Rabu, 29 Juli 2015

Khotbah Minggu 02 Agustus 2015 Yohanes 6 : 24 – 35 “Yesus adalah Roti Hidup”


Pendahuluan
Manusia membutuhkan makanan dalam hidupnya. Kalau tidak makan ia akan kelaparan dan tidak dapat bertahan hidup.
Tuhan Yesus tidak mengabaikan kebutuhan jasmani manusia. Ketika Ia melihat orang banyak yang sedang lapar, Ia memberi mereka makan. Jumlahnya ada 5000 orang laki-laki, belum termasuk kaum ibu dan anak-anak. Ia memberi mereka makan dengan lima roti dan dua ikan yang dipersembahkan seorang anak-anak. Apakah cukup? Lebih dari cukup, bahkan ada sisa dua belas keranjang. Suatu mujizat telah terjadi.
Pada hari berikutnya orang banyak itu mengikuti-Nya sampai ke Kapernaum. Ia tahu mengapa mereka datang. Mereka datang karena perut lapar mereka telah dipuaskan dengan makan roti, bukan karena mereka memahami Dia yang telah memberi makanan itu (Yoh. 6:26). Tuhan Yesus berkata mereka: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 6:27).  
Manusia perlu makan untuk hidup, tetapi ia tidak hidup untuk makan. Ada sesuatu yang lebih dari sekedar makan yang seharusnya dicapai oleh manusia. Pada saat Iblis mencobai-Nya untuk merubah batu-batu menjadi roti, Ia menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4).
Orang banyak tertarik pada roti, tetapi gagal melihat Sang Pemberinya. Inilah yang seringkali menjadi kegagalan manusia: Mendambakan berkat lebih dari pada Sang Pemberi Berkat. Masalah inilah yang menjadi awal bagi Tuhan Yesus Kristus untuk membicarakan tentang roti hidup.  
Ia berkata kepada mereka, “Akulah roti hidup” (Yoh. 6:35). Pernyataan itu sangat mengena bagi mereka. Mereka datang untuk mencari roti, tetapi roti itu hanya dapat mengenyangkan untuk sesaat. Ia datang untuk memberi roti hidup, sehingga mereka mendapat hidup yang kekal (Yoh. 6:39-40).  
Apa yang dimaksud dengan roti hidup itu? Tuhan Yesus berkata, “Akulah roti hidup”.  Roti hidup itu adalah diri Yesus Kristus sendiri, yaitu tubuh-Nya yang disalibkan di bukit Golgota untuk keselamatan dunia. Orang yang menerima roti hidup itu akan memiliki hidup yang kekal (Yoh. 6:39).
Bagaimana cara menerima roti hidup itu? Caranya adalah percaya kepada-Nya (Yoh. 6:40). Roti hidup itu diperoleh bukan dengan usaha atau perbuatan, tetapi dengan iman.
Menurut Abraham Maslow Tingkat kebutuhan terdiri dari beberapa hal :

1. Kebutuhan fisiologis (Physiological)
Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs)
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya
3. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging needs)
Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)
Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.
Dari tingkat kebutuhan yang telah dipaparkan Abraham Maslow diatas menunjukkan bahwa kebutuhan manusia itu ada beberapa, namun memiliki tingkatan prioritas tersendiri antara yang satu dengan yang lain. Bagaimana yang dikatakan Firman Allah tentang itu, terutama tentang makanan jasmani/fisiologis dengan yang Rohani.
Kajian Reflekstif Teologis
1.      Manusia lebih Cendrung memperhatikan yang Fisiologis
Terkadang manusia yang hidup dalam dunia menjadi alasan untuk lebih mementingkan kebutuhan fisiologis daripada yang rohani. Hidup dan tinggal dalam dunia diaplikasikan untuk berebut untuk harta duniawi saja tanpa menghiraukan darimana kehidupannya datang dan untuk apa. Pengenalan terhadap Yesus oleh orang banyak juga demikian, karena mereka telah diberikan makan roti sehingga mereka menganggap bahwa Yesus bermisi duniawi. Tentu saja ini telah mempersempit ke ilahian Yesus sendiri. Demi makanan duniawi mereka mencari Yesus (24), Tuhan tahu apa yang ada dalam pikiran dan motivasi mereka mencari Yesus (26).
2.      Bertemu Yesus Beroleh Kebenaran
Pada saat orang banyak itu bertemu denganNya, mereka bertanya “bilamana Engkau tiba disini” hal ini menunjukkan bahwa mereka keheranan ini adalah bukti bahwa tidak ada mereka yang menyangka bahwa Tuhan mampu menaklukkan Alam dengan berjalan diatas air. Pertemuan mereka dengan Yesus memperoleh kebenaran dari Yesus, mereka telah disadarkan kembali bahwa motivasi mereka salah untuk menemui Yesus. Seharusnya upaya mereka untuk mencari Yesus dimotivasi oleh Roti Hidup bukan roti duniawi. Itulah yang disampaikan Yesus agar mereka berusaha/bekerja untuk Roti yang Kekal.
3.      Bukan Tanda yang di Percayai Namun Pemberi Tanda
Orang banyak itu meminta tanda dari Yesus sama seperti yang telah diterima nenek moyang mereka Musa yang telah menerima tanda kasih Allah memlalui Manna (30-31). Pemahaman ini menunjukkan bahwa mereka masih kurang percaya akan Yesus. Mereka hanya melihat tanda itu sebagai bukti bahwa Yesus adalah sosok yang pantas untuk dihormati dan di puji sebagai yang datang dari Allah (29). Yesus menyatakan yang harus mereka lakukan ialah “percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” itu adalah pernyataan bagi diriNya sebab Dia-lah Tuhan Allah yang menjadikan dan berkuasa atas segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dia-lah yang membuat tanda-tanda itu, oleh karena itu hanya Yesus yang pantas di Percayai dan di Puji bukan tanda-tandanya.
4.      Roti Hidup itu ialah Yesus yang Kekal
Yesus menunjukkan siapa diriNya yakni Roti Hidup (35), Dia adalah Allah yang menjadikan segala sesuatu termasuk Manna yang disampaikan melalaui Musa. Yesuslah yang seharusnya dicari dan disembah, bukan hal-hal real berupa makanan. Yesus disebut sebagai Roti Hidup menunjukkan bahwa Yesus adalah jalan kehidupan yang kekal, oleh karena itu siapa yang makan Roti Kehidupan itu, yakni Firman itu maka dia akan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Roti Hidup itu ibarat makanan yang berfungsi untuk:
Memberikan Kekuatan: Iman yang kuat dan teguh dan menjadi kekuatan untuk melaksanakan tindakan-tindakan iman berupa kasih.
Memberikan Kesehatan : Roti Hidup itu akan memberikan kesehatan iman bagi yang menerima dan mengkonsumsinya.
Memberikan ketahanan : Roti hidup akan memberikan ketahanan iman, yakni iman yang Tahan uji, tahan terhadap gelombang jaman dan hembusan angin dingin dunia sampai kepada kehidupan yang kekal.

Aplikasi
Menurut Abraham Maslow bahwa dari hierarki tingkat kebutuhan manusia itu, jelas bahwa makanan berada dalam tingkatan dasar. Begitu juga dengan kehidupan orang Kristen, bagaimana mungkin sesorang dapat melakukan tindakan kasih sayang tanpa Roti Hidup? Bagaimana beroleh ketenangan/aman tanpa adanya Roti Hidup? Bagaiman melakukan kasih sayang tanpa Roti Hidup? Bagaimana memiliki harga diri tanpa adanya Roti Hidu? Sebab hanya roti hidup itulah sumber dari segala sesuatu yang kita butuhkan dan yang akan kita lakukan dalam hidup yang benar. Oleh karena itu kita harus pahami bahwa Yesus adalah Roti hidup dan kita dapat mengkonsumsinya melalui mendengarkan Firman Tuhan, Menghayatinya serta menghidupinya.
khotbah Minggu ini memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap setia kepada-Nya. Dimana Yesus berkata: " Akulah roti hidup, barang siapa yang datang kepadaKu tidak akan lapar selama-lama-Nya. Mungkin juga dunia ini akan berkata demikian kepada kita, tetapi tidak sebenar apa yang dikatakan Yesus. Dunia ini menjanjikan makanan dan minuman yang hanya memberikan yang dapat dinikmati sesaat saja, bahkan kenikmatan itu dapat membahayakan kepada hidup kita. dan biasanya orang selalu berlomba untuk mendapatkan kenikmatan yang sesaat itu. Tetapi pemberian hidup yang memiliki kenikmatan  selamanya hanya ada pada Yesus Tuhan kita. Bagaimana caranya? Percaya kanlah hidupmu kepada Allah dan biarlah kamu hidup untuk menjadi berkat dan menjadi kesukaan Tuhan kita. Berilah hidupmu menjadi puji-pujian di hadapan Allah. Janganlah hanya memikirkan kenikmatan sesaat tetapi pikirkanlah kenikmatan yang sesungguhnya yang berasal dari Allah. Siapa saja boleh datang kepada Yesus untuk menerima kehidupan yang kekal sebab Dia sudah datang untuk menyelamatkan kota orang berdosa ini sehingga kita mendapat keselamatan. Keselamatan kita yang sempurna bukan di dunia ini tetapi keselamatan yang sempurna hanya ada di surga yang sudah disediakan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Oleh sebab itu datanglah kepada Allah sumber kehidupan itu.
Amen Di kutip dari berbagai sumber.


Senin, 20 Juli 2015

Khotbah Mazmur 23 : 1 – 6 Tema : Tuhan Adalah Gembalaku

A.       Pengantar
Mazmur 23 adalah salah satu Mazmur yang sangat banyak dikotbahkan dan dikutip oleh para pengajar, penginjil dan orang Kristen. Mengapa? Karena di dalam Mazmur ini, terdapat bukan saja kata-kata yang indah sebagaimana layaknya puisi Orang Ibrani, melainkan mengandung kekayaan teologis yang tidak ternilai tentang janji pemeliharaan Tuhan atas umatNya. Mazmur ini ditulis oleh Daud dan Mazmur ini digolongkan ke dalam mazmur nyanyian. Disebut demikian karena Daud menyusun puisi ini sebagai ekspresi murni berupa ucapan syukur atas pemeliharaan Tuhan di dalam dan sepanjang hidupnya. Daud merasa bahwa tanpa Tuhan, dia bukan apa-apa  Keyakinan yang samalah, yang seharusnya menjadi alasan dan mendorong kita untuk terhubung pada Tuhan, sebagaimana Daud telah melakukannya.

B.       Penjelasan Nas
Tuhan adalah gembalaku, tak-kan kekurangan aku, Daud memberikan satu penegasan bahwa, dalam hidupnya, Tuhan digambarkan sebagai sosok gembala. Kita mengamati bahwa seorang gembala tidak pernah jauh dari domba-dombanya. Gembala mengenal dombanya dan demikian sebaliknya. Tugas seorang gembala sangatlah penting. Dia tidak saja mencukupi kebutuhan domba dengan memberi mereka makan, juga berjaga-jaga dari ancaman musuh.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Terlihat ada paralel di dalam kalimat tersebut. Perhatikan kata ‘Ia membimbing’ dan kata ‘ Ia menuntun’. Keduanya menjelaskan fungsi memandu atau mengarahkan. Daud memberikan metafora bahwa pengarahan dari Tuhan di dalam hidupnya membawanya pada padang yang berumput hijau. Maksudnya sebetulnya bukanlah berumput hijau tetapi berumput segar! Coba seandainya itu adalah makanan, maka kesegaran makanan itu akan memulihkan banyak hal di dalam stamina tubuh.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku, Apakah lembah kekelaman? Kita harus mengerti jalan pikiran Daud akan hal itu. Berkali-kali di dalam hidupnya, Daud diperhadapkan pada situasi atau kondisi dimana satu-satunya pilihannya adalah berhadapan dengan situasi tersebut. Lembah kekelaman memiliki arti tentang sebuah tempat yang tidak pasti, menantang bahaya, berada di dalam persoalan, penuh dengan resiko dan musuh bisa saja datang secara tiba-tiba
Engkau menyediakan hidangan bagiku, dihadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. dalam ayat ini kembali ada penegasan dari Daud bahwa bahkan dihadapan lawanpun, apa yang menjadi kebutuhannya disediakan oleh Tuhan. Bukan saja itu, Daud memposisikan diri sebagai orang yang dipilih Tuhan sehingga berkata ‘Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak’. Pengurapan di zaman Daud bicara tentang orang yang terpilih, yang kepadanya Allah berkenan memberikan mandat tertentu.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku, Dan aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Daud memberikan satu kesimpulan dari apa yang dikemukakannya di ayat pertama, sebagai akibat dari Tuhan yang menjadi gembalanya. Kebajikan dan kemurahan mengikutinya. Jaminan itu bukan hanya sesaat, atau dalam rentang waktu tertentu, melainkan seumur hidupnya. Rumah Tuhan pada waktu itu adalah bait suci. Di dalam rumah-Nya, Tuhan berdiam. Siapa yang berada di dalam rumah-Nya, itulah yang bertemu dan bergaul dengan Dia. Kerinduan Daud terungkap di dalam perikop ini bahwa Tuhan menjadi segala-galanya di dalam hidupnya. 
C.     Refleksi
1.        Bahwa selama kita menjadikan Tuhan sebagai gembala dan selama kita juga mau menjadi domba yang baik bagi gembala itu, maka apapun yang menjadi kebutuhan kita, tersedia, sebagaimana seorang gembala menjamin kebutuhan domba-dombanya, mulai dari kebutuhan fisik, rasa aman, ketentraman dan hal-hal lainnya yang non material.
2.        Bagaimana dengan kita? Seringkali kita mengambil keputusan yang salah di dalam hidup dan melalui jalan yang menurut kita benar. Akibatnya, sejumlah konsekuensi telah menanti untuk kita tanggung. Hal itu terjadi karena kita meninggalkan Tuhan dan bertindak sendiri.
3.        Kekuatan Daud terletak pada keyakinannya dan itulah menjadi pelajaran bagi kita, bagaimana membangun satu strong conviction (Pendirian yang kuat, yakin)  terhadap Tuhan di dalam segala aspek. Keyakinan itu hendaknya bukan saja di dalam situasi yang baik tetapi juga di dalam situasi buruk. Tetap percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus sekalipun berada di dalam situasi tak terjelaskan. AMIN

D.     Bahan Diskusi
1.        Apa tugas seorang Gembala kepada domba – dombanya?
2.        Bagaimana gada dan tongkat Tuhan dapat menghibur seseorang?
3.        Siapakah Gembala yang baik itu yang memberikan nyawanya bagi domba dombanya



Khotbah Mazmur 22 : 25 – 31 Tema : Pengharapan Di Tengah Penderitaan


A.   Pengantar
Mazmur 22 adalah ratapan perseorangan, yaitu ratapan Daud. Dapat kita kategorikan dalam 2 bagian: Pertama, ayat 2-22 sebagai doa permohonan. Kedua, ayat 23-32 sebagai ucapan syukur. Ayat 23-32 adalah ayat transisi, ayat 2-22 tampak seperti bagian dari mazmur yang ditulis di tengah-tengah penderitaan. Tapi ayat 23-33 tampaknya menjadi bagian dari mazmur ditulis setelah penderitaan berakhir, setelah Tuhan menjawab doa Daud.
Pada Bagian kedua ini Daud telah bergeser dari mazmur pengakuan dosa pribadi ke sebuah mazmur deklarasi publik.  Dia telah bergerak dari menangis, meminta pembebasan ke menyanyikan pujian kepada Tuhan untuk pembebasan yang ia terima. Meskipun ia telah merasakan hal terburuk dalam hidupnya, Daud mengingatkan umat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ketika kesetiaan Tuhan memenuhi perjuangan kita yang terdalam, hasilnya adalah ibadah (ayat 26-28). Sebab Tuhan setia dan kesetiaan-Nya membentang di atas semua orang dan untuk semua generasi (ayat 29-32).
B.   Penjelasan Nas
Daud adalah seorang yang kudus dan saleh, namun banyak  mengalami penderitaan yang sangat berat dan sungguh  luar biasa yang datang dari sesamanya, terlebih dari mereka yang memusuhinya  (22:2-22). Daud banyak  mengalami penyiksaan fisik yang sangat luar biasa bukan oleh karena  kesalahannya, dan bukan pula hanya dari satu atau dua orang saja (ay 13-14, 17). Penderitaannya yang sangat berat dan besar ini, digambarkannya bagaikan ‘tulang yang terlepas dari sendinya’, bahkan ia dapat menghitung tulang-tulangnya sendiri. Penderitaannya ini sangat menyiksa hingga kepada psikis (jiwa; ay 15b).
Penderitaan yang dialami Daud  ini membuat ia menjadi lemah, stress dan tidak berdaya, bahkan tidak sanggup  berkata-kata untuk membela dirinya sendiri. Penderitaan fisik menjadi penderitaan batin dan penderitaan batin mempengaruhi seluruh kehidupannya sehingga lemah dan patah semangat. Keberadaan Daud yang sungguh memprihatinkan ini, membuat ia tidak punya harapan apa-apa, tidak ada sesuatu pun yang dapat dijadikannya menjadi modal dalam rangka menyelamatkan dirinya (ay 19), bahkan Tuhan pun seolah-olah telah melupakannya.
            Walaupun Daud banyak mengalami penderitaan tetapi  penderitaan itu tidak membuatnya menjauh dari hadirat Tuhan. Daud tetap   teguh dan setia hanya kepada Tuhan Allah yang dipercayainya sebagai Juruselamatnya. Pada saat Daud menyampaikan keluh kesahnya ke hadirat Tuhan, pada saat itu juga Daud memuji dan memuliakan nama Tuhan (ay 23-25; bnd Hab 3:17-18). Daud juga sanggup bersaksi tentang “siapakah Tuhan Allah?” itu kepada banyak orang di lingkungannya, dengan maksud agar orang banyak itu juga percaya  dan mengharapkan, memuji dan memuliakan namaNya  (ay 26-27).

Bukan hanya itu saja, Daud juga rindu untuk  berkarya/berbuat agar semua orang dari segala bangsa, suku, ras, orang kaya, orang miskin, orang yang berdosa dan sebagainya yang ada di atas bumi ini, diarahkan untuk datang  memuji dan memuliakan nama Tuhan (ay 28-32). Daud sanggup dan dengan penuh semangat menjalankan misinya ini, oleh karena ia telah merasakan besarnya tekanan penderitaan yang dialaminya dan seiring dengan itu ia telah lebih dahulu menerima anugerah Tuhan.
C.   Refleksi
1.    Dalam kehidupan kita, ada kalanya Tuhan seperti hilang, sirna dari kehidupan kita. Kita mencari, memohon, menangis, berseru kepada Tuhan, namun Tuhan seperti tidak ada. Kita bertanya kepada-Nya, "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"
2.    Kita harus bertekun dalam iman kepada Tuhan serta tetap tekun berdoa kepada-Nya (22:2-6, 20-22). Kita harus memandang kesetiaan dan kebaikan Tuhan pada masa lalu sebagai dasar pengharapan kita saat ini dan masa depan . Kita harus menatap masa kini dan masa depan dengan keyakinan iman di dalam Tuhan yang Mahabaik dan Mahakuasa serta keyakinan bahwa Tuhan sedang bekerja membawa kebaikan bagi kita dan bagi kemuliaan nama-Nya (22:23-32).
3.    Nas ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa pencobaan, penderitaan dalam hidup tidak akan menghalangi kita untuk terus berharap kepada Tuhan, tidak ada hal apapun yang menghalangi kita untuk tetap setia kepada Tuhan dalam doa dan pujian kita. Pengharapan Daud sangat besar kepada Tuhan walaupun saat itu ada banyak sekali pencobaan yang datang. Daud percaya bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai didalam hidupnya, sehingga di dalam kesesakan akan penderitaan Daud masih mampu memuji Tuhan bahkan bersaksi dan berdoa karena kebenaranNya. Demikianlah hendaknya pengalaman Daud ini menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam menghadapi berbagai pergumulan dan penderitaan. AMIN

Tidak ada doa yang sia-sia tanpa jawaban, yang ada adalah Tuhan memiliki jawaban yang terbaik bagi orang-orang yang dikasihiNya

Khotbah Kebaktian Para Pelayan dan Keluarga

 Kejadian 18: 16-33  
Ketika Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk menghancurkan kota Sodom dan Gomorah, Abraham tahu rencana Tuhan ini. Kalau kita membaca ayat-ayat diatas, “seolah-olah” Abraham sedang tawar-menawar dengan Tuhan. “Seolah-olah” Abraham mampu mengubah keputusan Tuhan. Namun, sebenarnya tidaklah demikian. Mengapa “seolah-olah”? Karena kita tidak mengerti pesan yang tersimpan di dalam ayat yang panjang itu.
Mengapa percakapan itu begitu panjang? Padahal kesimpulan dari percakapan itu sebenarnya adalah: “Katanya: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu”.
Mengapa Tuhan memulai percakapan dengan penawaran-penawaran seperti itu? Artinya dari pihak Tuhan tidak ada masalah, Dia tahu semuanya (Ulangan 29:29). Namun bagi Abraham ada masalah, dia tidak tahu apa yang dan akan terjadi. Oleh sebab itu Tuhan memberikan kesempatan bagi dia untuk bergumul. Tujuannya, agar Abraham mengerti apa yang sedang dijelaskan Tuhan (=lewat tawar-menawar itu). Artinya, setiap kali Tuhan menyatakan kehendak-Nya selalu ada penjelasan untuk proses hidup kita. Agar kita mengerti jalan-jalanNya.
Kenapa kita sulit membaca penjelasan Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya?
Kita pintar menikmati hidup namun tidak pintar menjalani hidup.
Artinya, kita hanya suka dan senang menikmati berkat dan kemudahan, namun ketika ada kesulitan dan masalah kita kecewa dan murung kepada Tuhan. Padahal, kalau kita mampu menyikapi kesulitan dan masalah dengan sikap yang benar, maka kita sedang berjalan dalam iman yang semakin dewasa. Ketika kita bisa membaca kehidupan maka kita akan mampu mengenal kehidupan dan menjalaninya dengan baik.
Karena ego kita lebih besar daripada kehendak Tuhan.
Akunya begitu besar. “Pokoknya saya! Mau saya harus begitu!”. Ego seperti ini akan membuat kita sulit mengerti kehendak Tuhan.
Tetapi, kalau kita bisa menurunkan ego kita, maka kita akan bisa mengenal kehendak Tuhan. Selain itu, kita sulit mengerti kehendak Tuhan karena kita sudah terlebih dahulu berasumsi. Kita mengasumsikan bahwa hal-hal yang besar dan bagus (= proyek, pelayanan) adalah kehendak Tuhan. Sebaliknya hal-hal yang kecil kita asumsikan bukan kehendak Tuhan. Ego kita menyukai hal-hal yang demikian. Ketika ego muncul, maka kita tidak dapat melihat apa-apa.
Cara mengenal kehendak Tuhan adalah:
1.Dengan progresif. Kehendak Tuhan itu dinyatakan secara pelan-pelan, tidak sekaligus, tetapi progresif.
2.Sinyal, tanda-tanda untuk kita mengerti. Tuhan selalu memberikan tanda sesuai kapasitas kita dan sesuai perkembangan zaman. Dia tidak hendak mempersulit kita. Tetapi, mengapa sulit mengerti tanda-tanda ini? Karena orang zaman sekarang mencari tanda-tanda yang spektakuler (suara, sinar, halilintar), sedangkan yang "biasa" kita anggap bukan tanda dari Tuhan.
3.Koridor. Ada batas-batas yang Tuhan tetapkan. Misalnya, jangan berpasangan dengan orang yang berlainan iman (agama), jangan menipu dll.
Doa syafaat Abraham itu ternyata menyimpan suatu motivasi, yaitu agar Lot diselamatkan. Rupanya, sekalipun Abraham tidak mengungkapkan isi hatinya ini, namun Tuhan tahu. Itulah sebabnya Dia melepaskan Lot. Ketika kita berpikir bahwa Tuhan tidak bekerja (tidak menjawab doa), padahal pada saat itulah Tuhan sedang merancangkan kebaikan. Tuhan melihat dan memahami kita. Sebab itu jangan pernah takut. Tetaplah kerjakan bagian kita, maka Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya.
Kalau dilihat sepintas, rasanya doa Abraham sia-sia, karena akhirnya Sodom dan Gomora toh dihancurkan. Tetapi bacalah Kej 19:29! Lot dan kedua anaknya selamat, karena Tuhan mengingat Abraham. Dengan kata lain, Allah menyelamatkan Lot dan kedua anak perempuannya sebagai jawaban atas doa Abraham!
Jadi, sekalipun permintaan asli dari Abraham (keselamatan orang-orang Sodom dan Gomora) ditolak oleh Allah, tetapi doa Abraham itu tetap dijawab oleh Allah dengan cara yang berbe­da, yaitu dengan menyelamatkan Lot dan kedua anak perempuan­nya! Jelas sekali bahwa doa bukanlah sesuatu yang sia-sia!
Karena itu, maukah saudara lebih banyak menaikkan doa syafaat?


Khotbah Minggu 26 Juli 2015 2. Raja 4:42-44 “Percaya dan Yakin akan Kuasa Tuhan”


Mengapa Allah memberi kemampuan untuk melakukan mujizat kepada nabi Elisa? Pertama, Allah memberi kemampuan melakukan mujizat kepada nabi Elisa untuk meneguhkan posisinya sebagai pengganti nabi Elia. Perhatikan bahwa dalam sejarah umat Tuhan, Allah sering memberikan mujizat untuk menandai dimulainya suatu era baru atau untuk membuka hati masyarakat yang bersikap tertutup terhadap pekerjaan Allah. Kedua, Allah memberi kemampuan melakukan mujizat kepada nabi Elisa untuk mengatasi jalan buntu. Tanpa mujizat, tentu sulit bagi Elisa untuk menolong keluarga janda seorang nabi (4:1-7), membalas budi keluarga perempuan Sunem (4:8-37), menyediakan makanan bagi serombongan nabi pada masa kelaparan (4:38-41), serta memberi makan seratus orang dengan sekantong bahan makanan (4:42-44).
Nats hari ini paling tidak memberikan dua pelajaran penting. Pertama, bila kita dengan segenap hati melaksanakan pekerjaan Tuhan, Allah pasti akan melengkapi kita dengan segala sesuatu yang kita perlukan agar kita bisa melaksanakan tugas tersebut. Kedua, bagi seorang beriman, tidak pernah ada jalan yang benar-benar buntu, karena Allah selalu sanggup menembus jalan buntu. Kesanggupan Allah untuk menolong kita melampaui apa yang bisa kita pikirkan. Bila kita mengandalkan akal saja, kita akan putus asa saat menghadapi jalan buntu. Bila kita mengandalkan Tuhan, kita akan melihat kemungkinan-kemungkinan yang sebelumnya nampak tidak mungkin. Jalan buntu merupakan sarana di tangan Allah agar kita bersandar kepada-Nya.
Memberi pada masa sukar biasanya tidak akan dilakukan oleh manusia, ia akan memilih untuk mengamankan persediaanya daripada memberikan apa yang dia miliki pada orang lain, bahkan cenderung akan saling memangsa. Namun kisah kita saat ini agaknya memberi sisi yang berbeda. Sisi yang berbeda itu terlihat dari tokoh dipanggung kisah ini dan juga tokoh dibalik layar/panggung kisah ini.
Seseorang dari Baal-Salisa
Ditengah paceklik dan kesukaran makanan (yang menjadi latar belakang kisah ini),  ia yang tidak disebutkan namanya ini, mampu memberikan persembahan bagi Allah melalui Abdi Allah (Elisa). Persembahan itu adalah roti hulu hasil (Bread of the first fruit), ia digerakkan oleh imannya bahwa setiap hasil pertama dari pekerjaannya adalah milik Allah dan harus dipersembahkan kepada Allah (bnd Imamat 23:20). Disini kelihatanlah bahwa kekurangan dan paceklik tidak mematikan iman orang percaya untuk tetap setia pada apa yang Tuhan  ajarkan dan yang dia imani. Penderitaan, kelaparan, kesengsaraan, tidak memunculkan kekuatiran yang berlebihan dan tidak menghalangi orang percaya memberikan pada Allah apa yang seharusnya milik Allah, ia tidak memilih dirinya aman dulu baru memberi, karena ia sadar keamanan hidupnya ada pada Allah bukan pada hitung-hitungannya sendiri. Apa yang ditunjukkan disini juga mengingatkan kita agar senantiasa mengambil apa yang seharusnya milik kita dan melepas apa yang seharusnya bukan milik kita, entah saat lapar atau kekurangan, kita tidak boleh menyerakahkan diri dengan mengambil apa yang bukan hak kita, kecuali kita diberi. Kita perlu belajar untuk bergantung pada Allah yang senantiasa menyediakan keperluan kita dan seluruh hak-hak kita, tanpa perlu mengambil hak orang lain. 
Elisa
Sesungguhnya pemberian roti dan gandum ditengah kekurangan ini, sangatlah menolong Elisa, jika dia simpan sendiri, ia bisa survive beberapa lama, tetapi apa yang ditunjukan dalam kisah ini memberi nilai baru dalam menghadapi kekurangan. Biasanya ditengah paceklik manusia akan sangat egois dan mementingkan diri sendiri bahkan tidak jarang akan berebutan dan saling memangsa. Namun Nabi Elisa tidak menyimpan untuk dirinya, malah menyuruh pelayannya membagikannya pada orang-orang disekitarnya (ay 42). Kekurangan dan kesukaran tidak mematikan rasa solider Elisa tapi justru ditengah kesukaran rasa solidaritas semakin besar. Lihatlah Elisa menyuruh membagikan roti itu pada orang-orang, dia tidak mengatakan berikan aku lebih dahulu kemudian berilah mereka, tetapi ia menyuruh memberi kepada orang lain. Ini adalah karakter pemimpin yang dibutuhkan ditengah kesukaran, dia tidak akan tenang makan jika yang dipimpinnya belum makan. Dan tidak akan bersenang-senang pada saat umatnya susah. Susah senang hadapi bersama.
Hal ini mengingatkan saya pada apa yang selalu ibu saya lakukan ketika saya masih kecil. Ketika musim buah durian misalnya, Ibu tidak akan pernah mau makan durian sendirian di Pasar/onan meski jika pun dimakan tidak akan ada yang tahu, tapi ibu selalu berkata, dang tolap ahu mangallang durian on sahalakku hape genlengku dang mangallang (saya tidak sanggup memakan durian ini sendirian sementara anak-anakku tidak makan), dan justru ketika ibu membawa 3 buah durin untuk dinikamti bersama dirumah, rasa durian ini lebih nikmat karena ditambah cita rasa kebersamaan dan juga rasa cinta ibuku (paling tidak menurut versiku).
Tema yang  sejajar dari sikap pemberi roti itu dilanjutkkan oleh nabi Elisa, memberi pada masa sukar, kepentingan bersama lebih urgent dari kepentingan pribadi. Pendorang utama Elisa dalam hal ini adalah firman Allah yang didengarnya dan yang kemudian dia sampaikan kepada pelayannya “ Orang akan makan bahkan akan ada sisanya” (Ay 43). Iman Elisa pada Firman yang didengarnya menggerakkan dia untuk berbagi dalam kesukaran dengan keyakinan Penuh, sehingga jelaslah tujuan Elisa dalam hal ini bukan berbagi supaya ia disebut orang baik dan dermawan tetapi menunjuk pada ketaatan dan keyakinnya pada Firman Tuhan yang tentu berujung pada kemuliaanNYA.
Pelayan Elisa
Awalnya mereka heran bagaimana mungkin mereka menghidangkan 20 roti dan sedikit gandum pada 100 orang? Bukankah itu akan membuat keributan? Memang secara logika ini tidak mungkin. Tapi kemudian ketika Elisa memerintahkan dia kembali utuk menghhidangkan roti tersebut dengan tambahan janji Tuhan dalam firmanNya, maka pelayan itupun menaati Elisa dan menyakini firman Tuhan, dengan menghidangkan roti itu kepada orang banyak itu, dan sesaui dengan FirmaN Tuhan makanlah mereka (termasuk Nabi dan pelayanya) dan masih ada sisa. Ketaatan dan keyakinan pada Firman menghancurkan logika, apa yang kelihatan mustahil bagi ku itu sangat mungkin bagiMU adalah lirik lagu rohani yang mungkin cocok menggambarkan peristiwa ini. Ketika TUhan berfirman maka semua menjadi. Makanan itu cukup, bahkan lebih dari cukup. Hal serupa terjadi tatkala Yesus memberi makan 5.000 orang dengan lima roti jelai dan dua ikan kecil (Yohanes 6:1-14). Contoh-contoh ini mengajarkan prinsip: Bila Allah memberi, Dia mampu memberi lebih dari cukup. 
Allah
Meski Allah tidak dimunculkan sebagai tokoh dalam kisah ini, namun Kisah ini menceritakan pemeliharaan Allah yang tak terduga pada saat yang tepat. Dan dalam tindakan pemeliharaanNya Dia tidak pernah gagal karena Dia maha kuasa dan bisa melakukan apa saja tanpa batas, hanya saja kita sering membatasi kuasaNya dengan akal kita. Dia memakai Elisa sebagai saluran dan perantaraa tindakan penyelamatanNya dan direspon oleh Elisa dengan iman dan ketaatan, sehingga ia dimampukan mengelola apa yang ada mengatasi kesukaran saat itu. Selain itu, kisah ini juga mengingatkan kita agar saat kita merasa bahwa Allah meminta kita melayani Dia dengan cara yang baru atau tidak lazim, tidak seharusnya kita menolak hanya karena kita merasa tidak mampu. "Kami hanya punya beberapa kerat roti," mungkin kita akan berkata demikian. Namun Tuhan menjawab, "Percayalah kepada-Ku. Apa yang ada padamu sudah lebih dari cukup"- ingatlah perkataan Yesus berikut ini “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Matius 6:8) oleh karena itu haruskah kita kuatir lagi akan apa yang akan kita makan, minum dan pergunakan untuk menjalani hidup yang ada ditangan Allah ini? Bersandarlah pada Allah maka IA akan menyediakan apa yang kita butuhkan dan sekali lagi Bila Allah memberi, Dia mampu memberi lebih dari cukup. Sehingga kita dimampukan memberi, berkarya, melayani ditengah kesukaran, . AMIN
Disadur dari berbagai sumber.


Jumat, 17 Juli 2015

PERANAN WANITA KRISTEN (Menurut Amsal 31 : 10 – 31)


Peranan wanita Kristen selalu menjadi pertanyaan yang menimbulkan pro dan kontra dihubungkan dengan peranan wanita dalam keluarga, gereja maupun masyarakat apalagi jika dihubungkan dengan apa yang dikatakan Alkitab tentang peranan wanita dan budaya yang menjadi latar belakang wanita tersebut maupun budaya di mana wanita tersebut tinggal dan bermasyarakat.
Alkitab menjelaskan bahwa wanita seperti juga pria diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:27), sehingga “Alkitab harus menjadi pedoman bagi setiap wanita yang sedang mencari makna dan eksistensinya di dunia ini. Di dalam Alkitab kita dapat membaca bahwa Allah menciptakan wanita itu menurut gambar dan rupa Allah.” Dalam Perjanjian Lama, Alkitab mengungkapkan peranan wanita :
“Kaum wanita dianggap bagian integral dari umat perjanjian itu sehingga ‘laki-laki, perempuan dan anak-anak’ berkumpul untuk bersama-sama mendengar pembacaan Taurat di hadapan umum dan mengambil bagian dalam ibadah (mis. Ul. 31:12). Wanita-wanita yang setia kepada Tuhan dan pemberani seperti Hana, Abigail, Naomi, Rut dan Ester dikagumi, dan secara terus menerus dititikberatkan bahwa para janda harus diayomi.”
Dalam Perjanjian Baru, Alkitab juga menceritakan bahwa Allah memakai kaum wanita dalam sejarah dan rencana keselamatan yang Dia berikan melalui Yesus :
“Yesus datang dengan kegenapan waktu, lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4). Dalam perjalanan keliling Yesus dari kota ke kota, di samping para murid yang semuanya adalah pria, Ia ditemani juga oleh sekelompok wanita yang telah disembuhkanNya dan melayani Dia dari kekayaan mereka (Luk. 8:1). Sikap Yesus memulihkan martabat kaum wanita, Ia mengijinkan seorang pelacur mendatangiNya dari belakang sewaktu hendak duduk makan, membasahi kakiNya dengan air matanya…mungkin Yesus orang pertama yang berlaku hormat terhadap wanita ini (Luk. 7:36 dst)…rasul Paulus dalam maklumat akbarnya tentang kebebasan Kristiani…tidak ada laki-laki atau perempuan semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28).”
Dalam Alkitab sendiri pernyataan Paulus agar wanita berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan ibadah (I Kor. 14:34) menimbulkan pro dan kontra pula, apalagi jika diteliti lebih lanjut dalam prakteknya Paulus memiliki beberapa rekan sekerja wanita dalam usahanya memberitakan Injil Kristus. Dalam Perjanjian Lama bangsa Israel pernah memiliki pemimpin wanita seperti Debora sebagai hakim, dan dalam kitab Amsal ditulis puisi tentang pujian terhadap wanita yang memiliki “kekayaan karakter” sehingga mampu berperan sebagai “wanita yang cakap”. Kekayaan karakter inilah yang menjadi dasar sikap ingin melakukan yang terbaik yang perlu dimiliki wanita Kristen masa kini sehingga dapat berperan dalam keluarga, gereja maupun masyarakat.
WANITA DALAM AMSAL 31:10-31
Amsal 31:10-31adalah perikop yang ditulis dalam bentuk puisi, setiap baitnya berisi gambaran mengenai istri yang cakap yang memiliki kekayaan karakter dan peranan yang dapat memberikan teladan bagi kaum wanita pada umumnya. Amsal sendiri adalah “perumpamaan orang pandai dengan menggunakan kata-kata singkat terpilih, dengan maksud untuk merumuskan suatu hikmat dalam kalimat pendek guna membantu ingatan dan mendorong mempelajarinya ..untuk kehidupan sehari-hari.”
A. Karakter Wanita Menurut Amsal 31:10-31
Wanita yang cakap memiliki pengertian “wanita yang memiliki semua kebenaran, kehormatan dan kekuatan untuk melakukan semua hal-hal yang ada dalam Amsal ini.” Kata yang sama dipakai juga dalam Amsal 12:4 dan Rut 3:11. Wanita ini mempunyai nilai yang tinggi bahkan lebih dari permata, nilai yang sama diberikan kepada hikmat (Ams. 3:15, 8:11). Ayat 10 “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata”, ini merupakan pertanyaan retoris. Istri (wanita) yang cakap yang dimaksudkan disini adalah wanita yang memiliki karakter, ada sekitar 5 karakter yang dapat menjadi teladan yang perlu dimiliki seorang wanita Kristen untuk dapat berperan dalam kehidupan dan lingkungannya, yaitu:
1. Dapat Dipercaya
Dalam ayat 11“Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan”, digunakan kata” xj;B’ batach {baw-takh’} – safely trust”, untuk menunjukkan karakter “dapat dipercaya” sebagai “satu karakter dasar yang berhubungan dengan kejujuran dan integritas yang harus dimiliki wanita Kristen untuk dapat melakukan peranannya dengan baik” , sehingga memberikan “keuntungan” yaitu jaminan kecukupan dan inspirasi kepercayaan. Jadi karakter “dapat dipercaya” yang dimiliki wanita yang cakap memberkati wanita tersebut juga orang lain.
2. Rajin
Ayat 13-19, 21-22, 24 dan 27, menunjukkan beberapa kata kerja yang menyiratkan karakter “rajin” dari seorang wanita yang cakap, seperti :
a. Kata vrD darash {daw-rash’} “mencari”, berarti mau berusaha, bekerja keras.
3. Murah Hati
Ayat 20 “ Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.” dimana “hati yang murah adalah hati yang suka memberi” , maka wanita Kristen yang “murah hati” dapat memakai perasaannya untuk membuat dia berbuat sesuatu yang baik untuk orang lain, menjadi berkat.
4. Berhikmat
Ayat 12 dan 25-26, kata “Ia berbuat baik..” berarti mempunyai cukup hikmat untuk mengetahui apa yang ia lakukan membawa kebaikkan, kata “…tertawa tentang hari depan…” berarti tidak kuatir akan masa depan karena sudah merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatunya, kata “membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran lemah lembut ada di lidahnya..” dapat dijabarkan wanita yang berhikmat ini dapat memakai pembicaraannya untuk mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Wanita berhikmat tahu kapan dia dapat mengucapkan sesuatu kapan tidak, karena setiap pembicaraannya mencerminkan hikmat yang dia miliki.
5. Takut akan Tuhan
Kata “takut akan Tuhan” dipakai dalam awal dari kitab Amsal (1:7) sebagai kata kunci dari memiliki hikmat. Perikop yang membahas wanita yang cakap menggunakan juga kata ini (31:30). Wanita yang bijaksana adalah wanita yang takut akan Tuhan, karena takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Jadi wanita yang cakap perlu memiliki karakter yang paling mendasar yaitu “takut akan Tuhan” sehingga ia punya cukup hikmat, punya kemurahan hati, kerajinan yang bijaksana serta dapat dipercaya.
B. Problematika Peranan Wanita
Wanita memiliki peran ganda di dalam rumah tangganya dan di luar rumah. Peranan wanita dalam keluarga meliputi; perannya sebagai istri yang menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya, sebagai seorang ibu yang memelihara dan mencukupi kebutuhan jasmani juga kebutuhan rohani anak-anaknya, juga peran sebagai mertua dan menantu yang dapat saling membangun dan memberkati keduanya.
Karier seorang wanita seringkali mempengaruhi peranannya dalam keluarga, sebab keduanya menuntut waktu dan perhatian penuh, namun seorang wanita yang memiliki hubungan dekat dengan Tuhan akan lebih peka dengan hikmat yang dimilikinya, kapan dia harus berperan dalam keluarganya dan bagaimana ia harus meniti kariernya.
Peranan wanita dalam gereja sering menimbulkan pro dan kontra, menanggapi pernyataan Paulus dalam 1Kor. 14:34 perlu dilihat konteksnya dimana “konteks luas pembicaraan dalam surat adalah soal karunia khusus jemaat. Karunia juga ada ‘cara mainnya’. Dalam konteks inilah perempuan harus berdiam diri dalam jemaat.” Jadi “sama seperti orang-orang yang berbahasa roh ‘hendaklah berdiam diri dalam pertemuan jemaat’ jika tidak ada yang dapat memberikan penafsirannya (I Kor. 14:28), dan seorang nabi harus berdiam diri jika seorang lain mendapat penyataan (ay. 30), maka demikian pula wanita-wanita yang suka berbicara ‘harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat’ jika ada yang hendak mereka tanyakan, mereka wajib menanyakan itu kepada suami mereka sesampainya di rumah (I Kor. 14:34). Sebab (dan inilah prinsip yang agaknya mengatur semua perilaku orang di gereja) Allah tidak menghendaki kekacauan tapi damai sejahtera (ay.33).” Dalam kenyataannya kaum wanita ikut berperan juga dalam gereja karena “harus diakui bahwa wanita telah membuktikan dedikasi mereka yang tidak kepalang tanggung dalam pelayanan gerejawi, sebagai diakones atau sebagai ujung tombak dalam pekabaran Injil.”
Wanita yang mengerti panggilannya sebagai bagian dari Imamat rajani (1 Ptr. 2:9) menjadikan panggilannya sebagai dasar dari peranannya dalam berjemaat, juga karunia rohani yang dianugrahkan Allah memampukan seorang wanita Kristen dibawah otoritas Allah untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan yang sesuai dengan karunia rohani yang dimilikinya. Peranan wanita dalam masyarakat memerlukan sikap melayani seperti yang diajarkan Yesus “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.” (Mark. 10:43 dan 45). Alkitab juga memberi teladan seperti Ester sebagai permaisuri yang memiliki sikap rela berkorban sehingga menjadi pahlawan yang menyelamatkan bangsanya. Teladan lain adalah Debora seorang nabiah yang menjadi hakim bangsa Israel memiliki kerendahan hati untuk bekerja sama dengan pria (Barak) sebagai satu tim dalam kepemimpinannya.
KESIMPULAN
Amsal yang ditulis untuk menjadi penuntun dalam kehidupan sehari-hari diharapkan pula dapat menuntun wanita Kristen masa kini dalam kehidupannya sehari-hari untuk dapat memiliki karakter-karakter kristiani seperti yang dimiliki wanita yang cakap dalam Amsal 31:10-31seperti dapat dipercaya, rajin, murah hati, berhikmat dan takut akan Tuhan, sehingga memampukan seorang wanita Kristen untuk dapat berperan dalam keluarga, gereja dan masyarakat, dan memberkati orang lain melalui peranannya itu.
Pembentukan karakter wanita Kristen dimulai ketika benih-benih iman yang timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan, mulai tumbuh dan melahirkan kehidupan yang takut akan Tuhan yang menjadi dasar dari karakter kristiani yang dimiliki wanita Kristen. Iman yang tumbuh menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23) dan hidup yang takut akan Tuhan menghasilkan karakter-karakter kristiani dewasa, sehingga memampukan seorang wanita Kristen untuk melakukan peranannya sesuai kehendak Allah.
Peran ganda seorang wanita sebaiknya mendorong kaum wanita untuk melakukan peranannya di rumah tangga maupun di luar rumah dengan lebih baik, kerajinan dan pendelegasian menjadi kuncinya, dimana prioritas dan keseimbangan diperlukan agar dapat melakukan peran ganda seorang wanita.
Peranan wanita Kristen meliputi hubungan wanita tersebut dengan Tuhan yang menciptakannya, menjaga hubungan yang baik dan teratur melalui doa dan saat teduh. Juga penerimaan akan diri sendiri yang sudah diampuni Allah walaupun pernah membuat kesalahan atau keputusan salah di masa lalu, karena Allah adalah setia dan adil (1Yoh. 1:9). Juga hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat, dapat menjadi dorongan bagi seorang wanita Kristen untuk melakukan peranannya secara maksimal.
Sikap rela berkorban, kerendahan hati dan hati yang melayani sebaiknya menjadi ciri dari seorang wanita Kristen dalam melakukan peranannya sehingga dapat menjadi berkat bagi keluarga dan saudara seiman, dan kesaksian yang hidup bagi masyarakat sekitar.
Seperti buku resep untuk masakan atau buku manual untuk barang elektronik, wanita Kristen masa kini dapat menjadikan Amsal 31:10-31 sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari untuk bertumbuh dalam hidup yang takut akan Tuhan, yang menghasilkan karakter-karakter kristiani seperti yang dimiliki wanita yang cakap, yang memampukan seorang wanita Kristen dapat melakukan peranannya baik dalam keluarga, gereja maupun masyarakat. Amen RHL


Khotbah Kebaktian Pemberangkatan Anak2 ikut SBMPTN 2015


Yesaya 41:10 janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.
Ada 3 Jaminan yg diberikan Allah bagi setiap anak2Nya yg tidak takut. 1. Dia akan menyertai. 2. Dia akan meneguhkan. 3. Dia akan menolong engkau. Untuk membawa kemenangan.
Firman yg luar biasa indahnya, Ketika kita menjadi orang-orang pilihan Tuhan, maka Tuhan memberikan janjiNya untuk selalu menyertai kita. Karena itu :
Pertama, kita tidak boleh takut. Banyak ayat di Alkitab yang menyebutkan Tuhan berkata, “Jangan takut” kepada manusia, kepada Gideon (Hak 6:23), kepada murid-murid Tuhan Yesus (Mat 14:27), kepada Maria, ibu Yesus (Luk 1:30), dan juga kepada gembala-gembala di padang saat kelahiran Tuhan Yesus (Luk 2:10). Apa yang membuat kita tidak takut adalah karena Tuhan menyertai kita. Jika Tuhan menyertai kita dan ada di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita? (Rm 8:31).
Kedua, kita tidak boleh bimbang. Kita tidak boleh menjadi bimbang karena Tuhan itu adalah Allah yang berkuasa atas apapun. Untuk apakah kita menjadi bimbang? Ketika kita berseru kepada Tuhan, jangan sampai kita merasa bimbang, karena orang bimbang adalah orang yang diombang-ambingkan, sama seperti gelombang laut yang diombang-ambingkan oleh angin (Yak 1:6).
  
Ketiga, Tuhan akan meneguhkan dan menolong kita. Dalam kondisi apapun dan dalam keadaan seburuk apapun, Tuhan berjanji akan meneguhkan dan menolong kita. Tuhan akan meneguhkan kita sehingga sekalipun kita jatuh, kita tidak akan sampai tergeletak (Mzm 37:23-24). Tuhan pun akan memberikan pertolongan kepada kita tepat pada waktunya.
Keempat, Tuhan akan memegang kita dan membawa kemenangan. Sesulit apapun kehidupan kita, pada akhirnya Tuhan telah menjanjikan kemenangan kepada kita. Kemenangan yang terutama adalah kemenangan atas dosa dan kemenangan atas kematian kekal. Barangsiapa yang telah percaya kepada Tuhan telah menang atas dosa dan menang atas maut (1 Kor 15:54-57).
Luar biasa janji Tuhan kepada kita, orang-orang pilihanNya. Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, saya sangat yakin bahwa Tuhan sangat mengasihi kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang setia dengan perjanjianNya kepada kita. Tidak akan pernah Tuhan meninggalkan kita begitu saja, tetapi kebanyakan malah kita yang meninggalkan Tuhan. Oleh karena itu, ketika kita menghadapi keadaan yang sukar, ingatlah janji Tuhan bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Marilah kita berdiri teguh, tidak takut dan bimbang, tetapi percaya kepada Tuhan dan Ia akan memberikan kemenangan kepada kita. Sebab Allah tidak pernah memberikan kepada kita Roh ketakutan......! RHL


Khotbah di Parhalado Helvetia.MEMILIKI PIKIRAN & PERASAAN SEPERTI KRISTUS YESUS Filipi 2:5

 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
 menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
                  Suratan Filipi ini ditulis oleh R.Paulus ketika paulus sedang dalam keadaan dipenjarakan oleh karena Injil,dan Paulus menasehatkan agar seluruh jemaat yang ada di kota Filipi hidup bersama dalam pikiran dan perasaan yang sama seperti Kristus Yesus,jelas sekali  jika Paulus atau Firman Tuhan lewat Paulus menasehatkan yang demikian,ini berarti bahwa ada jemaat yang mulai hidup yang tidak sesuai dengan ajaran FA,yakni hidup untuk kepentingan sendiri.
                Ada 3 bahasan yang perlu kita perhatikan dalam ayat ini yakni:
          1.       Hidup bersama: yang dimaksud disini adalah yang tertulis dalam Filipi 1:1-2…semua orang kudus,adalah kehidupan yang sudah ditebus oleh darah Yesus,dan para pemimpin jemaat juga para pelayan jemaat,artinya,kehidupan berjemaat itu harus mempunyai kebersamaan,bukan keinginan pribadi lepas pribadi,bersama dalam arti Filipi 2:1-2.
Ø  Satu kasih: memeiliki kasih yang sama,kasih Yesus,bukan kasih manusia yang gampang berubah,kasih yang bisa menerima apa adanya.
Ø  Satu jiwa: saling memperhatikan dan saling melayani,inilah jiwa dari Yesus.
Ø  Satu tujuan: kebersamaan ini bukan seperti kumpulan orang yang dipasar,yang saling mencari untung,bukan!!!,tetapi bersama ini adalah kebersamaan untuk mencapai kesela matan yang sempurna.
             Jika kita bersama memilki kesatuan dalam Tujuan ini,maka keselamatan itu pasti akan kita upayakan dengan kesungguhan,kita pertahankan supaya tidak hilang(Filipim 2:12).
        2.       Memiliki pikiran dan perasaan.kebersamaan ini harus ditopang dengan pikiran dan perasaan yang seperti Yesus(Filipi    2:1-4),pikiran dan perasaan Yesus adalah:
   KESATUAN: inilah yang menjadi pikiran Tuhan agar kita semua menjadi satu kesatuan yang benar,mulai dari  satu Roh(persekutuan Roh), maka kalau Roh kita semua satu yakni Roh Kristus,maka sudah seharusnya tidak ada seorangpun yang merasa lebih baik dari yang lain,saling melayani dan saling membutuhkan, inilah gerakan gereja awal,begitu indahnya kebersamaan waktu itu.
     Rendah hati:pelayanan bersama tanpa didorong dengan kerendahan hati,mustahil akan bisa terwujud,karena dengan kerendahan hati inilah seseorang mampu menghargai yang lain lebih baik dari dirinya sendiri,dan dengan kerendahan hati inilah bisa melayani yang lainnya.
3.         Seperti dalam Kristus Yesus. Filipi 2:6-8…            Yang dilakukan Yesus patutlah kita teladani, karena memang untuk meneleladani Yesus kita dipanggil,dan dalam pelayananNYA,Yesus yang  adalah pribadi Allah,rela menjadi hamba, mengo songkan untuk bisa melayani manusia yang berdosa,inilah yang dilakukan Yesus untuk kita bahkan Yesus bersedia….sampai mati dikayu salib…pelayanan yang sangat tuntas untuk bisa mengangkat jemaat sempurna seperti DIA yang sempurna,dan karena pelayanan yang demikian inilah maka Yesus dipermuliakan lebih tinggi dari siapapun juga.(Filipi 2:9-11).
             Kesimpulan:
             Marilah kita hidup bersama dengan saling melayani dan menghargai,rela berkorban kepentingan diri sendiri dengan mengutamakan kepentingan orang lain.Puji Tuhan.Tuhanmemberkati senantiasa,Tetap semangat. RHL


MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN TUHAN. Yak. 4:8

Membangun hubungan dengan Tuhan bukanlah sebuah langkah yang sulit. Sebab firman Tuhan berkata, Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu (Yak 4:8). Di dalam bahasa Inggris, pesan firman ini lebih jelas. Dikatakan bahwa draw near to God and he will draw near to you. Di dalam pengertian aslinya, draw near menggambarkan tangan kita yang mendekat, menyambut uluran tangan Tuhan, yang sudah terlebih dahulu terulur pada kita. Kalimat ini amat jelas tujuannya yaitu sebuah hubungan persekutuan di dalam doa antara manusia dan Allah, menggambarkan gairah dan keinginan bersekutu denganNya. Inisiatip hubungan itu adalah Allah sendiri dan bagian kita adalah menyambut inisiatipNya. Kita harus memberi respon. Saya suka membayangkan anak saya sewaktu bermain layangan. Ketika ia berusaha menarik turun layangan itu dengan benang, maka layang-layang tersebut makin dekat kepadanya. Berarti, di dalam hubungan dengan Tuhan, usaha untuk mendekat kepada Allah harus dimulai di dalam diri kita. Semakin kita menginginkanNya, bergairah, maka sikap itu akan menjadi sinyal bagi Allah untuk menjawab kegairahan kita kepadaNya.
Bahwa aturan di dalam membangun hubungan dengan Tuhan, ada di dalam diri kita. Bukan di dalam diri orang lain atau pengalaman orang lain. Gagalnya kita membangun hubungan dengan Tuhan seringkali terjadi karena kita terlalu terfokus pada pengalaman orang lain dan secara alamiah menjadikan itu sebagai sebuah standard yang juga harus kita alami. Ini jebakan iblis yang mau menggagalkan hubungan kita dengan Tuhan. Perhatikan aturan ini. (a) Setiap kita punya hubungan yang khas dengan Tuhan yang tidak harus sama dengan pengalaman orang lain. Tuhan kita sangat kreatif. (b) Hubungan dengan Tuhan tidak pernah dapat dimetodakan. Seringkali cara Tuhan intim dengan seseorang berbeda secara radikal dibandingkan caranya dengan orang lain.
Tuhan pasti punya cara berhubungan dengan kita. Di dalam Alkitab dengan jelas Yesus mengatakan, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Matius 6:5-6). Doa merupakan sebuah hubungan intim yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam kamar sewaktu sepasang suami isteri sedang berada di dalam. Keintiman dengan Tuhan seperti itu. Setiap orang punya cara yang khas untuk terhubung dengan Tuhannya di dalam “kamar”nya masing-masing. Tapi coba kita lihat apa yang terjadi hari-hari ini. Banyak orang justru memamerkan bagaimana ia cinta Tuhan dan berhubungan dengan Tuhan secara emosional di hadapan orang lain. Orang seperti ini biasanya tidak berakar di dalam hubungan intim. Bahkan apa yang mereka tampilkan bukanlah hubungan yang sejati. Mereka menyembah Tuhan tidak dengan roh tetapi di jiwa. Yesus mendeteksi kehadiran orang-orang ini disekelilingnya dan mencerca mereka dengan sebutan munafik! Orang seperti ini hanya memakai topeng di dalam setiap pekerjaan pelayanan yang dilakukannya. Saya banyak menjumpai orang-orang di dalam pelayanan saya yang memang terlihat sangat rohani dan antusias di depan jemaat dan orang lain, menyatakan kecintaannya kepada Tuhan. Tetapi dikemudian hari terungkap bahwa orang ini ternyata tidak seperti itu. Dia suka menceritakan kerinduannya untuk terhubung dengan Tuhan tetapi pada kenyataannya apa yang ditampilkannya adalah sesuatu yang emosional. Sesuatu yang ingin dilihat oleh orang lain.
Ada satu contoh kasus di dalam gereja. Pada waktu Yesus sedang berada di dekat kotak persembahan, Dia dengan jelas mengamati seseorang yang memberikan persembahan dalam jumlah besar agar orang di dalam gereja melihat siapa dia. Sesaat setelah itu, seorang janda miskin juga memasukkan persembahannya. Tetapi Yesus berkata maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (Markus 12:43). Itu sebabnya saya seringkali berkata kepada teman-teman di dalam pelayanan, hati-hati menerima persembahan dari orang yang secara emosional tidak stabil. Hatinya dengan cepat dapat berubah dari mendekatimu menjadi membenci atau menjauhimu hanya karena kita – hamba hamba Tuhan – tidak mau menuruti apa yang menjadi keinginannya. Kekacauan di dalam gereja seringkali dipicu oleh ulah sejumlah orang yang secara finansial kuat tetapi mengatur gembala atau hamba Tuhan. Penyembahan, kerinduan dan hubungan yang sejati ada di dalam kamarmu! Bukan apa yang kamu tampilkan di depan orang banyak. Bukan persembahan persembahan materi yang engkau berikan kepada orang lain. Bukan gayamu saat memuji dan menyembah yang menarik perhatian orang lain. Tetapi ditentukan oleh bagaimana hatimu dengan sungguh-sungguh mencari wajahNya, pada saat engkau sedang terhubung denganNya di dalam kamar secara pribadi.
Perjumpaan di dalam kamar adalah sebuah intimacy. Allah bergairah terhadap setiap keintiman. Alkitab pernuh dengan firman yang bersifat janji. Perhatikan, janji selalu berhubungan dengan pemberian Allah kepada sdr dan saya. Dimana ada penyembahan, disanalah Allah hadir sebab Dia menginginkan penyembahan dan tentu saja penyembah. Penyembahan adalah sesuatu yang menyenangkan hatiNya. Ketika Daud memburu Tuhan dan berkeinginan berada di dekatNya setiap saat, Daud membentuk dirinya menjadi seorang penyembah. Dia bahkan membangun komunitas penyembahan disekeliling tabut Tuhan, duapuluh empat jam, imam-imam musik bergiliran menari, memuji dan menyembah Tuhan. Hadirat Allah hanya dapat ditarik dan dipertahankan melalui penyembahan. Rupanya ini kuncinya! Penyembahan adalah kunci keintiman kita dengan Tuhan. Alkitab berkata, Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. (Mazmur 22:3) .
Rasul Paulus mengingatkan kita untuk menyala-nyala terlebih dahulu sebelum melayani Tuhan. Penting sekali bagi kita untuk menyala terlebih dahulu. Itu akan membuat roh kita peka dan melayani bukan dengan kekuatan daging atau jiwa kita. Roh yang peka diperlukan untuk memutuskan apakah kita masuk ke dalam sebuah pintu yang terbuka atau tidak. Ingat sdr-sdr, tidak semua pintu yang terbuka harus kita masuki. Kita tidak pernah tahu siapa yang ada dibalik pintu itu. Terutama di dalam hal persembahan. Kalau kita membawa hadirat Tuhan, maka banyak pintu akan terbuka di depanmu. Orang akan berbondong-bondong mendatangi dan melekat kepadamu dengan motif yang berbeda-beda. Ada yang tulus dan ada yang punya kepentingan khusus. Saya mau jujur kepada sdr sebagai sesama hamba Tuhan. Saya banyak menemukan tipe-tipe orang dalam membangun motifnya saat mengatakan menjadi pendukung pelayanan. Hati-hati sdr. Orang yang semula bermuka manis dapat berbalik mencerca kita karena motivasinya di dalam memberi kurang baik. Oleh sebab itu, kita harus tetap memposisikan diri sebagai hamba Tuhan dan bukan hamba uang! Saya pernah punya pengalaman seperti ini. Seseorang yang mendekat kepadamu akan diuji dan dibuktikan motivasinya seiring dengan waktu. Bukan diuji oleh besar persembahannya kepadamu. Jangan lupa, hati manusia bisa berubah! Jika orang-orang ini kecewa dan tidak menerima sesuatu yang mereka harapkan dari pemberian persembahan kasih kepadamu, mereka bisa berbalik mencelamu dihadapan orang lain. sekali lagi berhati-hati. Tidak setiap orang yang ingin terhubungan dengan kita memiliki motivasi yang benar sampai kelak itu teruji dengan waktu.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk masuk di dalam keintiman? kita perlu mendekat kepada Tuhan melalui penyembahan dan hubungan pribadi. Aplikasi praktisnya sangat sederhana. Saya selalu memposisikan diri di depan Tuhan pada waktu saya berdoa atau cuma sekedar duduk diam menikmati hadiratNya di manapun saya pergi. Saat-saat paling menyenangkan adalah ketika menuju ke kantor di dalam mobil. Saya bisa merasakan urapan dan jamahanNya selama perjalanan dari rumah ke gereja. Kamar kita adalah ruang doa kita. Kita harus punya ruang privacy bersama Tuhan. Ruang privacy tidak melulu bicara tentang kamar (atau tempat) tetapi menyangkut waktu atau saat-saat berhubungan denganNya. Ada titik dimana saya sedang berada ditengah komunitas, saya merasa Dia sedang memberi sinyal untuk terhubung denganNya, maka saya akan langsung menyambut uluran tanganNya saat itu juga. Saya pergi menyingkir dan intim dengan Dia. Itu saat-saat yang indah dimana Dia sedang meminta sesuatu yang pribadi dengan kita. Jadi hal ini tidak berbicara tentang elevasi waktu belaka! Tetapi kualitas perjumpaan. Sama seperti Ester berjumpa dengan Raja, yang hanya berlangsung beberapa menit. Tetapi perjumpaan yang sesaat itu, mampu membuat hati raja terikat kepadanya. Itulah kualitas perjumpaan yang selalu menjadi kerinduan saya di dalam terhubungan dengan Tuhan baik saat memuji, menyembah, berdoa atau membaca firmanNya. Terlebih saat melakukan sejumlah aktifitas lainnya. Amen

Jamita di Punguan Parhalado GKPI Jem. Khusus Helvetia Selasa 02 Juni 2015 Heber 12 : 14


Ia Surat Heber on di tujuhon tu halak Kristen Jahudi na di bagasan haporsuhon hinorhon ni pangaleleion alani haporseaon  taringot tu Jesus Kristus. Torop do halak Kristen na ganggu uju i marhaporseaon. Surat Heber on ma patoranghon ia Jesus Kristus i ima Debata na gabe jolma , tumimbo sian angka malim ro di angka surusuruan. Ibana do dalan laho padomuhon Padan na robi dohot Padan na imbaru, padomuhon  parsaoran nadenggan maradophon Debata.( 1:1-2;2;2-3) Jala turpuk on ima sada pangajarion na manosoi dohot na pa ingothon Halak Kristen i asa mangolu di bagasan pangoloion, halomoan dohot biar mida Jahowa mardongan hadaulaton ( Beribadah dengan hormat dan takut pada Tuhan ) mangulahon hasintongan hadameon nang habadiaon dibagasaan parugamoon na sintong.
Gabe Parhalado na halomoan jala na mabiar dohot na marhadaulaton  ma hita  manghobasi ulaon ni Tuhan i. I ma ibadah na hinalomohon ni Debata ( Rom 12:1, Fil 4:18) . Api na mangallang do Debatanta i ( Debata Parlulu, Allah yang cemburu 5 Musa 4:24) marlapatan unang ta jua Debata , dohot Jesus Kristus,  holan  tu Ibana ma hita marsomba, unang ta olo i be sibolis laho manegai parsaoranta naung denggan i.
III. Impola tu Jamita : Jamita si an Yesaya 6:8
1.     Ro ma hita tu Sion , tatopot ma Bagas joro ni Debata nabadia i,  mamuji marsaor rap hon Debata dibagasan habadiaon.  Ai nabadia jala na songkal do Debata tama  hita mangolu dibagasan habadiaon . Jesus Kristus do pardomuanta dohot Debata.
2.     Ta argahon ma Panjouon ni Tuhan Jesus Kristus, tung unang adong sian hita na manjua asa parsidohot hita di HarajaonNa.
3.     Mandok mauliate ma hita tu Debata jala mamuji Ibana sian roha na ias jala marsitututu dibagasan roha biar mardongan hadaulaton asa gabe parhalado dohot ruas na hi nalomohonNa hita.
4.     Halak Kristen ingkon do marsihohot di angka sitaonon dohot parungkilon na, tongtong di bagasan las ni roha alani panghirimon na pinasahat ni Debata marhite Tuhan Jesus Kristus di sude angka na manghaporsea i Ibana
5 dibagasan Jesus do singkop las ni rohanta , antong Beribadah ma hita holan tu na pasonanghon roha ni Debata, unang ibadah na holan pasonanghon dirinta sandiri . Ibadah ta, i ma ibadah na dibagasan biar mida Jahowa, alai barani jala gok las ni roha mangasahon asi ni roha ni Tuhan Jesus. Amen
Pdt. R.H. Lumbantobing, S.Th. MA



Kamis, 16 Juli 2015

Khotbah Minggu, 19 Juli 2015 Minggu VII setelah Trinitatis Markus 6: 30-34; 53-56

 Saudara-saudara yang dikasihi Kristus Yesus, Kemana pun Yesus pergi ke desa-desa, ke kota-kota atau ke kampung-kampung orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepadaNya supaya mereka diperkenankan  hanya menjamah jumbai jubahNya. Dan semua orang yang menjamahnya menjadi sembuh”.
SETIAP perjumpaan dengan Tuhan akan membawa perubahan dalam hidup manusia, baik secara lahir maupun secara batin. Perjumpaan dengan Yesus yang sungguh-sungguh terjadi dalam iman.
Dulu orang Yahudi dan orang Parisi kerap berjumpa dengan Yesus, tetapi tidak terjadi perubahan apa-apa dalam hidup mereka, karena mereka tidak percaya akan Tuhan Yesus. Sedangkan orang biasa yang sederhana dan tulus ingin menjumpai Yesus dengan iman kepercayaan mereka, sehingga seperti dikatakan dalam Injil: Semua orang yang menjamah jubahNya atau dijamah oleh Yesus menjadi sembuh.
 S eluruh perbuatan Yesus adalah pernyataan diri Allah yang memelihara dan mengarahkan hidup manusia menuju pemenuhan yang sempurna. TindakanNya tidak sekedar memuaskan tetapi memampukan manusia untuk mengerti dan mau menunaikan tugas panggilannya di tengah-tengah gejolak kehidupan. Dia tidak hanya memberi makanan dan minuman sebab hal-hal itu hanyalah sebahagian dari tanda-tanda kehidupan. Juga mereka tidak perlu putus asa ketika menghadapi kesulitan hidup bahkan dengan menghadapi serangan dan siksaan yang paling kejam sekali pun sebagaimana dialami oleh Yohanes pembabtis yang mati dibunuh dengan kepala dipenggal (ay 27). Seluruh pengalaman hidup itu membutuhkan pemaknaan dari sudut pandang iman.
 Dalam teks ini diberitakan bahwa para rasul-rasul berkumpul bersama Yesus dan melaporkan semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Pelayanan itu adalah penampakan pekerjaan Yesus karena itu harus didiskusikan dengan Yesus. Pelayanan itu datang dari Yesus oleh sebab itu juga harus dipertanggungjawabkan-pada Yesus. Pelayan yang benar adalah pelayan yang bertanggungjawab, yang berani melaporkan seluruh kegiatannya dalam persekutuan dengan Yesus. Pelayanan harus memiliki fondasi sebagaimana Yesus melakukannya dalam kata dan perbuatan. Pelayanan itu harus selalu memiliki waktu bertemu dengan Yesus. Bila seluruh pelayan mau mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya di hadapan Yesus maka tidak ada kekwatiran akan adanya ketidak beresan pelayanan. Laporan itu amat penting demi keberlanjutan pelayanan. Pelayan yang tidak membuat laporan sama dengan mempersempit ruang gerak pelayanan bahkan dapat merusak masa depan gereja. Yesus mengajak para rasul itu ke tempat yang sunyi sebagai bentuk penguatan sekaligus pernyataan bahwa pergerakan para rasul itu ada dalam wilayah tanggungjawabnya. Para rasul diajak untuk bertemu secara khusus sehingga mereka mendapat pemahaman yang khusus dan lengkap. Para pelayan yang dekat dekat Yesus akan semakin kuat dan mendapat semangat baru dalam melayani. Seringkali rasa frustasi datang bukan karena beratnya beban pelayanan tetapi karena persekutuan dengan Yesus diabaikan. Yesus mengajak mereka ke tempat khusus tidaklah untuk menjadikan pelayanan itu menjadi sulit dijangkau atau menjadi eksklusif. Pelayan tidak perlu mempersulit kedatangan jemaat. Pejabat gereja tidak menjadi lebih hebat ketika untuk menjumpainya saja teramat sulit atau dipersulit-sulit. Dalam pertemuanlah pemahaman diluruskan dan maksud baik diteruskan. Yesus mengajak rasul-rasul itu ke tempat yang sunyi tetapi mudah di jangkau (ay 33: banyak orang melihat dan mengetahui tujuan mereka). Waktu dan tempat khusus bagi pelayan adalah kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kemajuan pelayanan. Di tempat khusus itu justru mereka menggumuli lebih dalam bagaimana intensifikasi pelayanan dapat djalankan. Waktu dan tempat khusus bagi pelayanan adalah kesempatan instropeksi dan evaluasi demi perbaikan dan pengembangan. Menurut Injil Markus ini, rasa ingin berjumpa dari orang banyak itu begitu tinggi. Mereka bahkan orang banyak itu mampu mendahului rombongan Yesus tiba di tempat. Kejadian itu mencerminkan antusiasme yang tinggi karena kebutuhan yang mendesak. Mereka tidak hanya kekurangan dalam berbagai kebutuhan jasmani tetapi juga mereka kehilangan tuntunan sebab Yesus melihat "mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala" (ay. 34), di antara mereka banyak yang sakit (ay. 53). Gambaran ini mencerminkan hidup manusia yang penuh penderitaan.
 Menurut teks ini penderitaan yang paling besar bukan karena soal makanan (sebab baru pada tindakan selanjutnya di atasi sebagaimana terbaca dalam ay. 36-44), tetapi lebih mengarah kepada "ketercerai-beraian" sebagai dampak ketidakhadiran para gembala. Tetapi penulis Injil Markus dalam kaitan ini lebih menegaskan lagi bahwa prioritas pelayanan gereja bukanlah persekutuan atau diskusi tentang apa yang pernah Yesus ucapkan tetapi pemberitaan tentang Allah yang hidup yang menghadirkan berbagai keajaiban dalam situasi konkrit.
Saudara-saudara, Dalam "pengasingan" itu, Yesus dan para muridNya diserbu oleh tuntutan kesengsaraan manusia. Manusia terdesak oleh kebutuhan dan kepentingan dan seringkali tidak menemukan jawaban bahkan yang sering terjadi malah bertemu dengan pemangsa yang berkedok turut meringankan beban. Namun Yesus tergerak oleh belaskasihan sebab Dia adalah Kasih itu sendiri. Dia adalah jawaban atas semua kebutuhan bahkan Dia sanggup memberikan sukacita yang melampaui harapan manusia. KasihNya menggerakkan semua berkat tidak saja menyangkut kebutuhan rohani tetapi juga kebutuhan jasmani. Manusia tidak perlu menggunakan segala cara mempengaruhi Yesus untuk bertindak sebab Dia tahu apa yang dilakukan bahkan sebelum manusia memintanya. Dia memberikan berkat-berkatNya bukan karena dipengaruhi manusia seolah-olah karena permintaan itu yang menggerakkanNya bertindak. Kita meminta sebagai kesungguhan kita yang membutuhkannya. Jika dalam doa Bapa kami disampaikan "berikanlah kami makanan..." tidak berarti bahwa makanan dari Allah tidak tersedia atau ada setelah kita memintanya, tetapi supaya kita juga turut menikmatinya (bnd. Katekismus Luther).
Injil Markus menegaskan bahwa cara yang pertama Yesus lakukan mengasihi orang banyak itu adalah dengan "mengajarkan banyak hal" sebagai penegasan bahwa kebutuhan yang utama bukanlah makanan dan minuman tetapi "memahami kehidupan" sebagaimana Yesus jalankan. Sebanyak apapun makanan jika manusia "penuh ketidaktahuan" (bodoh) maka tidak akan menolong hidupnya bergerak ke masa yang akan datang. Pengetahuan itu bersumber dari Firman Allah dan itulah yang membebaskan manusia dari kemiskinan, kebodohan, kekacauan, penyakit dan lainnya. I.L. Nommensen pernah berkata "Kamu tidak akan dapat memimpin hidupmu dan orang lain keluar dari kemiskinan dan kebodohan, kamu harus belajar Firman Allah". Firman Allah adalah hati Allah, semakin mengerti Firman Allah semakin dekat dengan sumber-sumber kehidupan. Dalam kaitan ini perlu diingat teori ilmu ukur yang mengatakan bahwa "jarak terpendek dari dua titik adalah garis lurus yang menghubungkannya". Semakin mengerti Firman Allah semakin banyak jalan lurus yang terhubung dengan kegiatan / aktifitas yang menghasilkan berkat yang benar. Serpakin dekat kepada Yesus semakin banyak terobosan yang mengentaskan kehidupan dari beragam gejolak yang menggerogotinya. Banyak orang menderita, meskipun tidak semuanya tahu bagaimana mereka mengatasi masalah-masalah itu. Sebahagian pergi ke dukun atau meminta kesembuhan dari kuburan nenek-moyang. Masih ada juga yang mencoba mengatasi penderitaannya dengan menuduh orang lain sebagai kambing hitam. Penderitaan seakan-akan tidak akan pernah lenyap dari dunia ini bahkan survey membuktikan semakin banyak penyakit yang timbul dalam ketidaktahuan. Semakin banyak dokter, semakin banyak pula penyakit yang tak terdiagnosa. Semakin banyak pakar semakin banyak pula masalah. Jika dahulu kala, ketika zaman permulaan Yesus datang di dunia ini banyak orang datang kepada Yesus mendapat kesembuhan, mengapa di jaman modern ini orang semakin sedikit membawa pergumulan hidupnya kepada Yesus? Rumah-rumah ibadah lebih sepi dari tempat-tempat hiburan yang gelap. Kegiatan rohani sekain tak menarik sebab manusia lebih tertarik dengan aktifitas duniawi. Manusia mengharapkan banyak hal tetapi tidak tahu sumber hidup yang benar. Manusia mengalami disorientasi kehidupan. Saudara-saudara yang dikasihi Kristus Yesus, Meskipun dunia makin asyik dengan dirinya dan mencoba mengatasi persoalan hidup dengan kekuatannya, kasih Allah tidak pernah sepi.
Yesus tetap menjadi penyembuh dan akan memulainya dari hal-hal mendasar untuk memulainya; bertolak dari iman. Bila dalam teks ini dinyatakan bahwa hanya dengan menjamah rumbai jubahNya saja mereka sembuh, tidak berarti bahwa sumber kekuatan itu ada pada jubah. Bukan jubah itu yang memberi kesembuhan kepada yang memegangnya seolah-oleh jubah itu punya kuasa magis tetapi seluruhnya (maupun benda) yang melekat dan mendekat pada Yesus telah menjadi saluran kuasa. Setiap orang yang imannya melekat pada Yesus adalah juga saluran berbagai kuasa yang Yesus ijinkan. Yesus tidak terlalu sulit untuk dijangkau hanya saja hati kita harus lurus dan tulus menghampirinya. Tidak ada usaha yang terlalu sulit dilakukan sebab Dia tidak mendasarkan tindakanNya pada perbuatan manusia. "Orang membuka jendela bukan supaya matahari terbit, tetapi karena matahari terbit jendela dibukakan". Yesus datang maka semua orang yang ingin mengalami perubahan seharusnya bergegas menyongsong kehadiran Yesus. Dia mengasihi kita dan kasihNya digerakkan oleh hatiNya. Hati Allah ada dalam FirmanNya. Amin.