Sabtu, 23 Juli 2016

Khotbah Minggu 7 Agustus 2016 Kejadian 15 : 1 - 6 Thema: “Jangan Takut Akulah Perisaimu”




Pendahuluan
Dalam dunia kerajaan yang identik dengan perang, perisai biasanya dipakai sebagai senjata untuk menghadapi, melawan dan melindungi diri dari serangan musuh. Oleh karena itu kata “Akulah Perisaimu” yang menjadi thema kita ingin menekankan bahwa Allah akan menjadi senjata Abram dalam menghadapi dan melawan serangan-serangan musuh.
Bahagian pasal ini merupakan perjanjian Allah dengan Abram. Allah meyakinkan Abram bahwa allah akan tetap menyertai,melindungi dan memberkati Abram. Berkat yang dijanjikan Allah menimbulkan pertanyaan Abram,karena dia pada saat itu belum mempunyai anak (keturunaan),sedangkan dia dan istrinya sarah sudah lanjut usia.
Allah berkata kepada Abram bahwa berkat - berkat yang akan diterimanya bukan untuk elieser hambanya,tapi untuk anak nya sendiri yang akan lahir dari istrinya sarah.
Allah juga mengingatkan apa yang pernah dijanjikan Allah bahwa keturunannya seperti bintang – bintang dilangit. Walau janji Allah itu sulit diterima secara logika,tapi Abram percaya sehingga dia diterima Allah sebagai orang yang benar.

Khotbah:
Orang percaya sering kali mendapatkan dirinya berada di antara janji Allah dan pengalaman pribadinya sendiri, janji Allah sudah jelas, tetapi keadaan-keadaan tidak membawa kepada penggenapan janji itu.  Kegagalan dalam situasi ini bukan dipihak Allah, melainkan dipihak manusia. 
Apa yang berlaku bagi orang percaya sekarang ini berlaku juga untuk Abraham.  Allah telah memberikan janji yang luar biasa kepadanya, namun berbagai peristiwa, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sedemikian mendalam dalam hatinya, sehingga ia mulai takut. Mengadakan perjalanan melintasi negri yang asing tidaklah mudah.  Kelaparan telah mendorongnya ke Mesir dan ia meninggalkan Mesir dengan perasaan malu ketika ia kembali ke Kanaan. 
Ia bertindak sebagai penengah dalam suatu pertengkaran yang hebat antara gembalanya dan para gembala Lot, penyerbuan raja-raja dari Timur, dan penawaran Lot juga telah mempersulit keadaan, sudah tentu Abraham sama seperti kebanyakan orang, bingung dan takut tentang berbagai keadaan-keadaan yang sulit.
Pada suatu keadaan Tuhan menampakkan diri kepada Abraham “dalam suatu penglihatan” dan ini merupakan pernyataan Allah yang kelima kepadanya, dan setiap kali Allah menampakkan diri selalu mengacu kepada suatu penglihatan yang diprakarsai oleh Allah.  Inilah sarana yang dipakai Allah untuk  berkomunikasi dengan Abraham serta meyakinkan Abraham bahwa dalam kesengsaraannya.   Allah adalah “perisai dan upahmu ….. Sangat besar ungkapan ini menyatakan bahwa Allah akan melindunginya dan juga akan menggenapi semua Janji-janji Allah kepadanya.  Tanggapan Abraham menunjukkan keprihatinan yang mendalam karena ia tidak mempunyai anak sebagai ahli waris.
Abraham bertanya kepada Allah” Apakah yang mewarisi rumahku adalah Beliezer orang Damsyik itu.?”  Disini Abraham sedang mengusulkan kepada Allah untuk mengadopsi anak.  Karena dengan tidak mempunyai anak dianggap sebagai kutukan oleh kaum wanita timur, tetapi yang lebih dirisaukan oleh Abraham yaitu ahli waris.  Laki-laki untuk mewarisi harta bendanya dan berkat-berkat dimasa depan yang dijanjikan Allah kepadanya.  Abraham menyimpulkan bahwa Ia dan Sarah sudah tidak mungkin lagi mempunyai anak, karena sudah tua.  Tetapi Allah tidak mau menggunakan cara ini (mengadopsi anak), untuk menggenapi janjinya kepada Abraham, Allah berkata “orang ini tidak akan menjadi ahli warismu”, yang menjadi  ahli warismu adalah anakmu sendiri bukan seorang hamba yang diadopsi.
Allah  melihat Abraham sedang mengalami kekecewaan dan kesukaran maka Allah menyuruh dia untuk melihat kelangit dan berkata “hitunglah bintang-bintang jika engkau dapat menghitunngnya” Allah menjanjikan keturunan yang tak terhitung banyaknya seperti bintang-bintang.
Abraham percaya kepada Tuhan dan Allah membenarkan dia, atau menyatakan dia benar.  Artinya: Abraham mempunyai hubungan yang benar dengan Allah yaitu dengan penuh kesetiaan dan ketaatan hatinya terarah pada Tuhan dalam kepercayaan tanpa kebimbangan.  Tuhan memberkati. Amen.

Khotbah Minggu 31 Juli 2016 Kolose 3:1-11 Tema: “Diperbaharui Untuk Memperoleh Pengetahuan Yang Benar”



Pendahuluan
Hari ini kita mau berbicara tentang pembaharuan. Kalau kita bicara tentang pembaharuan, ini akan selalu terkait dengan keinginan untuk suatu perubahan. Biasanya pengharapannya adalah memperbaharui menuju sesuatu yang lebih baik lagi.
Ada ungkapan yang dilontarkan orang “ Hidup tidak merdeka di tengah-tengah kemerdekaan “. Kalau dulu kita dijajah oleh bangsa lain, sekarang kita dijajah oleh bangsa sendiri. Alsannya adalah: yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin, orang bodoh dibodoh-bodohi orang pintar, sehingga tetap bodoh orang bodoh (makanan empuk orang pintar), yang lemah ditindas oleh yang yang kuat (siapa kuat dia berbuat = hukum rimba), yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan (memutarbalikan fakta), hukum dapat dibeli, lebih berat hukuman pencuri ayam daripada pencuri kerbau), banyak janjinya, banyak dustanya.
Syarat atau kondisi mencari hal-hal di atas adalah Allah membangkitkan kita bersama dengan Kristus.
Kita masih hidup sekarang, mengapa dikatakan bangkit bersama dengan Kristus? Bangkit bersama dengan Kristus di sini artinya hidup lama secara batinà mati à dibangkitkan Allah à hidup baru bersama dengan Kristus secara batin. Apa artinya secara batin? Artinya Allah memperbarui roh dan jiwa kita, namun secara jasmani masih belum. Kita masih memiliki tubuh yang sama seperti sebelum dibangkitkan Allah.
Bangkit bersama dengan Kristus menunjukkan siapa kita dulu dan sekarang. Kita dulu memiliki hidup lama. Hidup lama berarti secara batin kita belum dilahirkan baru artinya roh dan jiwa kita masih belum menjadi milik Allah dan menjauhi Allah. Kita sekarang memiliki hidup baru. Hidup baru berarti secara batin kita sudah menjadi milik Allah dan Allah ada di dalam batin kita. Secara jasmani kita masih harus berjuang melawan segala keinginannya yang cenderung bertentangan dengan firman Allah. Kita lihat teks berikutnya Kolose 3:5. Kita memiliki sejumlah keinginan duniawi yang mendatangkan murka Allah. Itu sebabnya bangkit bersama dengan Kristus menjadi syarat dan fondasi yg fundamental. Tanpa memiliki hidup baru secara batin maka segala usaha kita untuk hidup kudus dan suci akan sia-sia. Itu sebabnya, Paulus lebih dahulu menuliskan Kolose 3:1-4. Kolose 3:1-4 menjadi fondasi terhadap Kolose 3:5-11

Pembahasan Nats
Pertama, mematikan yang duniawi
Empat perkara dunawi yang harus dimatikan yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu dan keserakahan. Empat perkara tersebut dilakukan diserupakan dengan orang penyembahan terhadap berhala, dan hasilnya adalah murka Allah atas orang-orang yang durhaka. Hal yang demikian dilakukan oleh orang-orang yang belum hidup baru. Tetapi bagi orang yang telah mematikan yang duniawi harus membuang amarah, geram, kejahatan,fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut. Kata-kata yang keluar dari mulut: “Ya bila ya, tidak bila tidak”, apa yang lebih dari itu berasal dari sijahat (bd. Mat. 5:37). Tidak ada dusta di antara anak-anak Tuhan. Alasannya karena telah mematikan atau menanggalkan manusia lama dengan tanda-tanda yang mengikutinya.
Kedua, mengenakan manusia baru
Kata mengenakan dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya:memakai (pakain, topi, dsb). Seperti mengenakan pakaian baru, maka pakaian yang lama haruslah ditanggalkan, demikian juga dalam mengenakan manusia baru maka manusia lama yang hakekatnya sudah mati haruslah ditanggalkan (bd, ay 5: segala sessuatu yang duniawi. Manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik.

Ketiga, keselamatan yang Universal
Bahwa keselamatan itu atau pengenalan Allah itu itu universal (orang Yunani, orang Yahudi, orang bersunat, orang tidak bersunat, orang Barbar, orang Skit, budak atau orang merdeka) satu di dalam Kristus (bd.Gal. 3:28).
Pointer Aplikasi
Manusia baru dengan mematikan manusia lama . Manusia baru dihasilkan oleh kesatuan orang percaya dengan Kristus dalam kematian dan kehidupanNya. Orang percaya telah mati terhadap dosa, sehingga kesukaannya adalah menjalankan hidup baru (sesuai dengan Firman Allah bd. Masmur 119:105). Hidup baru adalah kehidupan yang mengambarkan kehidupan untuk kemulian Allah (bd. Matius 5:13-16).
Banyak kristen dalam mengenakan manusia baru itu seperti memakai pakaian atau memakai topi, tergantung situasi dan keadaan; pakaian dan topi ditanggalkan dan diganti dan mengenakan manusia lama. Hal ini dapat dilihat dari kekecewaan orang (belum Kristen) yang terhadap kehidupan. Katanya orang Kristen pemurah, tapi nyatanya pelit. Katanya orang Kristen orang jujur, ternyata banyak orang Kristen penipu, Katanya orang Kristen orang yang yang kaya kasih, tapi nyatanya banyak orang Kristen itu orang pendendam. (bd. Seorang suami yang dengan ketat mengenakan aturan yang ketat terhadap isterinya, isterinya sangat tertekan dan menderita. Oleh aturan yang ketat. Matilah suami yang kejam tersebut dan tidak beberapa lama setelah kematian suaminya, ia menikah dengan pria yang sangat mengasihinya. Aturan suaminya itu juga yang dilakuknnya, tetapi bedanya pada suami yang pertama, ia sangat menderita menjalankan tugas, tetapi pada suaminya yang kedua ia sangat berssukacita, padahal pekerjaan tetap sama,
Keselamatan universal menuntut hidup kita untuk memberitakan Injil (Mat. 28:18-20). Kita adalah agen-agen keselamatan untuk membebaskan dari kematian kepada kehidupan.
Amen

Khotbah Minggu 03 Juli 2016 Galatia 6: 7-16 “Roh Memampukan kita Berbuat Baik Bagi Semua Orang”



Pembukaan
Santo Agustinus, seorang Bapa Gereja, pernah ditanya tentang: “Apa sih Kasih itu? Bagaimana bentuk dan rupa Kasih itu?”. Santo Agustinus kemudian menjawab pertanyaan itu begini:
Kasih memiliki tangan untuk menolong orang lain, Kasih memiliki kaki untuk menghampiri mereka yang miskin, Kasih memiliki mata untuk melihat kebutuhan-kebutuhan orang lain, Kasih memiliki telinga untuk mendengar rintihan mereka yang menderita.
Sederhana, tepat sasaran! Apa itu perwujudan kasih? Kasih itu punya tangan, kaki, mata dan telinga yang bukan hanya bias kita gunakan untuk diri kita sendiri saja … melainkan bisa juga kita gunakan untuk menjangkau mereka yang lain yang ada disekitar kita. Kasih bukan hanya ‘melihat ke dalam’ tapi juga ‘melihat keluar’. Dengan demikian kita dimampukan untuk berbuat baik bagi semua orang.

Khotbah:
 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan”, ini adalah peringatan untuk kita perhatikan. Tidak ada celah untuk kita bisa mengelabui Tuhan dari setiap apa yang kita perbuat dalam hidup kita. Jika pada manusia kita masih bisa untuk menggunakan ‘trik dan intrik’ namun dihadapan Tuhan semuanya jelas dalam pengetahuanNya. Keselamatan dari Tuhan itu tidak akan begitu saja kita terima hanya dengan mengaku percaya ataupun kesibukan kita pada kegiatan-kegiatan gereja, namun ada hal yang lebih mendalam dari itu semuanya yaitu sikap hidup kristiani sebagai wujud dari iman kita pada Tuhan.   
Kita tidak bisa lepas dari yang namanya hukum tabur tuai, apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai. Jika kita menabur mengikuti kedagingan maka kita akan menuai kebinasaan, jika kita menabur sesuai dengan keinginan Roh maka kita akan menuai sesuai dengan rencana Tuhan.
Apa yang kita tabur hari ini dalam menghadapi pergumulan-pergumulan kita? Kita akan menuai apa yang telah kita tabur itu. Ada satu cerita tentang seorang guru yang tiba-tiba di maki-maki habis oleh seorang ibu dari muridnya … Sebelum sempat guru itu marah balik … dia bertanya pada dirinya sendiri dalam hati: “Si ibu ini maki-maki saya sekarang itu ‘dia yang sedang menabur’ atau ‘saya nih yang sedang menuai?”
Cepat atau lambat kita akan menuai apa yang kita tabur. Oleh sebab itu, Firman Tuhan menutup perikop kita hari ini dengan ajakan untuk tetap menaburkan apa yang baik, sehingga di kemudian hari, yang kita tuai adalah yang baik juga.
Dorongan yang disampaikan dalam surat Paulus ini untuk tidak jemu-jemu berbuat baik bukanlah atas dorongan daging tetapi atas dorongan Roh Tuhan, sebab jika perbuatan baik dilakukan atas dorongan daging maka pada akhirnya kita akan terbawa dalam sikap bermegah atas diri sendiri yang pada akhirnya perbuatan baik itu adalah atas dorongan keinginan daging.
Manusia ciptaan yang baru yang ditekankan dalam surat ini bukanlah penampakan manusia yang formalitas, tetapi manusia yang beraksi dan bersaksi oleh kuasa Roh, yaitu dengan tidak jemu-jemu berbuat baik kepada semua orang. Ini adalah sikap yang didorong oleh penerimaan Roh yang bekerja dalam manusia ciptaan baru.
Nas ini bukanlah hendak mengarahkan kita tentang pembenaran atas perbuatan baik atau menggiring kita tentang penerimaan pahala. Namun sebaliknya, iman yang telah tertabur dalam hidup kita selayaknya akan menghasilkan buah yaitu perbuatan baik. 
Standard moral, sikap dan perilaku manusia baru bukanlah apa yang baik secara manusiawi, tetapi apa yang baik sesuai dengan Firman Tuhan. Untuk mencapai sesuatu yang berharga harus ada pengorbanan, bukan dengan dengan prinsip “judi” yang berbuat sedikit dengan mengharapkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Maka kita harus siap untuk mengorbankan keinginan daging kita dan mengutamakan tuntunan Roh Tuhan dalam setiap sikap dan perbuatan kita.
Namun nas ini memastikan bahwa perbuatan baik itu yang di dorong oleh Roh Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Akan ada tuaian yang melimpah diperoleh dari orang menabur kebaikan. Sebab Tuhan akan memberikan kepada kita yang layak untuk kita terima sesuai dengan apa yang kita tabur.
Nats ini juga menjadi bimbingan Moral ( Prilaku Pelayanan) Orang Percaya
a.  Peringatan atas sikap ceroboh
Ini merupakan peringatan atas sikap melakukan sesuatu yang berhubungan dangan tiga kebenaran tersebut di atas dengan tidak tulus. Meremehkan suatu perbuatan kebaikan. Sikap ini sama dengan merendahkan Allah dan Firman-Nya.
b.  Hukum tabur  - tuai
Prinsip ini ditetapkan Allah sejak awal dan harus disadari dan diperhatikan setiap umat Tuhan. Kita akan menuai apa yang kita tabur bukan saja jumlahnya tetapi jenisnya. Menabur dalam hawa nafsu menuai kebinasaan. Menabur dalam Roh menuai kehidupan.
c.  Dorongan untuk tetap berbuat baik (menabur)
”Jemu”, sama dengan melalaikan. ”Menjadi lemah” – kehilangan semangat, kehabisan tenaga. Kita diingatkan jangan terjadi demikian. Pahala, keuntungan, berkat bagi setiap orang yang berbuat kebaikan kepada sesamanya pasti akan diterimanya. Janji ini pasti terjadi pada ”waktunya”.
d.  Berbuat baik hanyalah satu kesempatan yang terbatas sekali
Jika anda mengabaikan  ”kesempatan” ( Kairos – waktu yang genting dan terbatas) sekarang untuk berbuat baik, melayani, bersaksi, beribadah, siapa yang menjamin besok kesempatan yang sama seperti hari ini masih ada ? Jika anda dapat melukakan sesuatu yang baik hari ini untuk Tuhan dan sesama lakukanlah itu hari ini sebab mungkin besok tidak ada lagi.
Buah akan selalu lebih banyak dari benih yang tabur, maka berhati-hatilah dan perhatikanlah dengan teliti akan apa yang kita tabur. Jhon W. Lawrence dalam bukunya “7 Hukum Penuaian” mengatakan: Anda tidak akan pernah rugi berjalan dalam persekutuan dengan Tuhan, dan Anda pun tidak akan pernah untung jika berjalan di luar persekutuan denganNya.
Amen

Khotbah Minggu 24 Juli 2016 Kejadian 18:16-21 “Keadilan Allah Dalam KemahakuasaanNya”




Sebab Aku telah memilih dia, supaya diporintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya" (ay.19)
Setelah Tuhan berinisiatif mendatangi Abraham untuk menyampaikan dan menegaskan Janji-Nya, Tuhan berencana akan meneruskan perjalanan Abraham pergi ke Sodom dan Gomora. Pada saat itu Tuhan masih menyembunyikan maksud-Nya kepada Abraham. Sebenarnya, dapat saja saat itu Tuhan langsung menghilang dan muncul di kota Sodom. Tetapi Tuhan memilih untuk berjalan ke Sodom bersama Abraham. Mengapa Allah tidak langsung pergi ke Sodom dan menunggu disana? Alasannya adalah Tuhan tidak dapat berkumpul dengan orang-orang berdosa; Tuhan hanya berkumpul dengan orang-orang beriman. Di sinilah kita melihat perbedaan antara orang kafir dan orang beriman.
Abraham yang dipanggil oleh Tuhan keluar dari negerinya dan menuju negeri yang akan ditunjukkan oleh Tuhan kepadanya. Abraham yang menerima dengan iman kemudian menjadi orang yang diberkati dan menjadi berkat. Untuk itu Tuhan menghendaki Abraham hidup taat, berjalan menurut jalan-jalan-Nya agar ia memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Ketika Tuhan berjanji bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar, sekalipun realisasi dari janji-janji tersebut tampak mustahil secara akal manusia, Abraham tetap percaya. Menjadi orang yang diberkati dan
Menjadi berkat adalah melalui iman kepada Tuhan. Banyak diantara orang Kristen saat ini menganggap berkat merupakan kebaikan dan keuntungan bagi mereka sendiri. Perspektif Tuhan sangat berbeda. Berkat merupakan bentuk kesaksian akan karya Tuhan dalam hidup kita, sehingga melaluinya nama Tuhan harus dimuliakan.   Pasal 18 ayat 17  dan 18 berkata: Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat? Kedua pertanyaan ini menjelaskan relasi sebenarnya antara Allah dan Abraham serta bagaimana sesungguhnya arti kehadiran Abraham bagi Allah. Kedua  pertanyaan ini penting direnungkan dalam kaitan dengan rencana Allah bagi umatNya. Allah memiliki rencana indah bagi umatNya dan Allah memperhatikan pergumulan orang-orang yang berseru kepadaNya.
         Abraham sangat bergembira saat malaikat Tuhan datang mengunjunginya. Abraham menjamu ketiga tamunya (18:2) dengan makanan yang terbaik. Abraham sangat terhormat didatangi malaikat Tuhan dan karenanya Abraham dengan sukacita memberikan pelayanan yang terbaik dan turut mendengarkan apa yang menjadi tujuan dan rencana Allah bagi kehidupannya. (18:16) Mengapa malaikat Tuhan datang kepada Abraham? Paling tidak 3 (tiga ) hal yang hendak direncanakan Tuhan: (1) bahwa Sara akan mengandung atau memiliki keturunan tahun depan (18:10); (2) bahwa keturunan Abraham hidup menurut jalan Tuhan sebagai pelaku kebenaran dan keadilan Allah dan  (3) bahwa orang-orang Sodom dan Gomora akan dimusnahkan karena dosanya.
         Untuk rencana yang pertama dan kedua, Abraham (18:10-14) diberitahu bahwa Sara akan mengandung dan memikili anak laki-laki sebagai bukti janji Allah bagi keluarga Abraham.   Dan  untuk rencana ketiga Tuhan pun memberitahukannya kepada Abraham. Tuhan tidak menyembunyikan apa yang menjadi niat hatiNya kepada orang-orang Sodom dan Gomora. Di sini kita mendapati bagaimana Tuhan menjelaskan rencanaNya dan melibatkan umatNya untuk mengerti rencana Tuhan. Tuhan tidak menutup-nutupi apa yang hendak dilakukanNya bagi orang-orang Sodom dan Gomora yang hidup dalam dosa..
         Mengapa Abraham diberitahu Tuhan mengenai rencanaNya menghukum orang-orang Sodom dan Gomora? Pertama, Abraham adalah orang pilihanNya untuk hidup taat dihadapanNya. Abraham yang harus meninggalkan keluarga besar di tanah Ur-Kasdim demi panggilannya hidup bersama Tuhan. Abraham telah meninggalkan segala kenyamanan hidup untuk bergantung sepenuhnya pada janji Tuhan yang akan memberkati keluarganya dan keturunannya; Kedua,  Abraham mendapat kepercayaan Tuhan  menjadi pelaku keadilan dan kebenaran sesuai dengan kehendak Allah untuk menyatakan kekudusan Tuhan di tengah-tengah bangsa penyembah berhala.  Hanya Abraham yang dipercaya Allah sebagai alat kemuliaanNya.
Kebenaran firman Tuhan hari ini  yang dapat dipelajari:            
Pertama. Memahami tujuan dan rencana Allah (18:16-21). Mengapa Abraham dipercaya dan diberitahukan tujuan dan rencana-rencanaNya oleh Tuhan? Bukankah Tuhan punya otoritas untuk menyembunyikan apa yang jadi tujuan dan rencanaNya? Jawabannya: sebab Abraham adalah orang pilihan yang dipercaya menjadi saluran berkat bagi semua bangsa di bumi. Selain itu, Abraham adalah satu-satunya manusia dalam Alkitab yang disebut "sahabat" Allah ( 2 Tawarikh 20: 7 , Yesaya 41:8 , Yakobus 2:23), dan sahabat yang baik dalam  berbagi rahasia intim satu sama lain.     Ini adalah kebenaran yang penting . Ada perbedaan antara seorang hamba dan seorang teman. Seorang hamba mungkin tidak tahu tujuan tuannya, tapi tidak demikian dengan seorang sahabat ( Yohanes 15:15 ).
           Dalam Injil Yohanes 14 dan 15 , Yesus mengajak murid untuk menikmati persahabatan dengan-Nya. Namun, Ia menjelaskan bahwa persahabatan itu didasarkan pada ketaatan (Yohanes14:21, 23). Dapatkah Saudara mengatakan bahwa Saudara secara aktif dan sengaja berusaha menaati Kristus dengan sungguh-sungguh dalam seluruh area kehidupan saudara? Apakah Saudara sudah lama menjadi sahabat-Nya dan memiliki persekutuan yang intim denganNya tiap-tiap hari 1 x 24 jam sepanjang umur saudara? Jika saudara masih ragu, bimbang dan kuatir tentang hidup saudara bersama Tuhan Yesus,  mustahil saudara dapat memahami dan mengerti tujuan dan rencana Tuhan bagi hidup Saudara, bahkan dalam kaitan dengan keselamatan orang lain. Saudara harus  membangun persekutuan yang intim dengan Tuhan lewat pujian, doa, pembacaan Firman dan ketaatan dalam firmanNya.
        Kedua,  hidup di dalam jalan Tuhan. Abraham   disebut juga Bapa segala orang percaya; Bapa orang beriman. Tidak hanya ketaatannya mempersembahkan Ishak sebagai persembahan bagi Tuhan, tetapi kesungguhan hidupnya untuk bergantung pada janji Tuhan.  Abraham dipilih Allah agar keturunannya hidup menurut jalan Tuhan. Abraham dipilih untuk menjadi berkat bagi seluruh bumi, dan  panggilannya dimulai dengan cara paling sederhana yakni  “supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan” (18:19).  Agar menjadi keluarga yang diberkati Allah, maka Abraham wajib mendidik anak-anaknya dan keturunannya hidup benar di hadapan Tuhan. Anak-anak dan keturunan Abraham sendiri yang pertma-tama menjadi teladan dalam melakukan firman Allah dalam seluruh hidup mereka dengan selalu setia beribadah dan taat mengerjakan perintah Tuhan.
        Pertanyaannya, sudahkah saudara memiliki prioritas utama hidup di dalam jalan Tuhan? Apakah jalan hidup saudara adalah jalan yang menyimpang yang menuju kebinasaan?  Apakah jalan saudara adalah jalan yang lebar dan bukannya jalan yang sempit seperti yang diajarkan Tuhan Yesus? Apakah Saudara turut membantu dengan menghabiskan waktu bersama anak-anak Saudara Anda untuk mempelajari jalan Tuhan? Apakah Saudara membantu mereka untuk "menjaga jalan TUHAN? dan tidak menyimpang darinya agar anak-anak saudara hidup dalam kelakuan yang bersih?
         Adalah tugas kita sebagai orang tua menjalankan tanggung jawab sama seperti Abraham dalam mendidik anak-anak dan keturunannya hidup dalam jalan Tuhan. Hal ini bukan terjadi secara otomatis tetapi karena adalah keteladan dari kesalehan orang tua        ( Ul 6:6-9 ; Maz 132:11-12 , lihat juga Efesus 6:04 ).
          Dalam Injil Matius 18: 6-7 ""Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” Perkataan Yesus ini sangat keras! Tuhan Yesus mengingatkan agar anak-anak kita jangan hidup dalam kesesatan sebab murka Allah akan menyala-nyala buat mereka yang mengajarkan kesesatan. Kiranya kita menjadi orang tua yang bertanggung jawab dalam menjaga jalan Tuhan dan mendidik anak-anak kita hidup di jalan Tuhan dengan selalu mendoakan mereka, membimbing mereka kepada firman Tuhan, mengajari mereka hidup dalam pengampunan dan perdamaian dan mendorong mereka menjadi sabahat-sahabat Tuhan Yesus yang setia. Tuhan memberkati kita. Amin. Dari Berbagai sumber