenapa terang itu disebut sebagai ketiadaan kegelapan? Sebab (1) Kegelapan berarti absennya atau ketiadaan dari terang. Hal ini sama seperti kejahatan kejahatan yang berarti absennya atau ketiadaan dari sesuatu yang baik. kejahatan merupakan kerusakan atau devisiasi (penyimpangan) dari apa yang sebenarnya. kejahatan ada sebagai kerusakan dari sesuatu yang baik. Demikian juga dengan kegelapan merupakan akibat dari ketiadaan terang. (2) Kegelapan tidak memiliki esensi dari dirinya sendiri. Kegelapan tidak eksis secara sendirinya, ia ada di dalam sesuatu dan bukan di dalam dirinya sendiri. Misalnya, lubang itu riil, tapi hanya ada dalam sesuatu yang lain. Kita bisa katakan tidak adanya tanah sebagai sebuah lubang, tapi lubang tidak bisa dipisahkan dari tanah. Misalnya, kelapukan pada pohon terjadi karena adanya pohon. Tidak ada kelapukan jika tidak ada pohon. Kebusukan pada gigi hanya dapat terjadi selama gigi itu ada. Demikian juga dengan kegelapan, tidak akan ada kegelapan jika ada terang.
Khotbah:
Rasul Paulus mengatakan, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Efesus 5:8-10). Di dalam ayat-ayat tersebut rasul Paulus mengingatkan orang-orang percaya di Efesus bahwa mereka yang sekarang berbeda dari mereka yang dahulu. Bahwa sejak mereka percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi milikNya keadaan mereka benar-benar berubah. Perbedaan itu menurut Paulus bahkan sangat signifikan, yaitu kontras antara terang dan gelap. Berikut ini eksegesis dan analisis teologisnya :
1. Dalam ayat 8 rasul Paulus menujukkan keberadaan orang-orang percaya pada masa yang lalu, yaitu keadaan sebelum mereka percaya kepada Kristus. Ia mengatakan pada mereka  “Kamu memang dahulu adalah kegelapan”. Perhatikanlah susunan kalimat rasul Paulus tersebut. Ia tidak mengatakan “kamu memang dahulu gelap atau berada dalam kegelapan”, tetapi ia mengatakan “kamu adalah kegelapan (ête skotos)”. Jadi kegelapan yang paulus maksudkan disini adalah seluruh keberadaan (eksistensi) mereka, yaitu hakikat atau diri mereka, yaiu seluruh hidup dan pekerjaan mereka. Dimasa lalu, eksistensi mereka, yaitu hidup dan pekerjaan mereka adalah kegelapan, yang memimpin kepada kematian (bandingkan Efesus 2:1-2). Itulah eksistensi mereka dimasa lalu.
2. Namun keadaan mereka sekarang menurut rasul Paulus sudah sangat berbeda dari keadaan mereka di masa lalu. Paulus mengatakan demikian, tetapi sekarang (kamu) adalah terang di dalam Tuhan”. Jadi disini Rasul Paulus menegaskan keadaan mereka yang telah berubah bahwa mereka bukan lagi kegelapan, tetapi terang (phôs). Perhatikan disini Paulus tidak mengatakan bahwa mereka “berasal dari terang” atau “milik terang”, atau “berada dalam terang”, tetapi “kamu adalah terang (ête phôs). Frase rasul Paulus “kamu adalah terang” tersebut, sesuai dengan pernyataan Yesus kepada murid-muridNya dalam Matius 5:14, ketika Ia mengatakan “kamu adalah terang dunia”. Dengan demikian frase“ête phôs” bukan saja hendak mengatakan bahwa mereka berada dalam terang atau diterangi oleh terang, tetapi yang dimaksud ialah bahwa mereka adalah terang karena keberadaan mereka “di dalam Tuhan (en kuriô). Jadi eksistensi mereka sebagai terang tidak lepas dari kesatuan mereka dengan Kristus.
3. Karena eksistensi mereka sekarang ini adalah terang di dalam Tuhan, maka rasul Paulus mengingatkan bahwa mereka harus hidup sebagai “anak-anak terang (tekna photos) 1 Tesalonika 5:5; Lukas 16:8; Yohanes 12:36). Jadi menurut rasul Paulus, hidup sebagai anak-anak terang merupakan tugas dan panggilan bagi orang orang-orang percaya
4. Kebaikan, keadilan, dan kebenaran, tidak ada pada manusia lama hanya pada manusia baru, karena dianugerahkan Allah kepadanya. Kontras dengan manusia baru, maka manusia lama hidup didalam kegelapan, yang mana perbuatannya ialah : percabulan, kecemaran. Keserakahan, dan kejahatan-kejahatan lainnya (bandingkan Efesus 5:3-5). Jadi sini jelaslah Paulus maksudkan bahwa kebaikan, keadilan, dan kebenaran adalah buah (akibat/hasil) dari kehidupan orang-orang percaya yang telah diubahkan (kehidupan baru) di dalam Kristus.
5. Karena itulah dalam ayat 10 lebih lanjut rasul Paulus meminta kepada mereka untuk menguji keberadaan mereka sekarang ketika ia mengatakan, “ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Kata “ujilah” atau “dokimazontes” adalah bentuk partisif, berasal dari kata “dokimazein” yang berarti “mencoba, menyelidiki, atau menguji”. Kata “dokimazein” misalnya dipakai pada saat mengguji sesuatu dengan api (1 Korintus 3:13; 1 Petrus 1:7), atau mencona sesuatu dengan bereksprimen (Lukas 14:9), atau menyelidiki dengan jalan atau cara tertentu (1 Yohanes 4:1; 1 Timotius 3:10
Kesimpulan:
1. Kita menjadi terang karena kesatuan kita dengan Kristus. Orang-orang yang percaya kepada Kristus berarti telah diselamatkan. Artinya mereka sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yohanes 5:24) dan dari kegelapan kepada terang (Yohanes 8:12). Mari kita perhatikan kedua ayat tersebut. Yesus mengatakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yohanes 5:24)
2. Kita adalah terang karena identitas kita dalam Kristus (Matius 5:13-16). Orang-orang yang percaya kepada Kristus sekarang ini disebut sebagai anak-anak terang, karena mereka sudah berpindah dari kegelapan kepada terang (1 Petrus 2:9). Efesus 5:8-10
Kristus berkata, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18). Ketika kita diselamatkan, Allah mengubah kita dari orang berdosa menjadi orang benar, dari orang jahat menjadi orang kudus, dari musuh Allah menjadi anak-anak Allah. Ia memberi kita hidup yang kekal yang menghasilkan buah-buah yang baik dan memuliakanNya. Hidup baru dalam Kristus adalah akar sedang perbuatan-perbuatan baik adalah buah-buahnya. Karena terang menurut rasul Paulus “hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9). Amin!

Khotbah Kebaktian Kaum Lansia/Usia Indah Selasa 21 Maret 2017 “Usia Tua Semakin Berkhikmat”. Pengk 12:1 - 7



Terus Mengasah Pikiran
 Pada usia lanjut, bagaimana Musa mengungkapkan keinginannya memperdalam hubungannya dengan Allah?
 Pengalaman hidup diperoleh seiring dengan berlalunya waktu. (Ayub 12:12) Namun, kemajuan rohani tidak otomatis diperoleh dengan bertambahnya usia. Jadi, ketimbang sekadar mengandalkan cadangan pengetahuan yang diperoleh dahulu, hamba-hamba Allah yang loyal berupaya ’menambah ilmunya’ seraya tahun demi tahun berlalu. (Amsal 9:9) Sewaktu diberi tugas oleh Yehuwa, Musa berusia 80 tahun. (Keluaran 7:7) Pada zamannya, hidup hingga usia itu tampaknya dianggap luar biasa, karena ia menulis, ”Masa hidup kami tujuh puluh tahun; dan . . . karena memiliki keperkasaan khusus, delapan puluh tahun.” (Mazmur 90:10) Namun, Musa tidak pernah merasa terlalu tua untuk belajar. Setelah puluhan tahun melayani Allah, menikmati banyak hak istimewa, dan mengemban berbagai tanggung jawab yang serius, Musa memohon kepada Yehuwa, ”Beri tahukanlah kiranya jalan-jalanmu kepadaku, agar aku mengenal engkau.” (Keluaran 33:13) Musa selalu ingin memperdalam hubungannya dengan Yehuwa.
=Bagaimana Daniel terus mengasah pikirannya hingga usia 90-an, dan apa hasilnya?
Nabi Daniel, kemungkinan saat berusia 90-an, masih sibuk menyelidiki tulisan-tulisan kudus. Apa yang ia pahami dengan mempelajari ”buku-buku”—antara lain mungkin Imamat, Yesaya, Yeremia, Hosea, dan Amos—mendorongnya untuk mencari Allah melalui doa yang sungguh-sungguh. (Daniel 9:1, 2) Doa itu dijawab sewaktu ia diberi penglihatan mengenai kedatangan Mesias dan masa depan ibadah yang murni.—Daniel 9:20-27.
 Usia tua tidak mesti menjadi penghalang untuk mempelajari konsep-konsep yang baru dan sulit. Orang-orang berusia 60-an, 70-an, dan 80-an tidak menjadi penghalang Memberitakan Injil krn (Markus 13:10)
”Allah senang akan korban-korban yang demikian”. Sungguh besar berkat yang kita nikmati karena adanya orang-orang yang loyal di antara kita!—Ibrani 13:16.
#. Bagaimana usia lanjut Daud menambah bobot kata-kata yang dicatat di Mazmur 37:23-25?
Meskipun Daud sering mengalami perubahan keadaan , ia tetap yakin bahwa perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya yang loyal tidak pernah berubah. Menjelang akhir kehidupannya, Daud menggubah nyanyian yang kini dikenal sebagai Mazmur 37.
@. Bagaimana rasul Yohanes menjadi teladan kesetiaan sekalipun mengalami kemerosotan fisik dan usia lanjut?
 Di Patmos, ia diberi penglihatan berupa Penyingkapan yang membangkitkan rasa takut, yang dengan cermat ia tuangkan ke dalam tulisan. (Wahyu 1:1, 2) Menurut pendapat umum, ia dibebaskan dari pengasingan pada pemerintahan Kaisar Romawi Nerva. Setelah itu, kira-kira pada tahun 98 M, kemungkinan sewaktu berusia 90 atau 100 tahun, Yohanes menulis Injil dan ketiga surat yang menyandang namanya.
Riwayat Ketekunan yang Tidak Akan Pudar
%. Bagaimana orang-orang yang telah terganggu kesanggupan berkomunikasinya bisa menunjukkan pengabdian mereka kepada Allah?
Meskipun tidak bisa mengutarakannya dengan kata-kata, mereka mengatakan kepada Allah dalam hati, ”Betapa kucintai hukummu! Sepanjang hari, itulah yang kupikirkan.” (Mazmur 119:97) Allah sendiri mengenal orang-orang yang ”memikirkan namanya”, dan Ia menghargai betapa berbedanya orang-orang seperti itu dibandingkan dengan mayoritas umat manusia, yang sama sekali tidak memedulikan jalan-jalan-Nya. (Maleakhi 3:16; Mazmur 10:4) Betapa menenteramkan untuk tahu bahwa Allah senang akan renungan hati kita!—1 Tawarikh 28:9; Mazmur 19:14.
Apa Jawaban Saudara?
• Mengapa usia tua tidak mesti menghambat seseorang untuk mencapai sesuatu?
• Bagaimana saudara-saudari lansia dapat terus menunjukkan pengabdian yang saleh?

Khotbah Minggu 2April 2017 Judika:Berilah Keadilan kpd ku ya Allah Roh Allah Diam di Dalam Aku Roma 8:6-11.



Setelah mempelajari tentang tiga perbedaan esensial antara hidup oleh Roh vs hidup oleh daging mulai ayat 5 s/d 8, Paulus melanjutkan dengan menjelaskan bahwa jemaat Roma seharusnya hidup di dalam Roh mulai ayat 9 s/d 11, dilanjutkan dengan pengertian apa saja yang kita dapat ketika kita hidup di dalam Roh mulai ayat 12 s/d 17.
Di pasal 8 ayat 5-8, Paulus sudah mengajarkan adanya tiga perbedaan esensial antara hidup di dalam daging dan hidup di dalam Roh, maka ia mulai menjelaskan definisi hidup di dalam Roh pertama-tama di dalam ayat 9, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.” Di dalam ayat ini, kita menjumpai ada dua prinsip mengapa kita harus hidup di dalam Roh ? Yaitu, Pertama, kita harus hidup di dalam Roh karena Roh Allah diam (KJV : dwell) di dalam kita. Ketika Roh Kudus hidup dan diam di dalam kita, maka kita seharusnya hidup di dalam Roh. Mengapa ? Karena Roh Kudus mengerjakan hal-hal yang bersifat rohani di dalam diri setiap manusia pilihan-Nya sehingga mereka dimampukan untuk hidup bagi kemuliaan Allah. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Roh Kudus diutus untuk “menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” (Yohanes 16:8-11) Roh Kudus juga diutus untuk memuliakan Kristus dan mengingatkan para murid dan kita juga akan perkataan-perkataan Kristus (Yohanes 16:13-14). Di sini kita belajar kembali bahwa di dalam menuntun umat pilihan-Nya untuk hidup bagi Kristus, Roh Kudus melakukan dua tindakan, yaitu menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman serta Ia juga membawa mereka kepada Kristus. Ada empat kata kunci di dalam bagian ini, yaitu : dosa, kebenaran, penghakiman, dan Kristus. Roh Kudus menginsyafkan dosa berarti Roh Kudus membuat/menyadarkan seseorang yang masih tidak percaya kepada-Nya. Bukan hanya dosa, Roh yang sama juga menginsyafkan manusia pilihan-Nya akan kebenaran bahwa Kristus diutus oleh Bapa untuk menebus dosa-dosa manusia dengan mati disalib, bangkit dan naik ke Surga. Lalu, Roh yang sama juga menginsyafkan dunia akan adanya penghakiman bagi mereka yang masih tidak mau percaya karena kebebalan mereka. Siapakah mereka itu ? Mereka adalah para penguasa dunia yang menghina Kristus. Dan terakhir, Roh Kudus juga menuntun umat pilihan-Nya untuk mempelajari apa yang Kristus ajarkan, meneladani apa yang Ia lakukan dan hidup hanya bagi Kristus saja. Dengan kata lain, Roh Kudus sejati memimpin umat pilihan Bapa untuk hidup hanya bagi Kristus dengan mempelajari dan meneladani apa yang telah Kristus ajarkan dan lakukan. Ingat, barangsiapa yang mengaku dipenuhi “Roh Kudus”, tetapi hidupnya tidak berpadanan dengan ajaran dan tindakan Kristus, jangan mempercayai orang ini, karena Roh Kudus datang untuk mengingatkan kita akan dosa, kebenaran dan penghakiman serta akhirnya membawa seseorang untuk makin mengenal Kristus dan hidup bagi-Nya. Bagaimana dengan kita ? Seberapa dalam kita mengenal Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita ? Apakah kita hanya mengenal Kristus sebagai Juruselamat yang menyelamatkan kita dari dosa-dosa saja lalu kita tidak lagi men-Tuhan-kan Kristus ?? Ataukah kita malahan hanya mempercayai Kristus sebagai salah satu jalan keselamatan, sehingga orang-orang di luar Kristen masih bisa diselamatkan tanpa Kristus ?? Pengenalan kita akan Kristus merupakan “iman” kita dan itu akan menentukan tindakan kita sehari-hari. Ketika kita mengenal Kristus sebagai salah satu jalan keselamatan (bukan satu-satunya), di saat itu pulalah, “iman” dan pikiran kita dibentuk (meskipun salah), lalu menghasilkan pikiran dan tindakan yang tidak lagi menghormati Kristus, malahan melecehkan dan menghina-Nya. Banyak orang bahkan yang mengaku diri “pendeta” bergelar doktor theologia dan mengajar di sekolah tinggi theologia sekalipun tetapi imannya kacau, doktrinnya lebih parah lagi : amburadul, diakhiri dengan sikap mereka yang melecehkan Kristus dan dipublikasi di depan umum. Apakah orang demikian hidup di dalam Roh ? Mutlak TIDAK ! Orang ini meskipun mengklaim diri “pendeta”, sebenarnya orang ini hidup di dalam kedagingan, mengapa ? Karena orang ini tidak memuliakan Kristus, tetapi memuliakan kehebatan diri yang serba akademis. Saya bukan anti akademis, tetapi jangan pernah mendewakan akademis atau organisasi. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengajarkan bahwa gereja yang terlalu kuat organisasinya, percayalah, gereja itu pasti mati, karena gereja tersebut tidak terbuka terhadap gerakan Roh Kudus yang mampu mendobrak organisasi mati buatan manusia. Tetapi hal ini tidak berarti kita tidak usah membutuhkan organisasi, karena segala sesuatu bergantung pada Roh Kudus. Ini pemahaman yang berat sebelah. Gereja sejati memang membutuhkan organisasi, tetapi itu bukan ditempatkan di titik pertama. Pdt. Dr. Stephen Tong mengajarkan bahwa gereja sejati harus menempatkan iman dan doktrin di titik pertama, kemudian SDM (Sumber Daya Manusia) baru terakhir organisasi. Urutan ini tidak boleh terbalik.
2. kita harus hidup di dalam Roh karena itu adalah tanda kita milik Kristus. Kristus adalah Pribadi kedua Allah Trinitas yang menjelma menjadi manusia. Di dalam hidup-Nya, Kristus taat mutlak kepada Allah Bapa sampai mati disalib demi menebus dosa-dosa umat pilihan-Nya, pada hari yang ketiga, Ia bangkit dan naik ke Surga. Ketaatan Kristus ditunjukkan dengan semangat dan ketegasan disertai kasih-Nya ketika Ia mengajar dan menegur orang-orang Farisi yang munafik. Kristus juga mengkhotbahkan hal-hal yang berbeda dari khotbah/ajaran dunia di dalam Khotbah di Bukit (Matius 5-7) yang telah menginspirasi banyak orang, salah satunya Mahatma Gandhi dari India. Kristus juga sangat peka pada pimpinan Roh Kudus, sehingga ada kalanya Ia menyingkir ketika Ia mau dilempari batu (karena waktu di mana Ia harus menyerahkan diri belum sampai), dan ketika waktu Ia harus menyerahkan diri-Nya sudah sampai, Ia tidak melarikan diri, melainkan Ia taat mutlak, bahkan Ia sendiri yang pergi ke Yerusalem untuk nantinya mati disalib. Tuhan Yesus Kristus adalah sosok Pribadi yang teragung, termulia di sepanjang abad. Hal ini adalah satu-satunya bukti bahwa Kristus bukan hanya bernatur manusia, tetapi Ia juga adalah Allah. Jika Ia bukan Allah, mana mungkin Ia bisa taat mutlak 100% kepada Bapa ? Lalu, bagaimana kita bisa menjadi milik Kristus, padahal kita menyadari bahwa kita tak mungkin taat mutlak kepada Allah ? Hal ini tentu tidak terlepas dari peran aktif Roh Kudus yang mengefektifkan karya penebusan Kristus dan mengimputasikan ketaatan-Nya pada diri setiap umat pilihan-Nya. Kita boleh menjadi milik Kristus dan anak-anak-Nya adalah mutlak karena pekerjaan Roh Kudus (1 Korintus 12:3), sehingga tidak ada jasa baik manusia secuil pun yang patut dibanggakan di depan umum. Dengan kata lain, menjadi milik Kristus berarti menjadi apa yang diinginkan-Nya untuk kita lakukan. Itulah sebabnya Ia sendiri berfirman bahwa barangsiapa yang mengikut-Nya harus menyangkal diri dan memikul salib (Matius 16:24). Penyangkalan diri dan memikul salib adalah dua tindakan yang tidak lagi mementingkan diri sendiri, tetapi lebih mementingkan kehendak Allah di dalam hidup meskipun penderitaan mengancam dan menghimpit kita. Bagaimana dengan kita ? Kita pasti memiliki barang berharga di dalam rumah. Barang-barang tersebut kita jaga, bersihkan dan pelihara baik-baik supaya tidak kotor dan tidak ada yang mencuri. Ketika orang lain melihat barang tersebut, mungkin barang tersebut menunjukkan pemilik barang tersebut, yaitu kita. Demikian juga dengan kita. Kita semua adalah milik Kristus. Jika kita mengaku diri adalah milik Kristus, berarti kita semua harus memancarkan sinar kemuliaan, terang kasih dan kebenaran yang Kristus pancarkan. Itulah citra diri orang Kristen sejati, yaitu berani menyatakan kebenaran Kristus (meskipun banyak halangan dan penderitaan/fitnahan), tetapi tetap mengasihi mereka yang berdosa seperti Kristus yang berani menyatakan kebenaran tanpa kompromi dan mengasihi mereka yang tersesat. Seringkali dengan barang milik kita lebih memperhatikan dengan teliti, tetapi kita sendiri tidak memperhatikan diri sendiri untuk menjadi terang Kristus, padahal kita sudah menjadi milik-Nya. Maukah kita menyadari hal ini ?
Lalu, apa tanda kita menjadi milik Kristus ? Paulus menjelaskannya di ayat 10, “Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.” Di sini ada pembedaan (bukan berarti terpisah satu sama lain) di dalam diri kita yang adalah milik Kristus yaitu tubuh dan roh. King James Version (KJV) lebih tepat membedakan kedua hal ini dengan mengatakan, “And if Christ be in you, the body is dead because of sin; but the Spirit is life because of righteousness.” Apa maksud pembedaan ini ? Maksudnya adalah kita harus menyadari bahwa tubuh kita tetap adalah tubuh berdosa yang mau tidak mau harus mati sebagai upah dosa, tetapi di dalam Kristus, roh kita tetap hidup karena di dalam roh ada kehidupan baru dari Roh Kudus yang memancarkan kebenaran keadilan Allah. Hal ini tidak berarti tubuh kita tidak dibangkitkan, tetapi pembedaan ini dimaksudkan supaya kita harus mengerti bahwa pengudusan terus-menerus yang dikerjakan Roh Kudus bukanlah sesuatu yang instan, tetapi melewati proses yang akhirnya membawa kepada kesempurnaan tubuh dan jiwa/roh. Dengan kata lain, menurut tafsiran Geneva Bible Translation Notes, orang yang hidup di dalam Roh akan mengalahkan kedagingan dan dosa. Mengapa ? Karena di dalam roh kita ada kehidupan yang sanggup mengalahkan kematian.

Pembedaan ini dijelaskan dengan gamblang di ayat 11, “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” Ayat ini merupakan pembanding yang jelas. Paulus menjelaskan bahwa jika Roh Kudus telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati, maka Roh yang sama yang diam di dalam kita akan menghidupkan tubuh kita yang fana itu. Ini berarti seperti kebangkitan tubuh Kristus, maka tubuh kita pun akan dibangkitkan juga kelak. Hal ini bisa menunjuk kepada dua hal, yaitu : tubuh kita di dunia ini dipakai untuk memuliakan Allah (1 Korintus 3:16) dan kebangkitan tubuh kelak (1 Korintus 15).
Pertama, tubuh kita yang telah ditebus oleh Kristus harus dipergunakan untuk memuliakan Allah, karena tubuh kita adalah bait Allah/tempat di mana Roh Kudus berdiam (1 Korintus 3:16 ; 6:19). Ini adalah penjelasan Alkitab yang paling tinggi melampaui dari semua konsep dan pemikiran filsafat, agama, kebudayaan dan ilmu apapun juga. Banyak agama, filsafat, kebudayaan, dll selalu mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan roh itu baik, sehingga agama-agama Timur selalu mengajarkan adanya penyiksaan diri (askese). Askese dilakukan karena ada “iman” bahwa tubuh ini jahat sehingga harus “dimatikan”, dan pada saat melakukan askese inilah, kita “diselamatkan”. Cara melakukan askese adalah dengan bersemedi, puasa, pergi ke gua-gua, dll. Konsep seperti ini mutlak BUKAN ajaran Alkitab dan ditentang oleh Alkitab, mengapa ? Karena Alkitab mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia sesuai gambar dan rupa-Nya sendiri, sehingga meskipun telah jatuh ke dalam dosa, Ia tak pernah menganggap tubuh manusia ciptaan-Nya sebagai sebuah kejahatan. Hal ini lebih ditegaskan kembali ketika Ia mengajar melalui Paulus bahwa tubuh umat pilihan-Nya adalah bait Roh Kudus di mana Roh Kudus berdiam. Inilah hak istimewa yang kita peroleh. Tubuh kita yang dipengaruhi oleh dosa disucikan terus-menerus oleh Roh Kudus melalui pendiaman diri-Nya di dalam tubuh kita. Bayangkan, jika seorang presiden mengatakan bahwa ia akan berkunjung ke rumah kita besok atau seminggu lagi, mungkin kita akan mempersiapkan segala sesuatu dengan membersihkan rumah dari debu dan kotoran, mengecat dinding rumah, menyemprotkan wewangian, mencuci baju, dll. Segala sesuatu dipersiapkan untuk menyambut kedatangan sang presiden. Tetapi ketika Roh Kudus berdiam di dalam tubuh kita, kita seringkali masa bodoh dengan tubuh kita. Kita seringkali tidak mandi sebulan, atau bahkan membuat tubuh kita tidak bernilai. Hal ini tidak berarti kita harus benar-benar memperhatikan dan merawat tubuh kita dengan manicure, pedicure, mandi susu, dll sehingga hal tersebut mengalihkan fokus kita untuk melayani-Nya di dalam hidup kita. TIDAK. Itu bukan maksudnya. Merawat tubuh tidak berarti lebih memperhatikan tubuh jasmaniah, tetapi berarti kita lebih mempergunakan tubuh ini untuk memuliakan Allah, karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Caranya adalah dengan mempergunakan mata, pendengaran, pikiran, perkataan, dan seluruh tindakan kita untuk memuliakan Allah. Pergunakanlah mata kita untuk melihat hal-hal yang beres dan memuliakan Allah. Pergunakanlah telinga kita untuk mendengar firman Allah yang beres. Pergunakanlah mulut kita untuk memberitakan Injil dan mengajar firman Allah, bukan untuk bergosip. Kedua, hal ini berbicara tentang kebangkitan tubuh. Di dalam 1 Korintus 15:1-11, Paulus mengajar kita tentang kebangkitan Kristus, disambung dengan pengajaran tentang kebangkitan kita dan kebangkitan tubuh di ayat 12 s/d 58. Ini berarti ada kesinambungan tetap bahwa Kristus yang dibangkitkan secara tubuh, maka kita juga akan dibangkitkan secara tubuh di akhir zaman. Kebangkitan tubuh ini membuktikan bahwa semua ajaran agama, filsafat, kebudayaan, ilmu yang mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan harus dikutuk adalah salah. Sebaliknya, kebangkitan tubuh ini jelas mengajarkan bahwa Allah memandang tubuh manusia ciptaan-Nya sendiri adalah baik dan perlu disempurnakan di dalam kekekalan.
Hal inilah yang mengakibatkan Paulus dengan iman yang berani mengatakan di ayat 58, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Kebangkitan tubuh jelas membangkitkan semangat kita untuk terus bekerja melayani Tuhan dan bersekutu dengan-Nya, karena semua itu tidak sia-sia. Amen

Khotbah Kebaktian Rumah Tangga 4 April 2017 Yehezkiel 37:1-14 “Kristus Memberi Kehidupan”



Pengantar:
Yehezkiel sebagai seorang nabi diberi penglihatan oleh Tuhan tentang perjalananannya ke suatu lembah dan di lembah itu terdapat banyak tulang-tulang kering yang berserakan, Yehezkiel dibawa oleh Roh Tuhan ke tempat tersebut. Yehezkiel di sini disebut sebagai anak manusia, ungkapan anak manusia ini sering di temukan dalam kitab Yehezkiel. Arti dari ungkapan ‘anak manusia’ ini hendak memperlihatkan bahwa sekalipun Yehezkiel hanyalah manusia tetapi dia adalah orang yang dipanggil Tuhan untuk berbicara atas namaNya kepada bangsa Israel (bdk. Yehezkiel 4:1). Kapan waktunya Yehezkiel menerima penglihatan ini, tentang tulang belulang yang kering ini, tidak diketahui, tetapi mungkin terjadi setelah sejumlah orang Israel menetap di pembuangan dan mulai kehilangan harapan (Yeh. 37:11). Lembah yang penuh tulang belulang ini mungkin sama dengan lembah di mana dia mendapat penglihatannya yang pertama (Yeh. 1:1-3).
Kematian, dalam arti yang sesungguhnya, bukanlah sesuatu yang ditakutkan dalam kehidupan umat Israel, sehingga “kematian” tidak pernah termasuk salah satu pokok penting dalam Teologi Perjanjian Lama, jarang sekali dibicarakan. Dalam pergumulan iman mereka, bukan kematian yang paling menakutkan, tetapi yang paling menakutkan bagi umat Israel adalah keterputusan (terputusnya) hubungan di antara umat dengan Allah, hal itu merupakan malapetaka yang sangat. Pada fase itu, umat sesungguhnya tidak lagi merasakan apa itu makna hidup, tidak memiliki tujuan, dan tidak lagi memiliki pengharapan. Dan salah satu fase “keterputusan hubungan” tersebut adalah ketika umat (bangsa) Israel dibuang ke Tanah Babilonia.
Penjelasan:
 Tulang-tulang kering yang berserakan menjadi gambaran akan keadaan bangsa Israel di dalam keterpurukannya dipembuangan yang tanpa harapan. Dalam penglihatan ini sungguh Allah ingin menyatakan bagaimana keadaan konsekuensi dari dosa yang diperbuat oleh umatNya.
Dosa akan membawa mereka kepada kondisi hidup yang tanpa harapan, seperti yang mereka katakan “Tulang-tulang kami sudah menjadi kering dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang” (ay. 11). Namun demikian tidak ada siapapun yang dapat menghidupkan tulang-tulang kering yang telah berserakan itu selain dari kasih dan kuasa Allah. Sehingga belas kasihan Allah sungguh diperlihatkan dalam penglihatan ini, bahwa Tuhan akan memberikan kembali kepada mereka harapan dan akan melakukan pembaharuan dalam kehidupan mereka.
Akan selalu ada konsekuensi dari sikap yang tidak mengindahkan perintah dan aturan Tuhan, seperti yang dialami oleh umat Israel yang membawa mereka dalam kehidupan yang sangat memprihatinkan. Allah telah menunjukkan kepada kita jalan kehidupan untuk kita jalani, tentunya Allah sebagai sumber kehidupan adalah satu-satunya yang akan kita percayai untuk boleh tetap bertahan dalam kehidupan ini.
Melalui penglihatan ini memberikan kepada kita suatu perenungan akan penderitaan yang boleh terjadi dalam kehidupan manusia ditengah-tengah kehidupan ini. Ada yang menderita tanpa pengharapan, namun ada juga yang menderita dengan tetap berpengharapan. ‘tak dapat disangkal penderitaan yang boleh terjadi dalam hidup kita baik dari kemiskinan, kelaparan, penyakit, bencana, kematian, kejahatan dan lain sebagainya. Namun apakah semuanya kita lalui melalui jalan yang benar? Ketika kita tidak bersama Tuhan dalam menghadapi semuanya itu maka akan berujung pada keputusasaan. Namun orang yang tetap hidup dalam jalan kebenaran Tuhan akan memiliki pengharapan.
 Pengharapanlah yang akan menjadi kekuatan yang diberikan oleh Tuhan, sebab iman kepada Kristus tidak akan pernah mengecewakan. 
Tuhan tidak diam! Tuhan tidak tidur dalam penderitaan umatNya. Ia mau bertindak dan berbuat karena kasihNya yang besar kepada umat ciptaanNya. Tuhan tidak menginginkan manusia itu menderita karena keberdosaannya dan mati karena kejahatannya. Tuhan membuka jalan untuk pemulihan melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Di dalam Tuhan tidak akan ada akhir yang menyedihkan yang ada hanyalah sukacita yang kekal.
Renungan:
Tulang-tulang kering yang ada di hadapan Yehezkiel menggambarkan kondisi kerohanian umat Tuhan yang berada di pembuangan. Kerohanian mereka mati dan kehilangan fungsinya seperti tulang-tulang yang berserakan, saling terpisah satu dengan yang lain. Pertanyaan Tuhan mencerminkan pertanyaan Yehezkiel dan semua orang yang menyaksikan kondisi tersebut. Mungkinkah kondisi kerohanian yang sudah sedemikian parah ini dipulihkan kembali?
Gambaran di atas sangat penting dan relevan dengan kehidupan kita. Ada banyak hal yang dapat membuat kehidupan rohani orang-orang Kristen masa kini seperti tulang-tulang kering itu. Mati dan beserakan. Kita hidup di dunia yang semakin sibuk dengan berbagai urusan materi dan jasmani. Dalam kebanyakan keluarga Kristen masa kini, urusan kerohanian hanya diberi tempat di urutan terakhir. Bahkan, tidak sedikit keluarga Kristen yang kondisi kerohaniannya tergolong sakit parah atau bahkan mati. Mungkinkan kondisi kerohanian yang sudah parah itu dipulihkan kembali?
Peragaan yang diberikan Tuhan justru hendak menjawab pertanyaan itu dengan tegas. Jawabnya, tentu saja bisa. Tuhan sanggup menyusun kembali tulang-tulang yang berserakan itu hingga terjalin dengan utuh, dan kemudian membalutnya dengan daging. Tuhan juga sanggup memberikan roh untuk membuat tulang-tulang itu hidup kembali. Tidak ada yang tidak bisa dipulihkan oleh Tuhan, meski separah apapun kondisinya.
Sungguh menarik menyaksikan bahwa tulang-tulang kering ini bergerak, memberikan respon ketika Yehezkiel menyampaikan firman Tuhan. Hal ini bertolak belakang dengan sikap umat Tuhan yang tidak memberikan respon apa-apa terhadap firman-Nya. Sikap responsif tulang-tulang kering itu merupakan teguran keras terhadap umat Tuhan yang tidak bersedia mendengar firman-Nya. Padahal, pemulihan harus diawali dengan kesediaan kita untuk mendengar dan menanggapi firman Tuhan secara positif. Apapun yang “kering” bisa Tuhan pulihkan, apapun yang “retak” bisa Tuhan sembuhkan, apapun yang “patah” bisa Tuhan sembuhkan. Oleh karena kemahakuasaan Tuhan dan Roh-Nya, lembah bisa ditutup, gunung bisa diratakan. Semua itu bisa terjadi. “Tapi bernubuatlah pada tulang-tulang kering itu!”, kata Tuhan. Jadi tugas kita adalah bernubuat pada semua aspek kehidupan kita yang masih kering. Bernubuatlah bahwa tahun ini adalah Tahun Rahmat Tuhan bagimu! Iman berarti apapun yang Anda percayai harus terus Anda taruh dalam hati. Perkatakanlah apapun yang Anda percayai itu setiap hari. Lalu dengan apa yang Anda percayai dan perkatakan itu, mulailah bertindak! Sebab iman itu harus bertindak, saat kita melangkah maka ada pintu yang terbuka. Amen
Pertanyaan Untuk didiskusikan:
Salah satu keunikan teks ini adalah pengulangan beberapa frase yang mengindikasikan “kedaulatan TUHAN”. Frase “dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN” muncul sebanyak 3 kali (ayat 6b, 13a, 14b). Selain itu, frase “beginilah Firman TUHAN” muncul 4 kali (ayat 4, 5, 9, 12). Mengapa penekanan terhadap kedaulatan TUHAN ini penting dalam konteks Yehezkiel?