Rabu, 30 April 2014

Khotbah Minggu 4 Mei 2014 1 Petrus 1:17-23, (Misericordias Domini). Tema : “Bersungguh-sungguh saling mengasihi!”


Beberapa waktu yang lalu negeri kita, khususnya daerah Jawa Timur, dihebohkan dengan wabah ulat bulu yang melanda. Jumlahnya yang sangat banyak membuat warga makin takut dengan penyakit yang mungkin menyebar seperti gatal-gatal. Selain itu, tanaman warga menjadi rusak karena daun-daunnya dimakan oleh ulat bulu tersebut. Namun beberapa waktu berikut, ulat bulu-ulat bulu itu hilang! Bukan hanya karena dibasmi dengan pestisida atau sejenisnya, tetapi karena mereka telah berubah menjadi kupu-kupu.
Dari sesuatu yang menjijikkan, ia berubah total menjadi sesuatu yang sangat indah. Dari yang semula dibenci orang, menjadi sangat disukai orang. Perubahan yang dialami bukan hanya secara fisik atau bentuk luarnya, tetapi menyangkut keseluruhan hidupnya, baik itu cara hidupnya, makanannya dan penerimaan dari lingkungannya.
Hidup kita adalah sebuah metamorfosis. Tuhan memungkinkan kita untuk berubah dan berkembang ke tahap yang lebih luhur. Dari ulat yang menjijikkan menjadi kupu-kupu yang indah. Kebangkitan Kristus seharusnya menjadi momen bagi kita, orang-orang yang telah ditebus, untuk mengalami perubahan hidup yang total di hadapan-Nya. Perubahan hidup dari yang semula berlumuran dosa, menjadi lebih terarah kepada-Nya. Yang semula akrab dan menikmati dosa, menjadi taat dan setia pada firman-Nya.
Perubahan nyata apa yang kira-kira dapat kita lakukan? I Petrus 1:22 mengajak kepada kita untuk hidup saling mengasihi. Kasih yang tulus ikhlas, kasih yang sungguh-sungguh kepada sesama kita tanpa membedakan latar belakang mereka. Mengapa kasih ini menjadi sangat penting untuk kita lakukan? Sebab hanya kasihlah yang dapat membuat seseorang bertahan di tengah kejamnya kehidupan, hanya kasih yang bisa memberikan penghiburan bagi orang-orang yang merasa sendirian, hanya kasih yang mampu membangkitkan pengharapan orang-orang yang lelah berjuang atas sakit penyakitnya, hanya kasih yang mampu mengembalikan seseorang pada imannya. Biarlah perubahan hidup yang kita tampilkan bukan sekedar dari penampilan luar saja, melainkan ketika kita sungguh-sungguh membagikan kasih Kristus kepada sesama kita. Semuanya itu kita lakukan semata-mata karena Kristus telah melakukan karya-Nya yang terbesar, agar darah-Nya yang tercurah tidak sia-sia.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, kalau kita lihat fenomena kehidupan sekarang, maraknya pembunuhan, pelecehan, penyiksaan terhadap sesama manusia, memberikan gambaran bagi kita bahwa nilai manusia itu sungguh tak berharga lagi. Banyak orang demi “tujuan/ambisi” pribadinya mau mengorbankan nilai “kemanusiaannya” sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Dalam artikel “The Paradox of our time “ di tuliskan we multiplied our possession, but we reduce values” (kita melipatgandakan harta milik kita, tapi mengurangi nilai kita sebagai manusia)
Mungkin kita pernah menbaca atau mendengar istilah :”harimau saja tidak memangsa anaknya sendiri”, ini adalah kritikan pedas bagi manusia yang “memangsa” siapa saja. Homo homini lupus sungguh membuat nilai manusia itu tidak layak lagi di sebut sebagai “manusia”…tapi “bi…na…tang.”
Kesengsaraan, penderitaan, diskriminasi, ketertekanan dapat menimbulkan perasaan dalam diri manusia bahwa dia adalah pribadi yang tidak dicintai, tidak dikasihi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan bahwa “dia sungguh tak berharga”. Perasan hidup tak berharga membuat manusia menjadi pribadi “gampangan/sembarangan” hidup sesuka hatinya seakan tidak ada yang perlu “dijaga/dilindungi” dalam kehidupannya. Situasi seperti ini seringkali membuat manusia lebih mengutamakan sikap “cari aman” dari pada menjalankan kebenaran. Akhirnya dosa menjadi kenikmatan, menuruti hawa nafsu adalah sebuah kepuasan dan kebahagiaan.
Perasaan seperti ini juga mungkin sangat dirasakan oleh umat Kristen yang tersebar sebagai orang pendatang di Propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi. Orang-orang Kristen disebut “pendatang dan perantau”. Meraka ibarat orang-orang perziarah di dalam dunia yang membenci Yesus, yang tidak segan-segan menyiksa dan menganiaya bahkan membunuhnya mereka. Akibatnya banyak orang Kristen lari dari panggilan iman yaitu saling mengasihi dan hidup kudus. Mereka takut menunjukkan identitas mereka sebagai pengikut Kristus, yang penting aman.
Petrus mengirimkan surat ini untuk menguatkan orang-orang Kristen, agar setia dalam iman walaupun menghadapi tantangan yang berat. Mereka harus saling mengasihi jangan terjebak kepada kehiupan yang egois. Walaupun hidup dalam lingkungan yang penuh dosa tetapi orang percaya harus menjaga kekudusan hidup.
Petrus mengingatkan, bahwa Tuhan yang kita sebut “Bapa” tidak memandang rupa, menghakimi semua orang menurut perbuatannya. Semua orang Kristen akan menghadapi pengadilan tanpa terkecuali (Pkh. 12:14; Rm.14:12; 1Kor.3:12-15; 2Kor.5:10). Pengadilan itu terjadi saat Kristus kembali untuk gereja-Nya (Yoh.14:3; 1 Tes. 4:14-17). Yang menjadi hakimnya adalah Kristus (Yoh.5:22; 2Tim4:8). Dalam penghakiman itu segala sesuatu akan di singkapkan tidak ada yang tersembunyi, baik : watak kita (Rm. 2:5-11), perkataan kita (Mat.12:36-37), Perbuatan baik kita (Ef. 6:8), sikap kita (Mat. 5:22), motivasi kita (1Kor. 4:5), kekurangan kasih kita (Kol.3:18- 4:1) dan pekerjaan dan pelayanan kita (1Kor. 3:13). Pendeknya setiap orang percaya akan harus mempertanggungjawabkan kesetiaan dan ketidaksetiaannya kepada Tuhan.
Petrus mengingatkan setiap orang percaya, harus memiliki “rasa takut” ketika dia hidup menumpang di dunia ini. Kata “menumpang” mengandung makna bahwa dunia ini adalah tempat tinggal sementara (bukan tempat tinggal yang tetap). Sebagai orang yang “menumpang” haruslah pintar-printar menempatkan diri, karena sebagai “penumpang” sering kali di curigai, diperhatikan setiap tindak-tanduknya, dicari-cari kesalahannya (kelemahannya). Di dalam 2 Pertus 3:13, dikatakan “siapakah yang berbuat jahat terhadap kamu jika kamu rajin dan berbuat baik?”. Dalam kehidupan ini benyak juga penderitaan menimpa kehidupan disebabkan “prilaku” kita yang kurang beretika dan bermoral. Sehinnga Petrus mengingatkan, jaga si kap kita supaya jangan mengundang kebencian dan amarah orang lain. Selanjutnya di ayat 14 Petrus mengatakan : “Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran kamu akan bahagia…..”
Petrus mengatakan bahwa “rasa takut” sangat dibutuhkan bagi setiap orang percaya untuk menjaga kekudusan. Dalam Kisah Ananias dan Safira yang sepakat membohongi Tuhan berakhir pada kematian, yang menimbulkan rasa takut bagi semua jemaat (Kis. 5:11) peristiwa ini menimbulkan kerendahan hati dan rasa kagum akan kuasa Tuhan.ingga mereka takut melakukan kejahatan. Tanpa rasa takut akan Tuhan manusia tidak akan pernah menghindari dosa. Takut akan Tuhan adalah dasar segala Ilmu pengetahuan (Ams 1:7) Takut akan Tuhan membuat persekutuan menjadi kuat dan utuh serta terus bertumbuh (Kis.9:31)
Rasa takut akan Tuhan sebagai wujud ucapan syukur karena sudah “ditebus” dari hidup yang sia-sia. Istilah “ditebus” sering kita temui di dunia “pegadaian”, barang yang digadaiakn tidak lagi sepenuhnya menjadi milik kita, perlu tebusan/bayaran untuk mengembalikan status barang itu agar menjadi milik kita sepenuhnya. Istilah “dibayar” sering kita temui di dunia perdagangan, ketika barang sudah di bayar maka pihak pembayar memiliki “hak penuh” terhadap barang yang di bayar. Di zaman dulu istilah tebusan seringkali di perhadapken dengan urusan “budak” seorang budak sering diperlakukan seperti “barang” yang dapat diperjualbelikan (digadaikan) hidupnya hanya sebatas pekerjaannya, tidak punya nilai pada dirinya sendiri, hidupnya hanya menunggu kapan dia sakit…kapan dia tidak sanggup lagi bekerja akan di campakkan (dilupakan), habis manis sepah dibuang” tidak ada penghargaan atas pekerjaannya, inilah yang dimaksud dengan hidup yang sia-sia, tidak punya harapan masa depan.
Manusia di tebus (dibeli/dibayar) dari “tuan” yang tidak memberikan jaminan hidup di masa akan datang, Kristus membayar dan menubus umatnya, setiap yang ditebus itu menjadi pribadi yang sangat berharga dan diberikan jaminan hidup di masa akan datang.
Harga setiap barang disejajarkan dengan tebusannya (bayarannya), Petrus mengatakan bahwa manusia ditebus bukan dengan barang fana, itu artinya manusia itu “identik/sejajar dengan kekekalan”. Harga manusia itu jauh melebihi perak dan emas, walaupun emas dan perak itu adalah barang yang sangat mahal di mata manusia. Manusia di tebus dengan darah yang mahal. Darah adalah lambang kehidupan, dengan kata lain manusia sama dengan kehidupan (kekekalan) karena dengan darah (kehidupan) dia di tebus. Dengan demikian manusia berhutang nyawa kepada Yesus Kristus yang telah mengorbankan darah-Nya. Sudah selayaknya manusia memberikan kehidupannya kepada Kristus yang telah menebusnya.
Manusia di beli dengan harga yang tidak di tawar-tawar, karena hidupnya memang berharga, ibarat barang daganan dia ada di tempat yang elit (harga pas) bukan barang yang ada di pasar (barang eceran) yang bisa di tawar. Ketika manusia di tebus bukan seperti seorang ibu yang belanja di pasar, yang menawar barang tanpa tending aling-aling. Kalau kita perhatikan biasa orang menawar barang yang dia sukai, karena kalau dia enggak suka tidak akan ditawar.
Yesus membeli manusia tidak dengan harga yang di tawar-tawar, dia tidak mengemis untuk merendahkan kualitas manusia supaya harganya lebih murah. Dia tidak mengemis harus merendahakn kemampuan-Nya untuk menebus manusia, Dia tidak memelas sambil pergi meninggalkan manusia agar dapat Dia beli, seakan-akan Dia tak butuh.
Mengapa Allah melakukan ini? Inilah yang di sebut dengan Misericordias Domini, karena di mata Tuhan manusia itu sangat berharga. Inilah tema khotbah Minggu ini. Ya memang kita sangat berharga di mata Tuhan, sehingga Dia rela mengorbankan nyawa dan darah-Nya untuk menebus/membeli kita dari kuasa dosa yang mematikan.
Sebagaimana Tuhan telah “memberikan harga yang mahal” bagi kita, sudah selayaknya kita juga harus menghargai kehidupan kita. Jangan menjadi “orang murahan” yang bisa dipermainkan dunia ini, jangan mau menggadaikan kehidupan kepada dosa yang hanya dapat memberikan kenikmatan sesaat. Kita bukan menjadi manusia yang “gampangan” melakukan tindakan dosa “yang murahan”, gampang menyerah, gampang tersinggung, gampang marah dan putus asa. Hidup kita berharga, mari kita pertahankan, kita jaga sepanjang kehidupan kita, selama kita merantau di dunia ini sampai kita mendapatkan tempat tinggal yang abadi.
Tuhan rindu melihat ketaatan sebagai buah penyucian yang Tuhan kerjakan bagi kehidupan kita. Menjalankan kebenaran sebagai buah “pembenaran” yang diberikan oleh Tuhan. Rasa syukur oleh karena penebusan Tuhan akan memampukan kita untuk mengamalkan kasih persaudaraan dengan sungguh-sungguh dan dengan segenap hati. Kita telah dilahirkan dari benih yang tidak fana, yaitu firman Allah yang hidup dan kekal. Marilah kita mengejar hal-hal yang kekal, hindarilah perbutan-perbutan yang membuat “nilai/harga” kita sebagai manusia menjadi ternoda dan berkurang. Kita berharga di mata kita, orang lain dan Tuhan…..amin.


Khotbah Kebaktian Keluarga Mazmur 16:1-11


Mazmur ini adalah suatu doa permohonan dan pengakuan iman yang sangat menyentuh realitas kehidupan sehari-hari. Dapat kita melihat bagaimana kita diajari bagaimana untuk mengaplikasikan iman dalam realita kehidupan nyata. Hanya ada satu sumber kebahagiaan, perlindungan, pengajaran, keselamatan dan kehidupan yaitu pada Tuhan Allah. Tidak ada sumber yang kekal di luar dari Tuhan Allah. Inilah yang ingin disampaikan oleh pemazmur kepada kita.
Di luar Tuhan bisa saja kita mencari kebahagiaan, kehidupan, keselamatan namun yang kekal hanya ada pada Tuhan Allah, karena mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di luar Tuhan justru sebaliknya akan memperbesar kesedihan (ay.4).
Harta dan kepemilikan kita yang paling besar adalah memiliki iman kepada Tuhan Allah, sebab bagaimana tidak, bahwa hanya karena Allah sajalah yang dapat membuat:
 HATI bersukacita, JIWA bersorak-sorak dan TUBUH diam dengan tentram
Tidak ada barang sesuatu apapun yang boleh membuat hidup kita seperti itu selain karena Tuhan. Inilah harta yang paling berharga yang akan dirasakan oleh setiap orang yang berlindung kepada Tuhan.  
Hal terbesar lagi yang boleh menguatkan kita bahwa keselamatan itu adalah untuk selama-lamanya, bahwa orang yang beriman dan berpengharapan kepada Tuhan akan diselamatkan dari dunia orang mati dan dari kebinasaan namun kehidupan kekal adalah bahagiaan dari orang yang setia beriman kepada Tuhan. Sebab sengat maut telah dipatahkan oleh Tuhan Yesus melalui kebangkitanNya dari kematian, sebab: “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yoh. 3:36).
Apapun yang boleh kita miliki baik itu harta kekayaan emas perak uang jika kita tidak memiliki harta yang sesungguhya tidak akan menjamin sukacita kita. Namun kalaupun kita hanya cukup makan nasi campur garam jika kita bersama Tuhan tidak akan menghilangkan sukacita kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari dapat kita melihat bahwa kepemilikan harta benda tidak menjamin seseorang boleh hidup dengan tenang, nyaman dan senang justru ada sebaliknya membuat dia tidak dapat lagi menikmati apa yang dimilikinya. Seperti yang difirmankan oleh Tuhan Yesus bahwa jika kita menuruti perintahNya dan tinggal di dalam kasihNya maka: “Sukacita-Ku ada di dalam kamu, dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh. 15: 11).

Semuanya itu boleh nyata kepada kita jika kita dapat meniru apa yang diperbuat oleh pemazmur ini dalam kehidupannya, yaitu penyerahan diri secara total kepada Tuhan, bahwa ia menyerahkan hidupnya dikuasai oleh Tuhan. Dapat kita perhatikan hidup yang dikuasai oleh Allah:
                Ia berdiri disebelah kananku: Maka Aku tidak goyah
                Ia depan: Ada sukacita berlimpah-limpah
                Di tangan kananNya: Ada nikmat senantiasa
Tidak ada apapun yang boleh membatasi sukacita anak-anak Allah, apapun yang boleh terjadi dalam hidup kita tidak akan menggoyahkan kita sebab Allah bersama kita, biarpun saat ini kondisi kita “sepiring berdua” atau apapun yang boleh terjadi baiklah kita selalu mengingat janji Tuhan Yesus“Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat.28:20).
Kesimpulan:
Kita tidak pernah tahu bagaimana jalan kehidupan yang kita hadapi. Jika kita memperhatikan dunia sekitar kita, mungkin kita merasa takut dan gentar, karena banyaknya kejahatan. Namun, mazmur dari Daud ini memberikan penghiburan dan arahan kepada kita bagaimana seharusnya kita hidup.
Pertama, teladanilah kehidupan orang-orang kudus. Daud berkata, “Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku” (ay. 3). Ada banyak pengaruh kehidupan di sekitar kita, tetapi janganlah pernah mengikuti nasihat orang bebal atau orang fasik, melainkan ikutilah nasihat orang kudus, orang yang takut akan Tuhan. Inilah cara agar kita terhindar dari pengaruh buruk dan yang mencelakakan hidup kita.
Kedua, miliki relasi yang baik dengan Tuhan dan dengarkan nasihat-Nya. Daud berkata, “Aku memuji Tuhan, yang telah member nasihat kepadaku” (ay. 7). Daud menyadari bahwa bagaimanapun pengalaman hidup manusia dan tingkat kepandaiannya, ia tetaplah manusia yang lemah dan terbatas. Itulah sebabnya, dalam kehidupan ini, kita tidak boleh mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi mintalah pimpinan dan pertolongan Tuhan. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita? Marilah kita mengejar nasihat Allah, melalui perenungan firman-Nya dan melakukannya dalam kehidupan kita hari lepas hari.
Ketiga, sumber sukacita sejati terletak pada relasi kita dengan Tuhan. Banyak orang mengejar sukacita dari dunia ini, bahkan dalam zaman Daud, kedudukan, kekayaan, wanita, dianggap dapat mendatangkan suckacita hidup, khususnya bagi kaum laki-laki. Tetapi, sesungguhnya semuanya itu tidak ada artinya, dan hanya membawa pada persoalan hidup. Tetapi jika Tuhan yang menjadi sumber sukacita kita, maka dalam setiap langkah hidup kita, sukacita itu akan mengikuti kita, sebab Tuhanlah sumbernya. Itulah sebabnya Daud berkata, “…di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah…” (ay. 11).


Sabtu, 26 April 2014

Khotbah Minggu 27 April 2014 1 Petrus 1:3-9 Thema: "Kebangkitan Kristus Dasar Pengharapan, Iman dan Kasih"

Pendahuluan
Penulis I Petrus yang menyampaikan gagasan-gagasannya melalui surat. I Petrus diawali dan diakhiri dengan salam (1:1-2, 5:12-14). Surat ini ditujukan kepada jemaat Kristen yang tersebar di wilayah Asia Kecil bagian utara (1:1). Penulis menghendaki agar orang yang membaca surat ini sadar bahwa mereka akan menanggung penderitaan karena iman mereka. Namun, penderitaan tidak akan mengalahkan mereka karena Yesus telah menderita sengsara dan mati untuk mengampuni dosa mereka, dan karena Allah telah membangkitkan Dia dari kematian. Orang Kristen berharap akan dibangkitkan menuju hidup baru, dan harapan itu sudah dimulai sejak pembabtisan.
(1) Dalam penanggalan liturgi gerejawi, hari ini Minggu Quasimodo Geniti, maknanya:
Quasimodo Geniti dalam bahasa Latin artinya sama seperti bayi-bayi yang baru lahir (1 Ptr 2:2).
Istilah ini menggambarkan bahwa pertumbuhan bayi yang baik, sehat dan selamat harus selalu ingin air susu ASI (Air Susu Ibu). Selalu ingin berarti bukan kadang-kadang ingin dan kadang-kadang tidak. Tanpa ASI tidak dapat bertumbuh sehat dan selamat. Dengan gambaran ini sang bayi tidak dapat berbuat apa-apa, tanpa dekat dengan si Ibu. Hanya dalam pelukan si ibu, maka sang bayi merasa tenang.
Kondisi ini diungkapkan permasmur dalam Mzm.62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku”.
Bayi-bayi yang baru lahir sangat mengandalkan orangtuanya. Tidak ada sedikitpun rasa kuatir tentang kasih sayang dan kemampuan orangtuanya untuk memeliharanya.
Jadi bagi bayi yang terpenting adalah orangtuanya, demikian tentunya bagi orang beriman yang terpenting Allah memelihara dan menyelamatkan walau apapun yang dialami.
1 Petrus 1: 3-9
Pujian di bagian awal surat menjadi tema pokok surat 1 Petrus ini. Pujian tema pokok ini didasarkan pada: 1) Allah memberikan kita kelahiran baru melalui iman kepada Injil, 2) kelahiran baru ini membawa pengharapan, 3) kelahiran baru ini berdasar pada kebangkitan Yesus dari kematian, dan 4) orang-orang Kristen  mendapatkan warisan ilahi yang tidak dapat hilang. Pengharapan masa depan dan warisan yang akan disingkapkan pada zaman akhir menuntut ketekunan orang percaya dalam pertobatan. Ketekunan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi berbagai pencobaan untuk memurnikan iman yang baru ini.
 Khotbah:
Dalam minggu gerejawi hari ini kita memasuki Minggu setelah kita merayakan Paskah. Sebuah ‘passion’ yaitu keinginan, semangat, tekad untuk mematikan lembaran hidup lama yang dikuasai keinginan daging serta bangkit kembali membuka lembaran baru yang dikuasai Roh Allah. Hal ini meningatkan keberadaan kita sebagai orang Kristen yang sudah ‘lahir kembali’ seperti bayi-bayi.
1 Petrus 1:3-9 yang menjadi perenungan kita hari ini tampaknya dipengaruhi pujian kuno dalam gereja yang bisa diungkap dalam 3 (tiga) pujian:
Pertama, ayat 3-5 Pujian kepada Allah, Bapa sebagai pemrakarsa ciptaan baru. Allah membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati. Allah mengubah serta memberikan kehidupan yang baru.
Kedua, ayat 6-9 Pujian kepada AnakNya, yang mengungkapkan kasihNya, sehingga dapat bertahan menderita sengsara sampai mati. Allah menerima kematian Yesus sebagai tebusan bagi dosa manusia. Yesuslah menjadi yang pertama dari keluarga baru Allah. Semua yang percaya kepadaNya akan bangkit dari kematian. Karya kasih inilah yang membuat bergembira, sekalipun sekarang harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
Ketiga, sebenarnya ayat setelah perikop kita hari ini dari ayat 10-12 yaitu Pujian kepada Roh Kudus yang menjadi nyata dalam pemberitaan para nabi.
Ketiga pujian ini sejalan dengan pujian yang diungkapkan dalam Titus 3:4-8. Kalau kita perhatikan kelima ayat dalam Titus ini: nyata kemurahan Allah yang telah menyelamatkan kita. Hal itu sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus Juruselamat kita sehingga kita berhak menerima hidup yang kekal. Ini semua bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Perenungan kita hari ini hanya mengambil dua bagian dari pujian itu, yaitu pujian kepada Bapa dan Anak-Nya yang dalam peringatan Paskah minggu lalu telah menyelesaikan karya Agung untuk menyelamatkan umat manusia yang percaya kepadaNya.
Surat Petrus yang pertama ini dituliskan untuk menguatkan orang Kristen yang tersebar bagian Utara Asia Kecil yang berbudaya Yunani, demikian juga komunitas yang berbudaya bagian Timur yang sekarang disebut Iran. Orang Yahudi juga banyak yang tinggal disini. Pokoknya supaya semuanya sabar menanggung penderitaan karena beriman. Yang jelas bahwa penderitaan itu tidak akan mampu mengalahkannya karena Yesus sendiri telah lebih dahulu mengalami kesengsaraan dan derita sampai mati untuk mengampuni dosa mereka yang beriman kepadaNya. Dan karena Allah telah membangkitkan Yesus dari kematian, maka orang Kristen akan dibangkitkan juga menuju hidup baru yang ditandai dengan baptisan.
Kehidupan gereja pertama yang diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan penderitaan sangatlah mengharapkan kedatangan Kristus yang mulia itu (parousia). Pengharapan itu menggebu-gebu dan hampir tidak pernah padam. Yang menjadi masalah ialah apakah keyakinan seperti itu harus dihubungkan dengan soal waktu: kapan Ia akan datang? Ataukah dengan soal mutu: bagaimanakah orang beriman bisa menyambut kedatangan Kristus dengan pantas? Dalam perenungan kita ini masalah bagaimana orang beriman seharusnya menyambut kedatangan Kristus mendapat tekanan yang sangat kuat. Kekayaan iman harus dibuktikan dengan perjuangan hidup, juga kalau kehidupan ini harus disertai dengan penderitaan. Kehidupan Kristen bahkan akan bersinar cemerlang di dalam penderitaan itu. Dalam ayat 7 dengan sangat jelas digambarkan seperti ‘emas dalam api’. Emas diuji kemurniannya dalam api. Emas dipanaskan untuk menghilangkan hal-hal yang membuatnya tidak murni. Setelah proses itu, didapatlah emas murni. Hanya emas murnilah yang mampu bersinar indah di bara api. Demikian juga dengan iman. Iman seseorang perlu diuji dan ‘dibakar’ melalui pencobaan dan penderitaan agar menjadi murni dan kokoh.
Bahaya yang mengancam iman Kristen tidak hanya datang dari pengajaran, melainkan yang lebih gawat lagi datang dari dalam diri orang beriman itu sendiri: semangat puas tanpa mau menyelidiki, menanyakan terus menerus dan menggali lagi. Dengan demikian orang akan terus dirongrong ketahanan imannya. Sejarah gereja juga telah membuktikan bahwa kualitas kekristenan akan lebih baik pada saat diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan penderitaan. Sebaliknya kalau gereja masuk ke ‘zona aman’ akan biasa-biasa, tidak bergairah, tidak lagi menyala, tidak lagi berkembang dan bisa mati. Tentu kita teringat akan pengalaman Petrus, Yakobus dan Yohanes yang terperangkap ke dalam zona aman, mau tinggal di gunung karena telah mengalami ketenangan dan kesenangan. Bahkan mau mengabadikan diri dalam keadaan yang sudah enak dan menyenangkan. Bahkan mau mendirikan kemah untuk berlama-lama dalam zona aman tersebut. Ternyata saat itu juga Yesus menyuruh turun dari gunung, ke kehidupan nyata yang penuh dengan pergumulan. Jadi kemapanan, kebekuan hidup, tidak dianggap menguntungkan dalam kehidupan beriman. Hubungan manusia dengan Tuhan harus berubah, hari lepas hari harus meningkat, tidak berjalan di tempat. Harus terus berkembang sampai akhir hidup.
Kita bersyukur dengan perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan teknologi telah membuka mata dunia untuk melakukan penelitian-penelitian yang luar biasa. Industri raksasa semakin menjamur, penemuan berbagai obat-obatan semakin hebat. Namun kita tidak dapat menyerahkan dan menggantungkan diri kepada perkembangan teknologi tersebut. Sebaliknya dengan perkembangan teknologi tanpa dilandasi etika moral hubungan sesama manusia justru memberikan dampak korban yang luar biasa pula kepada manusia. Kita mengingat perang dunia I dan II dengan bom atom Hirosima dan Nagasaki di Jepang. Begitu banyak korban manusia. Perkembangan industri juga berakibat kurang air bersih, polusi udara, banjir dimana-mana. Dengan temuan obat-obat, sering disalah gunakan sehingga menjadi pembunuh manusia yang luar biasa pula.

Karenanya tepat sekali pembacaan kita dari Mazmur 16 tadi, berbahagialah orang yang saleh, yang hanya memandang dan mengandalkan Allah yang ia imani dan amini tidak akan menyerahkan ke dunia orang mati. Allah itu akan memberitahukan jalan kehidupan, padaNya ada sukacita berlimpah-limpah dan hikmat senantiasa. Jadi walau apapun yang Tuhan ijinkan kita alami, baik sukacita atau derita kita jalani bersama Tuhan. Yang pasti bersama Tuhan aman, dan diluar Tuhan akan binasa.  Amen

Kamis, 10 April 2014

Khotbah Kebaktian Rumah Tangga Roma 8:1-10

Thema: “Kehidupan orang Kristen haruslah  didalam Roh”

Ada dua hal yang menghinggapi manusia yang saling bertentangan dan kedua kubu itu sangat bertolak belakang yakni antara Daging – Roh.
1. Daging menggambarkan manusia yang terikat, apabila dibiarkan manusia itu tidak dapat lepas dan tetap terikat, kalau dengan kemampuan sendiri manusia tidak akan mungkin dapat menolong dirinya.  Ciri manusia yang hidup didalam keinginan daging adalah orang yang hanya mencukupkan diri dengan hidupnya yang hanya berpusat pada dirinya sendiri. Hidup dalam daging hanya berpusat kepada penghayatan hidup yang mengantar kepada kematian. Karena makna kematian, adalah merupakan pengasingan definitif dari Allah. Kematian adalah kekekalan berpisah dari Kasih Allah.
Ciri kehidupan orang yang berorientasi pada keinginan daging adalah :
tidak memerlukan Allah
tidak tunduk kepada seluruh perintah Allah
tidak ada ketaatan kepada Allah.
dan tidak memikirkan untuk menyenangkan hati Allah hidupnya untuk menyenangkan dirinya dan orang yang ada disekitarnya.
2.  Roh menggambarkan pribadi yang terikat tetapi dipimpin oleh kekuatan yang memberi hidup yaitu Roh Allah. Manusia yang hidup didalam Roh Allah berpengharapan bahwa tiba saatnya ada kebangkitan dan yang membangkitkan semua manusia untuk dihakimi tetapi bagi yang mengenal Yesus akan bersama sama dengan Dia dalam kekekalan disebelah kanan Allah Bapa di surga.
Konflik antara Daging dan Roh itu selalu terjadi walaupun kita sudah mengikut Yesus. Ada yang menyatakan bahwa bagi pengikut Yesus konflik antara daging dan roh akan hilang dan manusia hanya dipimpin oleh Roh Allah, pernyataan itu tidaklah benar. Mari kita perhatikan surat-surat Paulus penuh dengan indikasi perang rohani yang selalu terjadi dalam diri orang percaya. (lih. Rm7). Benar bahwa pada kenyataannya kegagalan demi kegagalan sering kita perbuat. Memang  ada kemenangan yang tersedia bilamana kita memberi diri dipimpin oleh Roh Allah.
Bagaimana Roh memimpin orang yang percaya kepada Yesus ? Untuk menggambarkan-nya mari kita bayangkan seperti :
Seorang gembala yang baik dengan setia mengarahkan dan menjaga domba-dombanya di padang rumput. Yesus sebagai gembala yang setia dan kita orang percaya sebagai domba yang taat kepada gembala kita, gembala yang setia selalu menjaga dombanya dari ancaman binatang buas dan mengarahkannya kepada kebaikan dombanya, domba domba yang taat mendengarkan perintah gembala dan taat melakukan perintah gembala yang dikenalnya dengan baik..
Seperti perahu layar dilautan lepas ada kekuatan angin yang mendorong agar perahu kita dapat bergerak menuju pelabuhan harapan, perahu layar mendapat kekuatan untuk berjalan dari angin yang tidak kelihatan tetapi dapat menggerakkan dan mendorong perahu layar sampai ditujuannya.
3.  Apa makna “orang percaya dimpimpin oleh Roh Allah?”
Dengan memberi diri kita dipimpin Roh, kita tidak hidup dibawah hukum Taurat artinya:
Hukum Taurat tidak lagi mendakwa mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus. Artinya selama kita dipimpin oleh Roh Kudus, hidup kita berkenan kepada Allah, bahkan sesuai dengan tuntutan hukum Taurat. Bukan karena kita tidak berbuat dosa tetapi karena kita tersembunyi didalam Kristus. Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh oleh tiap tiap orang percaya. (Rm 10:4) Dengan kata lain barang siapa yang ada didalam Kristus dia sudah menggenapi hukum Taurat. Karena itu Paulus didalam Rm 8:1 “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada dalam didalam Kristus.”
Kuasa dosa sudah disingkirkan dari mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus. Kutuk hukum Taurat telah diambil oleh Yesus Kristus di kayu salib, atau dengan kata lain selama kita dipimpin oleh Roh Kudus kita tidak perlu diombang ambingkan oleh dosa. Oleh sebab itu hidup kekristenan yang sebenarnya adalah hidup dalam kemenangan atas dosa.
Untuk lebih menjelaskan ini ada kuis sebagai berikut : Pernyataan : Satu-satunya cara Allah membersihkan dosa manusia adalah Penebusan oleh Yesus Kristus ? Jawabnya: Benar atau Salah
Jawabannya : Salah karena Allah tidak membersihkan dosa manusia ( menyatakan manusia berdosa tidak bersalah), Allah membenarkan dosa manusia melalui Yesus Kristus ( artinya Allah membenarkan kita walaupun kita masih sebagai pendosa)
4. Apakah ”keinginan daging” itu ?
Kalau dilihat dari segi tingkah laku dan perbuatan manusia maka: Perbuatan daging adalah perbuatan yang nyata disaksikan semua manusia yang merefleksikan daging manusia yang keluar dari hati yang jahat sebagaimana manusia keturunan Adam. Bisa jadi perbuatan daging tidak sama pada semua orang namun demikian daging tetap daging apabila tidak dipimpin Roh Kudus. Malahan firman Tuhan justru sebaliknya, manusia jahat najis dari lahir dan juga akan mati dalam keadaan itu, kecuali ia bertobat dan menerima Roh Kudus. Atas dasar ini kita menolak ajaran humanisme yang mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Mari kita perhatikan pada :
Roma 5:12 “Sebab itu sama seperti dosa telah masuk kedalam dunia oleh satu orang (maksudnya Adam), dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.”
5. Apakah ”keinginan Roh” itu ?
Keinginan Roh diimputasikan kepada kita pada waktu kita dilahirkan kembali atau ketika kita mengaku bahwa pemilik kita adalah Yesus Kristus. Keinginan roh adalah kebalikan keinginan daging kita perhatikan Gal 5: ayat 24 : “ Barang siapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”
Tanda – tanda sesorang  dipimpin oleh Roh Kudus adalah hubungannya yang baru dengan orang lain yakni janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki “ Tidak gila hormat, tidak saling menantang, tidak saling mendengki, artinya saling menanggung bebanlah kamu,  saling hormat menghormatilah kamu, saling mendukunglah kamu, saling mengasihilah kamu.
Apakah kita sudah mempunyai hubungan seperti ini ?
Kalau kita sebagai anggota sudah berbuah Roh tentu persekutuan jemaat kita juga berbuah Roh, Gereja kita penuh dengan buah Roh. Apakah Gereja kita sudah penuh dengan buah Roh ? Dengan demikian apabila kita mau hidup dalam Roh yang menuntun kita melewati kehidupan tiba pada kematian didunia tetapi Yesus membangkitkan maka tidak bisa ditawar lagi bahwa:
Kita harus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Kitalah secara aktif melakukan penyaliban daging itu, kalau tidak kita lakukan maka buah-buah roh itu terhalang  pertumbuhannya.
Yesus berkata yang dicatat di Mrk 8:34.  “ Setiap orang yang mau mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya dan mengikut aku”.
Pada zaman Tuhan Yesus hidup penjahat yang dihukum mati yang disuruh memikul salibnya sendiri sampai ditempat hukuman mati. Kematian di kayu salib adalah kematian yang mengerikan dan menyakitkan dan jarang langsung mati dan dilakukan bagi penjahat yang pengampunan hukumnya tidak ada lagi. Setiap pengikut Kristus harus melakukan persis seperti penjahat yang dihukum mati, memikul salib sampai diekskusi, dipakukan dibiarkan sampai mati. Bedanya penjahat dan kita adalah penjahat dipaksa oleh eksekutor, sedangkan kita atas kesadaran sendiri.
6. Apakah yang menjadi ”pegangan kita”saat ini ?
Yang harus kita fahami dan pegang teguh adalah:
Selama kita didunia ini kita akan selalu mengalami tarikan antara ”keinginan daging” dan ”keinginan Roh” yang saling berlawanan.
Kemenangan masih tersedia bagi kita yang mau ”menyalibkan keinginan daging” berupa  segala hawa nafsu dan  kita membuka diri untuk ”didiami oleh Roh Kudus”.
Tugas kita setiap hari mengambil waktu untuk merenungkan apa yang sudah dianugrahkan oleh Allah yang telah menjadi milik kita dan taatlah serta hiduplah menurutNya. Kalau memang benar kita sudah menyalibkan daging kita baiklah kita biarkan keinginan daging itu terpaku di kayu salib. Jangan lagi coba-coba untuk melepaskan paku-paku itu. Kalau kita merasa bahwa kita belum menyalibkan daging kita sekarang segeralah salibkan karena waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita.
Oleh sebab itu kalau kita dicobai oleh iblis untuk melakukan kehendak daging kita harus berkata dengan tegas : “Aku ini milik Kristus, aku telah menyalibkan keinginan dagingku. Tak ada lagi pikiranku untuk menurunkannya dari salib itu”
Kiranya Tuhan Yesus menguatkan kita melawan keinginan daging itu. Amin


Rabu, 09 April 2014

Khotbah Minggu 13 April 2014 Matius 21:1-11

 Tema : 
“Diberkatilah Dia yang datang dalam Nama Tuhan”

I.             Pendahuluan
Di tengah arus dunia yang serba kompleks ini, kita diperhadapkan pada perbedaan pendapat, persaingan, ketidak harmonisan, bahkan kekerasan di mana-mana baik kekerasan fisik maupun psikis (melalui kata-kata dan sikap). Yang ironis adalah bahwa hal ini tidak hanya terjadi di luar gereja tetapi bahkan juga di dalam gereja. Semua ini dipertajam oleh kecenderungan manusia yang mengkotak-kotakkan diri dalam sekat-sekat golongan, status, pangkat, kehormatan dan kepentingan. Persoalan-persoalan kecil yang bisa diselesaikan dengan mudah kadang malah menjadi persoalan besar karena masing-masing mempertahankan bahkan menonjolkan kehormatan dan kepentingannya sendiri dan menganggap yang lain lebih rendah. Di tengah situasi yang semacam diperlukan manusia-manusia yang mempunyai hati seorang hamba, yang meneladani sikap dan perilaku Yesus.
Sebagai orang yang percaya kepada Yesus,kita memang harus belajar meneladani Kristus, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Karakter Yesus perlu kita teladani,ketika banyak orang yang mencai maki dan berusaha menyalibkanNya,sedikitpun Dia tidak membalasnya,Yesus tidak membiarkan caci maki,ancaman dan perbuatan jahat orang banyak masuk dan menguasai hatiNya,namun sebaliknya Ia mengasihi,mengampuni bahkan menyelamatkan manusia dari segala dosa-dosanya.
Pelayanan Yesus sepanjang hidupnya menunjukkan bahwa walaupun Ia adalah Anak Allah yang memiliki wewenang Ilahi,tapi Ia mampu tampil secara sederhana,kehadiranNa didunia ini membawa perubahan sehingga keberadaanNya membawa damai sejahtera.Kepatuhan dan kesetiaan Yesus kepada Bapa yang mengutus Dia itu juga yang ingin kita lakukan,sebab kita juga adalah hamba Allah,kita adalah buah pelayanan Yesus.Menjadi hamba Allah berarti bersedia memberi diri secara total (taat) diperbaharui oleh Allah dan bersedia menghadapi tantangan.Kita dipanggil untuk menyaksikan karya Kristus itu kepada semua orang.
 II. Isi
Di dalam nats renungan kita matius 21:1-11 dapat kita lihat beberapa hal:
(1) Persiapan kedatangan Yesus (1-3)
Sebelum Yesus memasuki kota Yerusalem,terlihat bahwa Yesus dengan sengaja singgah di Betfage.Hal ini mengindikasikan bahwa Yesus bukan hanya lewat namun Dia datang kesitu oleh karena Dia mengetahui bahwa ada satu hal yang akan dilakukanNya di Betfage.Di kota Betfage Yesus menyuruh 2 muridNya untuk pergi kekampung yang ada di depan dan mengambil seekor keledai betina.Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah yang mengetahui seluruh keberadaan ciptaanNya sehingga Ia dapat tahu di depan sana ada keledai yang tertambat.
 Yesus mengatakan antisipasi apabila murid-murid yang dikirimnya ditegor atau ditanya ketika mengambil keledai itu.Hal ini menunjukkan bahwa Yesus memperhitungkan hambatan yang mereka akan hadapi.Antisipasi yang Yesus katakan ini berhubung karena keledai yang mereka akan ambil bukan milik mereka,sehingga Yesus memberikan jawababn,agar murid-murid dapat menjawab ketika mereka ditanya.Mereka tidak boleh mengambil secara paksa atau secara diam-diam tanpa sepengetahuan atau izin dari pemiliknya.karena Yesus menjamin bahwa mereka akan memperolehnya lalu dengan mengatakan”Tuhan memerlukanNya,Ia akan segera mengembalikannya”.Terlihat bahwa adanya kejujuran dan keadilan dan adanya jaminan bahwa keledai itu akan dikembalikan.Menjadi pelajaran bagi kita jujur dalam meminjam sesuatu pada orang lain dan juga ingat mengembalikannya.
 (2) Nubuatan dan Penggenapan (4-5)
Dalam kitab Zakharia 9:9-10 nabi Zakharia sudah berkata tentang Mesias yang datang dengan lemah lembut dan dengan mengendarai seekor keledai bukan dengan mengendarai seekor kuda yang selalu dipakai dalam perang.Keledai dikenal karena stamina dan kemampuannya membawa beban yang berat,merupakan binatang tunggangan pilihan bagi kaum bangsawan di dunia Alkitab.Lalu keledai yang dimaksud yang merupakan nubuatan di PL adalah keledai yang gampang dijinakkan.dan keledai adalah simbol kemanusiaan,kedamaian.Sehingga Yesus memakainya sebagai simbol kedatanganNya sebagai raja Damai.Yesus memiliki perangai yang begitu lembut,sehingga Ia tidak datang dengan murka dendam tapi dengan belas kasihan untuk mengerjakan karya keselamatan .Makna kedatangan Yesus yang sederhana ini membuat orang yang kecil atau miskin boleh berbesar hati datang kepadaNya tidak dengan ketakutan karena Dia datang bukan dengan kuda yang berlari cepat.
 (3) Yesus memasuki Yerusalem dan respon orang banyak (6-11)
Maka pergilah murid-murid Yesus dan dan berbuat seperti yang ditugaskan kepada mereka,hal ini menunjukkan bahwa 2 murid Yesus itu pergi tanpa protes,mereka langsung mengerkan tugas tanpa bersungut-sungut dan kekhwatiran karena Yesus menjamin perjalanan dan tugas mereka.Lalu mereka melakukan semua yang diperintahkan Yesus.Penting juga bagi kita agar kita hanya melakukan apa yang Yesus perintahkan tidak perlu yang berbuat yang lain-lain diluar dari kehendak atau perintah Yesus.
 Respon orang-orang terhadap kedatangan Yesus yaitu mereka menghambarkan pakainannya di jalan,ada pula yang memotong ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan.Menunjukkan bhwa mereka menghormati Yesus yang mereka anggap sebagai raja dan Mesias yang akan menyelamatkan mereka dari jajahan Romawi.mereka menghormati Yesus karena dalam diri mereka terdapat harapan bahwa Yesus yang mereka sambut adalah Raja yang membebaskan dan bahkan memerintah di Israel.
 “Hosana bagi anak Daud,diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” perkataan dan penyambutan ini menjelaskan 2 hal yaitu:1)Penyambutan mereka terhadap kerajanNya dengan hosana yang berarti Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.Nubuat tentang anak Daud dalam Mazmur 72:17 yang mengatakan bahwa segala bangsa akan menyebut dia berbahagia.Sehingga tergenapi dalam Yesus bahwa Ia memang diberkati.2)Lalu seruan itu bersifat harapan baik bagi kesejahteraan kerajaanNya. Mereka berharap supaya kemakmuran dan kegemilangan mengiringi kerajaaNya sehingga kerajaan ini penuh dengan kemenangan.
 Ketika Yesus masuk ke Yerusalem,maka gemparlah seluruh kota itu,dan mereka bertanya”siapakah orang ini”?Hal ini menunjukkan bentuk keheranan,ketakjuban orang berada di Yerusalem dan belum pernah melihat Yesus,dan mereka menyebutNya Yesus adalah orang Nazaret.
 III. Renungan
Meneladani tokoh Yesus dalam kehidupan sehari hari membutuhkan komitmen dan keseriusan menjalankannya.Banyak orang yang tumbuh dalam keluarga Kristen berkata “ya”kepada Yesus tanpa memahami apa yang dikatakannya.Namun saat diperhadapkan dengan tantangan mereka segera meninggalkan iman yang hanya mereka ucapkan dibibir .Mengimani Yesus serta menelaladaninya merupakan keputusan penting dalam hidup, Oleh karena itu ada beberapa hal yang dapat kita lihat dari diri Yesus yang harus kita lakukan yaitu:
 (1) Setia melakukan kehendak Bapa
Dalam menjalankan tugasNya,Yesus tidak pernah berubah,tapi Ia tetap setia.Kadang kita menyembah Yesus dengan segenap hati kita,tapi bisa saja esok hari,melalui perkataan dan perbuatan kita menyangkal Dia,bisa saja iman percaya kita seakan-akan membatasi kebebasan kita untuk melakukan yang kita kehendaki.Sejumlah besar orang di kota Yerusalem begitu mengelu-elukan kedatangan Yesus dengan menaiki keledai sambil bersorak hosana,namun beberapa hari kemudiansebagian orang itu menuntut agar Yesus disalipkan.Ketika Yesus diperhadapkan pada pilihan apakah terus melakukan kehendak Bapa untuk mati di kayu salib atau kah Dia berpaling dari kehendak Bapa,Yesus tetap memilih mati di kayu salib.
 (2) Yesus adalah pribadi yang rendah hati
Hampir semua orang dikota Yerusalem mendambakan Mesias yang datang itu adalah seorang raja yang mampu membebaskan mereka dari jajahan Romawi. Dalam teks bacaan kita jelas sekali bahwa Mesias yang datang itu adalah pribadi yang sangat sederhana,kararkter yang dimiliki Sang Mesias jauh dari yang dibayangkan.Tapi bagi sebagian orang sosok Yesus yang sederhana mampu menembus batas perbedaan sehingga tidak ada lagi perbedaan atara orang kaya dan miskin,sebab Yesus datang dengan kesederhanaa-Nya.Yesus datang sebagai hamba,oleh karena itu secara manusia Dia tidak begitu diperhitungkan,bahkan terkesan dicemoohkan tapi begitulah cara Yesus datang kedunia untuk bisa memenuhi panggilanNya.
 (3) Patuh kepada Bapa
Yesus hanya melakukan kehendak Bapa untuk menjalankan misiNya.Kepatuhannya terlihat sampai Dia disalipkan.Ada sebuah ilustrasi yang mengambarkan kepatuhan:Suatu hari seorang raja pulang tengah malam dari sebuah tugas penting.Cuaca pada saat itu sangat dingin,sehingga kota itu sangat dingin.Ketika ia melewati pintu gerbang kota,seorang penjaga tertidur dan mukanya tertutup oleh topi..biasanya ketika sang raja lewat seorang penjaga harus mengatakan “hormat kepada paduka raja”.Melihat sang penjaga tertidur sang raja memerintahkan panglimanya supaya sang penjaga itu dihukum,tapi ketika panglima itu membuka topinya ternyata penjaga itu telah mati.Dia mati dalam tugasnya,walaupu ia sakit dan cuaca dingin tapi ia patuh akan tugasnya.Akhirnya raja mengambil topinya dan mengantikannya dengan mahkota raja.Walaupun yang dilakukan oleh raja itu hanya sebentar tapi tidak pernah ada orang yang begitu rendah bisa memakai mahkota raja.Karena dia patuh dia mendapat kehormatan dari kepatuhannya.Oleh karena itu marilah kita meneladani Yesus dengan patuh dan tidak gentar menghadapi penolakan dan tekanan dunia,karena Allah akan menyertai,memelihara serta menyiapkan mahkota kehidupan bagi kita. Dari berbagai sumber.


Kamis, 03 April 2014

Khotbah Minggu 06 April 2014 "ALLAH YANG MEMULIHKAN" (Yehezkiel 37:1-14)


  Allah dalam Alkitab adalah Allah yang selalu ingin memulihkan (mereformasi) suatu keadaan supaya sesuai kembali dengan apa yang Ia inginkan. Ia membangkitkan Set, Nuh dan keluarganya, Abraham, dan sebagainya, karena Ia ingin memulihkan keadaan manusia. Ia selalu memiliki rencana pemulihan yang besar. Hari ini kita akan melihat salah satu contoh janji pemulihan yang Allah berikan kepada umat-Nya, yaitu Yeh 37:1-14.
  Analisa konteks
 Salah satu keunikan teks ini adalah pengulangan beberapa frase yang mengindikasikan “kedaulatan TUHAN”. Frase “dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN” muncul sebanyak 3 kali (ayat 6b, 13a, 14b). Selain itu, frase “beginilah Firman TUHAN” muncul 4 kali (ayat 4, 5, 9, 12). Mengapa penekanan terhadap kedaulatan TUHAN ini penting dalam konteks Yehezkiel? Karena pada waktu itu bangsa-bangsa mengidentikkan kekalahan suatu bangsa dengan kekuatan/eksistensi allah yang mereka percayai. Kekalahan bangsa Yehuda dari Babel pasti juga membawa dampak spiritual, yaitu keraguan terhadap kekuatan TUHAN (dibandingkan dengan dewa Marduk, dll.).
 Teks ini terdiri dari dua bagian besar: visi (ayat 1-10) dan interpretasi visi (ayat 11-14). Masing-masing bagian tersebut berbicara tentang situasi bangsa Yehuda (ayat 1-3, 11) dan apa yang akan Allah lakukan sebagai respon terhadap situasi tersebut (ayat 4-20, 12-14). Pemahaman tentang struktur ini sangat penting, karena kita akan menyelidiki bagian ini dengan cara membandingkan bagian visi dan interpretasi secara simultan. 
Situasi bangsa Yehuda (ayat 1-3, 11)
 Tulang-tulang di dalam visi Yehezkiel melambangkan bangsa Yehuda (ayat 11a). Penggambaran secara apokaliptis memiliki keuntungan khusus, salah satunya adalah ekspresi melalui verbal-simbolis yang sulit dicapai jika hanya digantikan dengan media verbal.
 “Kering” (ayat 1-2, 11)
Kematian yang digambarkan di ayat 1-2 merupakan kematian yang mengerikan: (1) tulang-tulang tersebut berada di lembah. Kematian yang terhormat ada di kuburan. Kematian di lembah/luar kota merupakan simbol kehinaan. Hanya tulang-tulang saja yang ada mengindikasikan bahwa mayat-mayat tersebut tidak dikuburkan dengan layak dan tubuhnya dimakan binatang-binatang liar. Ini merupakan gambaran kematian yang hina menurut konteks waktu itu. (2) tulang-tulang tersebut sangat banyak. Yehezkiel melihat tulang-tulang tersebut memenuhi lembah (ayat 1), berkeliling dan sangat banyak bertaburan (ayat 2). Jumlah yang sangat besar ini biasanya merujuk pada kekalahan perang (band. ayat 9  “orang-orang yang tersembelih ini”); (3) tulang-tulang tersebut sangat kering. Keadaan ‘sangat kering’ ini menggambarkan situasi bangsa Yehuda yang sudah lama berada di pembuangan.
 “Tanpa harapan” (ayat 2b, 11)
Keberadaan di pembuangan yang sudah sangat lama menyebabkan bangsa Yehuda kehilangan harapan untuk menjadi sebuah bangsa kembali. Mereka merasa bahwa peluang untuk itu sudah tidak ada, apalagi bangsa Babel menjadi tetap kuat dan tidak ada tanda-tanda bahwa suatu bangsa besar lain sudah muncul. Pertanyaan TUHAN di ayat 3a merupakan pertanyaan retoris (tidak perlu dijawab) dan bersifat ironis. Secara manusia, tulang-tulang itu pasti tidak mungkin dihidupkan kembali.
 “Kami sudah hilang (ayat 6-8, 11).
Terjemahan LAI:TB “kami sudah hilang” sulit dipahami. Secara hurufiah, kata Ibrani yang dipakai di sini seharusnya diterjemahkan “terpisah”. Dalam bagian visi, tulang-tulang tersebut digambarkan: terpisah dari sendi-sendinya (ayat 6, “memberikan urat-urat”), berada di tempat yang berbeda-beda (ayat 7 “saling bertemu”). Gambaran ini sesuai dengan situasi historis yang dialami bangsa Yehuda. Sebagian dari mereka tinggal di tanah Yehuda (2Raj 25:12), Mesir (2Raj 25:26), tetapi sebagian besar dibawa ke pembuangan (2Raj 24:14-16; 25:11). Terpisah di sini juga bisa berarti terpisah dari tanah perjanjian.
Pemulihan Allah (ayat 7-10, 12-14)
TUHAN tidak tinggal diam dengan situasi umat-Nya. Ia menubuatkan sebuah pemulihan! Pemulihan apa yang Ia janjikan?
(1)   Pemulihan fisik.
TUHAN menjanjikan pemulihan tanah dan eksistensi sebagai sebuah bangsa (ayat 12-13). Dalam bagian visi, pemulihan ini digambarkan dengan penggabungan tulang-tulang yang dulu terpisah dan tumbuhnya urat/daging yang menyatukan mereka (ayat 7-8). Bagaimanapun, pemulihan ini bukanlah yang paling penting.
(2)   Pemulihan spiritual.
Inti pemulihan yang TUHAN lakukan adalah secara spiritual. Apa yang telah terjadi pada bangsa Yehuda secara fisik (kekalahan perang, pembuangan, dll.) sebenarnya merupakan akibat dari kebobrokan spiritualitas mereka. Ketika TUHAN ingin memulihkan, Ia juga ingin memulihkan yang paling esensial: spiritualitas. TUHAN sengaja membedakan jenis pemulihan ini. Ia memerintahkan Yehezkiel untuk bernubuat secara langsung (ayat 4-6), tetapi yang terjadi adalah secara bertahap (ayat 7-8 dan 9-10). Pemulihan ini membuat situasi berbalik 180o: dari tulang-tulang yang kering dan terpisah menjadi tentara yang sangat besar! (ayat 10). Pemulihan jenis ini hanya bisa terjadi apabila dilakukan oleh Roh (ayat 9, 14; bandingkan mode nubuat di ayat 7-8). Gambaran di ayat 8-10 merujuk balik pada Kejadian 2:7 ketika Allah menciptakan manusia. Rujukan ini mengindikasikan bahwa TUHAN ingin menyiapkan sebuah generasi yang baru yang rohani, yang tidak terkontaminasi oleh dosa dan dunia. 
Konklusi
 Apapun keadaan kita sekarang, janganlah merasa bahwa itu merupakan situasi yang terakhir dan permanen, karena Allah adalah Allah yang suka terhadap pemulihan (reformasi). Alkitab dan sejarah telah menjadi saksi setia terhadap pola kerja Allah ini. Ia ingin suopaya keadaan kita berubah. Lebih penting daripada itu, Ia ingin supaya perubahan itu berujung pada pertumbuhan spiritualitas kita. Marilah kita terus mensyukuri dan berharap melalui permasalahan kita, kita akan bertambah mengenal kedaulatan TUHAN dan mencintai Dia.
Renungan
Tulang-tulang kering yang ada di hadapan Yehezkiel menggambarkan kondisi kerohanian umat Tuhan yang berada di pembuangan. Kerohanian mereka mati dan kehilangan fungsinya seperti tulang-tulang yang berserakan, saling terpisah satu dengan yang lain. Pertanyaan Tuhan mencerminkan pertanyaan Yehezkiel dan semua orang yang menyaksikan kondisi tersebut. Mungkinkah kondisi kerohanian yang sudah sedemikian parah ini dipulihkan kembali?
Gambaran di atas sangat penting dan relevan dengan kehidupan kita. Ada banyak hal yang dapat membuat kehidupan rohani orang-orang Kristen masa kini seperti tulang-tulang kering itu. Mati dan beserakan. Kita hidup di dunia yang semakin sibuk dengan berbagai urusan materi dan jasmani. Dalam kebanyakan keluarga Kristen masa kini, urusan kerohanian hanya diberi tempat di urutan terakhir. Bahkan, tidak sedikit keluarga Kristen yang kondisi kerohaniannya tergolong sakit parah atau bahkan mati. Mungkinkan kondisi kerohanian yang sudah parah itu dipulihkan kembali?
Peragaan yang diberikan Tuhan justru hendak menjawab pertanyaan itu dengan tegas. Jawabnya, tentu saja bisa. Tuhan sanggup menyusun kembali tulang-tulang yang berserakan itu hingga terjalin dengan utuh, dan kemudian membalutnya dengan daging. Tuhan juga sanggup memberikan roh untuk membuat tulang-tulang itu hidup kembali. Tidak ada yang tidak bisa dipulihkan oleh Tuhan, meski separah apapun kondisinya.
Sungguh menarik menyaksikan bahwa tulang-tulang kering ini bergerak, memberikan respon ketika Yehezkiel menyampaikan firman Tuhan. Hal ini bertolak belakang dengan sikap umat Tuhan yang tidak memberikan respon apa-apa terhadap firman-Nya. Sikap responsif tulang-tulang kering itu merupakan teguran keras terhadap umat Tuhan yang tidak bersedia mendengar firman-Nya. Padahal, pemulihan harus diawali dengan kesediaan kita untuk mendengar dan menanggapi firman Tuhan secara positif.
Apapun yang “kering” bisa Tuhan pulihkan, apapun yang “retak” bisa Tuhan sembuhkan, apapun yang “patah” bisa Tuhan sembuhkan. Oleh karena kemahakuasaan Tuhan dan Roh-Nya, lembah bisa ditutup, gunung bisa diratakan. Semua itu bisa terjadi. “Tapi bernubuatlah pada tulang-tulang kering itu!”, kata Tuhan. Jadi tugas kita adalah bernubuat pada semua aspek kehidupan kita yang masih kering. Bernubuatlah bahwa tahun ini adalah Tahun Rahmat Tuhan bagimu!

Iman berarti apapun yang Anda percayai harus terus Anda taruh dalam hati. Perkatakanlah apapun yang Anda percayai itu setiap hari. Lalu dengan apa yang Anda percayai dan perkatakan itu, mulailah bertindak! Sebab iman itu harus bertindak, saat kita melangkah maka ada pintu yang terbuka. Amen