Selasa, 19 November 2013

Khotbah Minggu 01 Desember 2013 Jesaya 2 : 1-5. Thema: "Ia Datang Sebagai Hakim Segala Bangsa"

Pengantar: Yesaya mendapat panggilan kenabiannya “pada tahun matinya raja Uzia” (Yes 6:1), yaitu sekitar tahun 740-739 sM. Pada masa itu kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda adalah kerajaan-kerajaan yang sangat lemah. Posisi mereka terhimpit oleh dua kekuatan besar, kerajaan Mesir di selatan dan kerajaan Asyur di utara. Bahkan tidak lama kemudian kerajaan Israel jatuh ke tangan Tiglat-Pileser III, raja Asyur (732 sM) yang merupakan kerajaan terkuat pada masa itu. Bacaan kita hari ini merupakan bagian dari nubuatan-nubuatan yang diucapkan Yesaya di periode awal pelayanannya. Waktu itu kerajaan Yehuda sedang dirundung mendung kelabu. Mereka seperti berada di ujung tanduk, karena dalam perhitungan di atas kertas mereka tidak akan mampu menghadapi serangan Asyur yang sudah di depan mata. Perhatikan latar belakang situasi politik yang diuraikan di atas. Menurut Anda, sejauh manakah situasi itu memberi pengaruh secara psikologis kepada mereka? Dan apa pengaruhnya terhadap kerohanian mereka? Ay. 1-3. Dalam penglihatan Yesaya, apa yang akan terjadi dengan “gunung tempat rumah Tuhan”? Mengapa banyak suku bangsa akan datang ke sana? Terkait dengan latar belakang situasi di atas, apa makna penglihatan ini bagi mereka? Ay.4. Sejauh manakah kembalinya kemuliaan Yerusalem berdampak terhadap situasi sosial-politik di wilayah tersebut? Ay. 5. Selama menantikan waktu tersebut, apa yang harus mereka lakukan? Dalam hal inilah Yesaya menampilkan VISI dan Missi yang dilihat nya pada jaman Eschatologis. Nubuatan Nabi Yesaya dalam Visi masa depan ialah: “BANGSA BANGSA AKAN DATANG KEPADA ALLAH DAN DAN AKAN TERCAPAI PERDAMAIAN DUNIA. “.Perlu kita ketahui mengapa Nabi Yesaya menjelaskan Visinya ini ? Untuk itu kita sepintas lalu meninjau dimana dan bagaimana posisi Yesaya pada waktu menjelaskan Visi ini. Pada saat Nabi Yesaya menyatakan Visinya ini, bangsa Jehuda dan bangsa Israel utara berada didalam krisis Politik Internasional dan kedua bangsa itu terlibat didalam Politik tersebut. Oleh sebab itu bangsa Israel harus percaya kepada Tuhan Allah dan harus menentukan sikap. Dari keseluruhan kejadian yang menimpa kedua bangsa itu, salah satu yang paling berbahaya ialah Krisis Politik ditengah-tengah bangsa itu. Yaitu: Terjadi gangguan keadaan sosial pada abad yang ke VIII dimana pada waktu itu bangsa Israel Utara dan bangsa Jehuda berbatasan dengan Funisia dan daerah bangsa Aram. Pada waktu itu bangsa Jehuda melakukan hubungan perdagangan bebas dengan bangsa Arabia Selatan. Akibat semakin meningkatnya hubungan kedua bangsa ini, maka muncullah golongan orang kaya dan Kaum Kapitalis atau Pemilik Modal besar dikalangan bangsa Jehuda. Mereka mempengaruhi pejabad negara atau kerajaan, dan kemudian terjadilah pejabad-pejabad yang korrupsi, dan kadang-kadang merekalah yang menentukan decision di dalam pemerintahan. Terjadilah penghisapan rakyat, terjadilah penindasan bagi kaum miskin dan yatim piatu. Keadilan Sosial telah rusak karena pejabad-pejabad sudah mementingkan kekayaan daripada memperhatikan penderitaan rakyat. Ibadah keagamaan tidak dihargai lagi karena kebanyakan sudah materialisme. Sehingga Nabi Yesaya, Nabi Amos dan Nabi Micha bekerja keras mengumandangkan nubuatannya termasuk Visi yang dilihat oleh Nabi Yesaya ini sebagai soara ke Nabian. Tafsiran dan Renungan: 1-3: Pada jaman situasi krisis Politik dan krisis Ekonomi ini, Nabi Yesaya anak Amos menyatakan Firman Allah yang dialamatkan kepada bangsa Jehuda dan bangsa Israel Utara. (Bangsa Jehuda yang menempati Propinsi Judea dan pusat keagamaannya di Jerusalem, sedangkan Israel Utara yang jumlah mereka 10 marga dari Israel dan berdiam di Sebelah Utara Palestina dan pusat keagamaan di Bukit Grizim ;Israel ini pecah menjadi dua kerajaan setelah Meninggal Raja Salomo). Visi yang dilihat oleh Nabi Yesaya ini ialah: Gunung tempat rumah Tuhan berdiri tegak dipuncak Gunung, menjulang tinggi diatas bukit-bukit. Yang menjadi pertanyaan: ” mengapa disebutkan gunung dan bukit-bukit ?” Menurut kepercayaan kuno dulu, bahwa diatas puncak gunung gunung yang tinggi bersemayam para dewa dan sering disembah dan didewakan bangsa-bangsa dulu. Misalnya kepercayaan orang batak dulu: Gunung Simanuk-manuk bersemayam dewa dan sering memberikan hujan, letaknya dekat kota Parapat. Demikian juga Gunung Pusuk Buhit dan Gunung Dolok Tolong. Di Puncak Gunung Pusuk Buhit katanya pernah bertempat tinggal Nenek moyang orang batak. Demikian juga dulu didaerah Palestina, Gunung-gunung adalah tempat bersemayam para dewa. Sekarang pada pernyataan Nabi Jesaya ini memberitahukan kepada kita, bahwa Gunung yang menjulang tinggi itu tempat berdirinya Rumah Tuhan dengan tegak dan menjulang tinggi. Itulah yang disebut puncak gunung Zion tempat bangunan rumah Tuhan yang lebih indah dan megah dari para dewa-dewa. Tuhan Allah yang bertachta didalam Rumah Tuhan itu sangat dan lebih berkuasa dari dewa-dewa. Banyak para bangsa-bangsa yang sudah kecewa karena dewa-dewa yang muluk-muluk itu. Sehingga para bangsa-bangsa datang berduyun-duyun mendatangi rumah Allah diatas puncak Gunung Zion itu. Banyak para bangsa-bangsa yang menyukai Rumah Tuhan yang dibangun diatas puncak Gunung Zion itu. Mereka dengan Rela, dengan kesadaran, dengan kemauan ,kesukaan sendiri dan bukan karena dipaksa dengan kekerasan atau dipaksa dengan teroris atau bukan karena ikut-ikutan. Mereka berduyun-duyun mendatangi rumah Allah yang dibangun diatas Gunung Zion walaupun diatas puncak gunung dan walaupun mendaki begitu capek sampai kepuncak. Mereka mendatangi Rumah Tuhan tersebut dengan alasan: karena Rumah Tuhan dibangun dengan megah dan indah menjulang tinggi dan disana Tuhan itu lebih berkuasa daripada para dewa-dewa. Dari rumah Tuhan itu berkumandang Firman Tuhan, Peraturan, Hukum Tuhan. Karena Firman Tuhan dari Rumah Allah itu membahana dan sangat berbibawa. Mengalir seperti Sungai yang mampu membersihkan, dan Firman itu sangat berkuasa untuk memciptakan dunia ini menjadi baru. Sehingga manusia yang mendengar Firman Tuhan itu dijadikan menjadi manusia yang baru. Mereka tidak kecewa seperti mereka yang sudah kecewa karena peraturan muluk-muluk dari dewa. Ayat 4: Ayat ini memperlihatkan kepada kita tentang jaman yang akan datang(Escahtologis) yang berbentuk Visi dan misi yaitu: Allah akan menjadi Hakim dan wakil bangsa-bangsa didunia ini. Maksudnya, segala bangsa-bangsa dan mereka meyakini, bahwa Tuhan Allah itu, akan menjadi Hakim dan wasit. Bebas dari campur tangan politik, dan keadilannya bukan menurut akal manusia. Karena keputusan keadilan Tuhan Allah itu diterima seluruh bangsa, Keadilan dan kebenaran mampu memenuhi kehausan manusia. Hasil dan buah dari bangsa yang mendatangi rumah Tuhan itu akan terlihat didunia ini yaitu: Segala bangsa-bangsa akan menempa pedang menjadi bajak atau alat pertanian, Artinya bangsa-bangsa atau Negara adikuasa tidak memikirkan perang lagi, karena perang membawa korban nyawa manusia . Tetapi mereka akan memikirkan bagaimana bahan makanan untuk manusia. Mereka akan memikirkan penderitaan manusia. Tombak-tombak akan ditempa menjadi pisau pemangkas artinya memangkas habis semak-semak sehingga tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuh dan subur dan berbuah untuk bahan makanan manusia. Para bangsa tidak lagi memikirkan ekspansi karena itu tidak memperhatikan perikemanusian melainkan hanya memperbudak manusia. Dari Visi Yesaya ini kita telaah: Bahwa Bangsa yang mendatangi rumah Tuhan itu dan menerima pengajaran Tuhan itu bertobat menjadi bangsa atau manusia memikirkan kesejahteraan rakyat dan perdamaian dunia. Atau dalam arti tidak memikirkan perang lagi. Sekaraang hai kamu keturunan Yakub marilah berjalan didalam Terang Tuhan. Demikianlah kepada seluruh warga Gereja Kristen yang percaya kepada Tuhan Jesus yang disalibkan berjalanlah didalam terang Tuhan, jangan manfaatkan Gereja itu untuk kepentingan politikmu di Negara ini rasakanlah penderitaan Rakyat, janganlah kamu Korrupsi. Janganlah kalau waktu Kampanye kamu manfaatkan Gereja, tapi sebagai orang Kristen Dukunglah perdamaian Dunia, dukunglah perdamaian Politik di Negara yang kita cintai ini, jangan korbankan rakayat untuk kepentingan politikmu. TuhanJesus sudah berkorban di bukit Golgata dengarlah jerita Tuhan Jesus dibukit Golgata. Sungguh baik Tuhan Allah kita yang maha Pengasih itu. Amin. Tuhan Jesus memberkati Saudara !

Khotbah Minggu Akhir Tahun Gereja I Tesalonika 4: 13 – 18 Thema : “PENGHIBURAN DI DALAM TUHAN”

Pengantar: Kehilangan Adalah Kenyataan (1Tesalonika 4:13-18) Pernahkah kita kehilangan orang yang paling kita sayangi dan butuhkan? Saya kira kita semua pernah mengalami kehilangan seperti ini, karena kematian merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat ditolak manusia. Yang paling penting adalah memahami kenyataan seperti apakah kematian itu dalam perspektif Alkitab? Apakah kita menganggap peristiwa itu sebagai musibah atau berkah? Sukacita atau dukacita? Firman Tuhan minggu ini akan menjelaskan bahwa kematian orang-orang yang berada dalam Kristus adalah sebuah sukacita. Mereka akan tetap bersama kita selamanya dan mereka akan mendapat prioritas waktu Tuhan datang kedua kali. Konteks dan struktur: Para sarjana berbeda pendapat tentang latar belakang dari nasehat Paulus dalam teks ini. Sebagian menduga adanya ketidakpercayaan tentang kebangkitan orang mati (band. 1Kor 15:12), sedangkan yang lain menduga munculnya ajaran sesat gnostik yang mengajarkan keselamatan hanya dalam arti pelepasan jiwa dari tubuh (materi). Melihat cara Paulus memaparkan nasehatnya dalam bagian ini, kita sebaiknya melihat inti permasalahan terletak pada parousia (kedatangan Kristus kedua kali) yang memang pada abad ke-1 menjadi isu utama bagi orang Kristen (band. Kis 1:6; 2Pet 3:1-4). Secara khusus jemaat Tesalonika menganggap mereka yang sudah mati (terutama sebagai martyr) sebagai orang-orang yang kurang beruntung, karena mereka tidak menikmati parousia yang penuh kemuliaan dan tidak akan diangkat ke surga. Konsep yang salah ini telah menimbulkan kesedihan dalam diri mereka (band. 1Tes 4:13 “supaya kamu jangan berdukacita”). Struktur teks ini terdiri dapat digambarkan sebagai berikut: Nasehat supaya jangan bersedih tentang mereka yang mati dalam Kristus (ayat 13) Alasan jangan bersedih (ayat 14-17) Mereka yang mati dalam Kristus akan tetap bersama-sama dengan Dia (ayat 14) Mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dulu menyongsong Dia (ayat 15-17) Konklusi: hendaklah saling menghiburkan dengan perkataan ini (ayat 18) Nasehat supaya jangan bersedih tentang mereka yang mati dalam Kristus (ayat 13) Ungkapan “kami tidak mau bahwa kamu tidak mengetahui...” merupakan salah satu ciri khas Paulus ketika ia ingin menyampaikan sesuatu yang penting (band.Rom 1:13; 11:25; 1Kor 10:1; 12:1; 2Kor 1:8; Kol 2:1). Dalam bagian ini ia ingin membahas tentang nasib orang-orang yang mati dalam Kristus dalam hubungannya dengan parousia, walaupun jemaat Tesalonika kemungkinan besar sudah pernah diajar tentang parousia (band. 5:1-2 “tidak perlu dituliskan, kamu sendiri tahu”). Kata “mati” di ayat 13 sebenarnya adalah “sedang tidur” (koimomenon). Istilah ini merupakan bentuk halus dari “mati” (1Raj 2:10; 1Tes 5:10). Kata ini dipakai untuk menunjukkan kesementaraan kematian orang percaya, karena mereka akan mendapat kebangkitan dan hidup kekal. Kata ini tidak dipakai Paulus ketika ia menyebut kematian Kristus (ayat 14), karena Kristus memang telah sungguh-sungguh mengalami kematian yang sesungguhnya sebagai hukuman dosa ketika Ia berseru “Eli, Eli lama sabakthani” (Mat 27:46). Orang Yunani juga menggambarkan mati sebagai tidur, tetapi bagi mereka tidur tersebut sifatnya selama-lamanya. Penggunaan “tidur” yang dipakai Paulus tidak berarti bahwa orang benar yang mati berada dalam keadaan tidak sadar. Mereka yang telah mati dalam Kristus langsung bersama-sama dengan Tuhan (Flp 1:23; Why 6:9-11), karena itu tidur mereka disebut “tidur dalam Kristus” (ayat 13). (1) Salah satu ajaran iman Kristen adalah, tentang: Hari Tuhan, Hari kedatangan Tuhan Yesus kedua kali, dan sering juga dikatakan sebagai hari penghakiman terakhir (Hari Kiamat). (Mat 7: 22; 24: 42-44; I Kor 1:8; I Tes 5:2). Pembacaan Alkitab I Tesalonika 4:13-18 ada beberapa pesan Tuhan di dalam nya yaitu: Hidup di dunia ini bukanlah akhir segalanya. Memang ada pepatah mengatakan, hidup di dunia ini hanya satu kali saja, oleh karena itu manusia ada berjuang untuk mendapatkan apa yang dia harapkan. Terkadang walaupun bertentangan dengan kehendak Tuhan, asalkan dapat yang didambakan. Pengharapan orang Kristen adalah nyata, bukan pengharapan yang sia-sia, walanpun duka ada hal yang jauh dibalik suka dan duka ada hal yang jauh lebih mulia. Hal itu adalah kedatangan Yesus Kristus kembali untuk membawa kita bersama Dia selamanya di Sorga dan bersama dengan Orang sudah meninggal di dalam Tuhan. (2) Mempersiapkan diri dan keluarga untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus kembali. “Ia akan datang “ Zaman sekarang sering pesimisme terus ada membuat manusia kehilangan pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali. Jemaat Tesalonika saat itu mengharap hari Tuhan datang segera semasih mereka masih hidup dan bagaimana Orang Kristen yang sudah meninggal ? Dikatakan Rasul Paulus. Tentang mereka seperti yang meninggal supaya kamu jangan berdukacita seperti orang lain yang tidak punya pengharapan. Bagi orang percaya setiap kehilangan keluarganya terkasih ada sesuatu yang lebih dari pada duka, sakit hati, kehilangan, air mata yaitu: ada pengharapan. “Kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia” (I Tes 4: 14-17). (3) Jelas Bagi orang percaya “Kematian bukan lagi tragedi, melainkan kemenangan karena Kristus hidup“. Kematian dalam Tuhan Yesus, hidup mereka telah dibayar oleh darah Kristus (I Pet 1: 18-19) Kematian dalam Tuhan Yesus ada keselamatan kekal. (Yoh 6:51) Kematian dalam Tuhan Yesus akan diubah dan dibangkitkan (I Tes 3:16 ;2 Tim 4:8) Ada tekanan ajaran Gereja yang menawarkan harapan yang cerlang mengenai Sorga di dunia mengikuti revolusi pada satu pihak dan dipihak lain Harmagedon (nama tempat) hari Allah yang maha kuasa berperang melawan anti kristus maka murka Allah menimpa mereka dan anak domba (Yesus ) mengalahkan mereka. (Wahyu 16:18-21; 17:14) “ Ia akan datang”. Pengakuan iman kita, katakan Yesus Kristus akan datang kembali untuk menghakimi orang hidup dan yang mati. Yesus sebagai Hakim yang benar dan adil. ( 2 Tim 4:8) Kedatangan tidak dapat dibayangkan, kapan Ia datang, waspadalah dan siap setia (Mat 24:14; Mat 25:31-33, Markus 13:37; Kis 1 : 7-11). Artinya kehidupan Rohani Orang percaya harus siap sedia, disiplin ketika Tuhan datang, Ia harus menemukan umatNya berdoa untuk Hidup berkenan kepadaNya (Hidup dalam pengudusan, I Tes 4:1-12) Tanda-tanda membuktikan bahwa Ia akan perlu diketahui (ITes 4:16; Kis 1:11, I Yoh 3: 1-3). Patut kita lihat perbuatan, kehidupan kita apakah kita setia kepada Tuhan. Tidak semua yang masuk kedalam kerajaan Allah, tetapi yang melakukan kehendak Bapa di Sorga. ( Mat 7:21) Mereka adalah orang yang keluar dari kesusahan besar dan mereka telah mencuci jubah. (Wah 7:9-16) (4) Arti Sorga dalam kesaksian Alkitab antara lain: Tanpa akhir, hidup Allah yang berkesinambungan, Allah selalu ada di Sorga (Maz 53:3, Amsal 15:3; Maz 14:3; Amos 9:6) Upah Orang Kristen yang diwariskan bagi anak-anak Tuhan ada di sorga (Roma 8:17). Tuhan Yesus naik ke Sorga, Ia duduk disebelah Kanan Allah Bapa, bukan menunjukan lokasi istana, tetapi fungsi kerajaan. (Kis 2:33, Roma 3:34; 8-1, Ibr 1:3 +13; 10:12, Efesus 4:10) Sorga adalah tujuan akhir hid adalah tujuan akhir hidup kita, Allah hanya menyiapkan Sorga atau Neraka bagi yang tidak percaya. (Yoh 14: 2-3; Wahyu 20:10; 21: 27) Sorga adalah rumah yang sempurna, Rumah kekal, tempat istirahat yang didambakan (2 Kor 5:1-2; I Pet 1: 4-5; I Tes 4:17) (5) Minggu tangal 24 Nopember 2013 bisaanya di sebut Minggu akhir Tahun Gerejawi, kesempatan mengingat saudara kita yang Tuhan telah panggil pada Tahun ini akan kita doakan keluarga yang ditinggalkan, terhibur serta dikuatkan dalam Iman dan pengharapan. Amen Dari berbagai sumber.

"LAYANILAH TUHAN DENGAN KERENDAHAN HATI." II Kor. 11:16-17

Pengantar Kita akan sulit memahami nats ini jika kita tidak membacanya secara keseluruhan dari awal Surat Paulus Yang Kedua Kepada Jemaat di Korintus ditulis pada masa yang sulit dalam hubungan Paulus dengan jemaat itu. Ada anggota-anggota dari jemaat itu yang rupanya telah menentang Paulus dengan keras karena mereka dipengaruhi oleh oramg-orang yang menyebut diri mereka sebagai rasul yang benar dan menuduh Paulus sebagai rasul palsu. Dalam bagian pertama suratnya ini Paulus menguraikan tentang hubungannya dengan jemaat di Korintus. Ia menjelaskan di situ mengapa ia mengecam dengan keras perlawanan dan celaan terhadap dirinya yang dilakukan oleh jemaat itu. Dalam nats ini Paulus mengemukakan pembelaan dirinya mengenai kedudukannya sebagai rasul terhadap beberapa orang di Korintus yang menganggap diri sendiri rasul sejati, dan menuduh Paulus sebagai rasul palsu. Pembelaan Paulus mengenai ke rasul-annya dapat kita lihat mulai pasal 10:1--13:10. Penjelasan Jika kita perhatikan dalam pasal 10, ternyata ada pihak-pihak di Korintus yang menuduh bahwa Paulus hanya berani berdebat tentang injil lewat surat-suratnya, namun tidak berani untuk berhadapan langsung. Ada yang berkata, "Surat-surat Paulus itu tegas dan berwibawa, tetapi kalau ia sendiri berada di tengah-tengah kita, pribadinya lemah dan kata-katanya tidak berarti apa-apa!" Menanggapi hal itu, Paulus menjawab dengan rendah hati bahwa sebenarnya apa yang sampaikannya melalui surat juga sama dengan apa yang diucapkannya ketika berhadapan muka. Lihat Pasal 10:11 : Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi, bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka. Ada yang menuduh bahwa Paulus bukan rasul sejati karena mengajarkan kebodohan (bnd 1 Kor 1:18-23), Hal ini disebarkan oleh rasul-rasul palsu yang menebarkan ajaran injil yang berbeda (11:4). Menanggapi hal itu, Paulus tidak marah, tetapi dengan lembut dan rendah hati justru mengatakan dalam ayat 1 : Jika saya bodoh, Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Tetapi dalam ay. 3 dikatakan : “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (Alai biar do rohangku, so tung diago maon pingkiranmuna, manadingkon bulus ni roha maradophon Kristus, suman tu na pinaotooto ni ulok i si Haoa marhitehite angkalna i). Sebab rupanya kalian senang saja menerima orang yang datang kepadamu dan mengajar tentang Yesus yang lain -- bukan Yesus yang kami perkenalkan kepadamu. Dan kalian mau juga menyambut roh dan "kabar baik" yang sama sekali berlainan dengan Roh Allah dan Kabar Baik yang pernah kalian terima dari kami. Kemudian dalam ay 6 Paulus berkata, Mungkin saya kurang pandai berbicara, tetapi mengenai pengetahuan, saya bukan orang yang bodoh.Apa yang saya lakukan sekarang akan terus saya lakukan supaya "rasul-rasul" yang lain itu tidak punya alasan untuk membesar-besarkan diri dan berkata bahwa mereka bekerja seperti kami. Orang-orang seperti itu adalah rasul-rasul palsu. Mereka pekerja-pekerja yang mengelabui orang dengan menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Tidak heran mereka berbuat begitu, sebab Iblis sendiri pun menyamar sebagai malaikat terang! Jadi tidak aneh juga kalau pelayan-pelayan Iblis menyamar sebagai pelayan-pelayan yang melakukan kehendak Allah. Akhirnya mereka juga akan menerima balasan yang sepadan dengan segala perbuatan mereka. (Ay. 12-15). Dalam nats ini Paulus mengulangi kembali perkataanya : 11:16 Saya ulangi sekali lagi: Jangan sampai ada yang menganggap saya bodoh. Tetapi kalau kalian toh menganggap saya begitu, perkenankanlah saya yang bodoh ini berbangga juga sedikit. 11:17 Berikut ini akan saya sebutkan kebanggaan saya, tetapi bukan Tuhan yang menyuruh saya mengatakan itu. Dalam hal ini saya sungguh-sungguh berbicara seperti orang bodoh. Paulus kemudian menyindir jemaat itu dengan mengatakan bahwa sebenarnya bukan Paulus yang lemah dan bodoh seperti tuduhan mereka, tetapi justru adalah mereka sendiri. Dikatakan di Ay. 19-20 : Kalian dengan senang hati bersabar terhadap orang yang bodoh, karena kalian merasa diri begitu pandai! Kalian membiarkan saja kalau orang memperbudak kalian, atau memeras dan mengambil keuntungan dari kalian, atau merasa diri lebih tinggi dari kalian dan berani menampar kalian. Paulus mengatakan jika rasul-rasul palsu itu membanggakan dirinya sebagai orang Ibrani dan keturunan Abraham, saya juga orang Ibrani (Ay. 22). Dengan kata lain Paulus ingin mengatakan mengapa kamu lebih percaya mereka daripada saya. Paulus menjelaskan bukti-bukti bahwa jika rasul-rasul palsu itu membanggakan dirinya karena kelebihan mereka dalam hal-hal duniawi, dia juga bisa membangakan dirinya akan hala rohani (Tetapi Paulus menyebut itu sebagai suatu kebodohan, Sattabi, haotoon do hatangki). Paulus menjelaskan bahwa kebanggaan dia adalah bahwa untuk pemberitaan injil dia rela mengalami berbagai penderitaan (Ay. 23, dst). Dengan kata lain bahwa Paulus tidak pernah memen tingkan dirinya sendiri. Tetapi Paulus mengatakan bahwa dia tidak mau memuji dirinya sendiri karena itu, kalaupun dia memuji diri biarlah memuji atas kelemahan. Ay.30 “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku”. Renungan Kita semua terpanggil untuk memberitakan injil, tetapi panggilan itu ada yang secara umum (Vocatio Generalis) dan panggilan khusus (Vocation Spesialis). Artinya, Panggilan secara umum adalah kepada semua orang (Itu yang disebut dalam 1 Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.Dan ada panggilan khusus (Pendeta, Guru Jemaat,Sekretaris, Bendahara, Diakones, Sintua, dll.) Dengan kata lain kita semua adalah Pelayan (Parhobas) Tuhan dalam setiap bidang profesi kita masing-masing. - Oleh karena itu, nats ini mengajarkan kepada kita untuk bersikap seperti Paulus : Menyadari bahwa jika kita terpanggil menjadi pelayan Tuhan, itu adalah panggilan Sorgawi, bukan panggilan dunia. Maka kita tidak boleh bangga (bermegah) karena perkara duniawi, tetapi kita bangga oleh karena kita dipanggil untuk perkara sorgawi. Pelayan Tuhan harus tetap rendah hati, jangan menganggap jabatan gerejawi sebagai suatu kebanggaan atas status social. Oleh karena itu jangan gampang tersinggung, jika disalahkan oleh jemaat atau diprovokasi. Terimalah setiap tantangan, hambatan dan cercaan sekalipun dalam pelayanan dan hidup kekritenan kita dengan kelembutan dan kesabaran. Karena apa yang kita alami belum seberapa dibandingan dengan pengalamam Paulus. AMIN

Khotbah Minggu 10 Nopember 2013 GKI Waha Thema: "Allah Orang Yang Hidup dan BERIMAN TANGGUH"

Ayub 19:23-27a; Mazmur 17:1-9; 2 Tesalonika 2:1-5, 13-17; Lukas 20:27-38. Sokrates pernah berkata, “hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dihidupi”. Dalam kalimat tersebut, mengandung makna yang sangat dalam, yang mengatakan kepada kita, bahwa setiap manusia perlu ada waktu untuk berdiam sejenak dan berpikir tentang segala sesuatu dalam hidupnya, baik yang pernah dialami, maupun kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada masa depan dalam kehidupannya. Refleksi yang dalam dan rutin (saat teduh) akan menghantar kita pada suatu titik yang penting, di mana titik itu akan menjadi fokus kehidupan kita, bahkan menjadi kekuatan, dan menuntun kita untuk melakukan sesuatu dengan mengerti tujuannya. Istilah Rick Warren dalam hal ini, adalah, “kehidupan yang digerakkan oleh tujuan”. Dalam pembacaan Minggu ini, Ayub 19:23-27a; Mazmur Daud dalam pasal 17:1-9; dan 2 Tesalonika 2:1-5, 13-17, merupakan bagian-bagian ayat yang ditulis oleh orang-orang yang memiliki hidup reflektif yang kuat, dan jelas dalam kisah-kisahnya, mereka dalam hidup ini digerakkan oleh sebuah tujuan yang jelas dan terfokus. Yaitu Allah sebagai “the first”. Itulah sebabnya, ketika segala macam kondisi dan masalah yang sedang melanda (Ayub dan Mazmur 17:1-9), dan akan melanda (2 Tesalonika 2:1-5;13-17), para tokoh Alkitab tetap teguh pada pengajaran yang benar yang telah mereka terima dari para nabi dan rasul . Pada bagian Injil Lukas 20:27-38, Yesus pun memakai fokus, “the first” itu untuk menjawab pertanyaan orang Saduki yang tidak memiliki landasan teologia yang jelas. Yesus memakai frasa pada Lukas 20:38 yang persis sama dengan Ayub 19 : 25, yaitu, “Tuhan itu hidup.” Inilah teologia yang jelas dan merupakan hasil refleksi Daud, sehingga ketika masalah dalam hidupnya datang, dia mencari Allah yang hidup, dan ketika kedurhakaan akan datang, Paulus menasehatkan jemaat Tesalonika untuk tetap berpegang pada iman kepada Tuhan sebagai sumber segala sesuatu yang benar, atau kebenaran itu sendiri. Refleksi di atas mengajak kita untuk memiliki fokus hidup, di tengah-tengah dunia yang kompleks ini. Bukan hanya bersiap –siap menghadapi pengajaran yang sesat, tetapi juga sebagai perisai dalam menghadapi kesesakan atau pergumulan hidup. Bersama dengan Allah, kita hidup, sebab Dia adalah Allah “orang hidup” Kitab Ayub menampilkan sosok seorang beriman yang tangguh bernama Ayub dalam menghadapi penderitaan. Atas seiizin Tuhan ia mendapat ujian iman. Satu persatu segala miliknya diambil mulai dari anak-anaknya dan harta miliknya. Namun Ayub tetap setia kepada Tuhan “ Tuhan sudah memberi, Tuhan yang mengambil kembali, terpujilahTuhan” ( Ayb 1: 21`) Atas kekokohan iman itu Ayub mendapat ujian kedua. Ia mendapat penyakit yang menjijikan ditambah sikap istrinya yang tidak memberi dukungan moral malah menyuruh Ayub untuk mengutuk Tuhan lalu mati. Tetapi Ayub tidak bergeming dari imannya. Ia berkata “ Jika kita menerima hal yang baik dari Tuhan mengapa kita tidak menerima yang buruk?” ( Ayb 2: 10) Ujian iman ketiga berlangsung. Kali ini ia mendapat hukuman sosial dari teman-temanya Elifa, Bildad, dan Sofar yang mulai menjauhinya. Mereka yakin Ayub menderita karena dosa-dosa yang telah dilakukan. Tapi Ayub tidak percaya intepretasi semacam itu. Ia yakin dirinya tidak bersalah meskipun mengakui pelanggaran kecil yang dibuatnya (Ayb. 13:26;14:4) Ayub mulai kurus kering ( Ayb.19:20) dan sangat menderita. Ujian-ujian itu menjadikan Ayub menyesal mengapa Tuhan membiarkan dirinya hidup. Ayub mulai mempertanyakan keadilan Tuhan. Ia menuduh Tuhan telah memperlakukan dirinya dengan tidak adil ( Ayb.27:2) dan menganggap Tuhan tidak tahu apa yang terjadi, meskipun Ayub sendiri tahu segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak ada yang luput dari pengetahuan Allah (Ayb 16:20) Inilah bentuk pergumulan dalam jiwa Ayub. Tetapi Ayub yakin pada akhirnya keadilan Tuhan akan dinyatakan kepadanya, Allah itu adalah Allah yg hidup, penebus yg hidup dan penopang yg hidup (Ayb.19:23-27) Ayub menyesali tuduhannya kepada Tuhan dan ia dibebaskan dari pencobaan berat dan dipulihkan dua kali lipat keadaannya dari sebelumnya (Ayb. 42:10) Sdr/I Yang dikasihi Tuhan Yesus..! 1. Sikap iman kepada Allah yang hidup menentukan keselamatan. Keselamatan merupakan anugerah dari Allah, bukan hasil usaha dari manusia. Kita telah memperoleh anugerah iman. Melalui iman, kita diperkenankan untuk melihat karya Allah yang berkenan menebus kita dari kuasa dosa sehingga kita diselamatkan. Bagi kita, kematian dan kebangkitan Kristus merupakan jawaban atas pertanyaan, bahwa apakah nanti akan ada kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Sebab melalui Kristus, kita ditebus oleh kuasa darah-Nya sehingga kita dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Di dalam Kristus tersedia hidup kekal yang memampukan kita untuk bersatu dengan Allah yang hidup. 2.Dia Adalah Allah Orang Hidup, Demikianlah Kita Hidup Di Hadapan Dia. Atau ini adalah pilihan yang lain: bahwa Allah adalah Allah orang hidup. Itulah yang dikatakan Kitab Suci, bahwa sesungguhnya Dia akan membangkitkan bukan hanya orang-orang percaya, tetapi bahkan orang-orang yang tidak percaya akan dibangkitkan untuk menghadap penghakiman. Itulah yang diajarkan Kitab Suci. Setiap orang akan mati, tetapi setiap orang akan dibangkitkan untuk menghadapi penghakiman Allah. Tidak ada yang dapat lolos dari penghakimanNya. Sebenarnya, Dalam Lukas 20:38, pernyataan yang sama dibuatnya. Inilah yang kita baca di sana: "Sekarang Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup; sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Apakah artinya, "di hadapan Dia semua orang hidup"? Pernyataan ini, dalam kasus datif bahasa Yunani, berarti bahwa setiap orang hidup oleh kuasaNya dan hidup memberi pertanggungan-jawab kepada Dia. Setiap orang hidup bagi Dia. Pernyataan ini, singkatnya, menyimpulkan kenyataan bahwa segala sesuatu dari kehidupan ini berada dalam tangan Allah. Hidup anda ada di dalam tangan Tuhan. Hidup dalam Tujuan Allah Untuk menghargai kasih karunia Allah sebagai ciptaan baru dalam Kristus Yesus, hidup kita harus punya tujuan yaitu untuk melakukan segala hal yang baik. Tujuan Allah dalam hidup kita harus JELAS dan KUAT dan JANGAN PUTUS ASA meskipun belum kita capai. Contoh : Yusup (Kej 34-37) walaupun rintangan begitu berat menghalanginya ia tidak putus asa untuk menggapai tujuan hidup yang Allah kehendaki dan Yusup juga memiliki iman yang bekerja oleh Kasih (Gal 5:6) Langkah untuk mengunakan iman yang bekerja di dalam kasih agar tujuan Allah tergenapi dan hidup kita diberkati seperti Yusup : Bertindak dengan mengenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah (Ef 6:11-19) Bersedia iman kita dibentuk dan dimurnikan melalui sesama kita ~ (Amsal 27:17) Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. Tetap percaya rencana/tujuan Allah pasti tergenapi dalam hidup kita (Yes 55:8-11) (Yes 55:8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. (Yes 55:9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yes 55:10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, (Yes 55:11) demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.Amen Illustrasi: 1. Percaya akan Mujijat Tuhan msh sama hari ini…. 2. Vocus Kpd Pengharapan jgn masalah

Khotbah Minggu 17 Nop 2013 di POUK K. Pratama Thema: “Semua Karena Cinta”.

Kasih yang tiada taranya. Dalam kisah hidup Mahatma Gandhi tokoh pejuang bagi kemerdekaan India, yang terkenal dengan gerakan non kekerasan, suka pergi ke mana-mana dengan telanjang dada. Pada suatu hari, ketika ia mengunjungi sebuah desa, seorang gadis remaja merasa risih dengan penampilannya, lalu mendekatinya dan berkata: ”Mengapa kakek tidak mengenakan baju? Jika Kakek berkenan, saya akan minta kepada ayah saya untuk memberikan baju buat kakek. ”Jika kau mau memberi aku baju”, kata Gandhi, beri juga saudara-saudaraku yang lain. Jika tidak, mereka yang juga berpakaian seperti aku ini akan iri terhadapku, lalu akan bertengkar denganku.” kalau begitu, saya akan minta kepada ayah saya untuk memberikan baju buat semua saudara kakek,” jawab gadis itu. ”berapa jumlah saudara kakek? ”Tidak banyak, kok. Cuma empat ratus juta, jawab Gandhi sambil tersenyum. Mendegar jawaban Gandhi, gadis itu tersipusipu dan tidak tahu harus berkata apa. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Yesus Kristus kesetiakawanan merupakan perbuatan luhur, tetapi berat karena menuntut pengorbanan. Oleh sebab itu, banyak orang mau mendapat nama karena melakukan kesetiakawanan, tetapi menghindari pengorbanannya. Pada hal satu hal yang dibutuhkan dari kasih adalah pengorbanan Kasih sebagai jatidiri orang Kristen Rasul Paulus menggambarkan betapa besarnya peran kasih dalam kehidupan ini. Sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita tanpa henti-hentinya. Sebagai tanda kasih Tuhan kepada kita adalah Dia selalu mengampuni kita. Dalam 1 Korintus 13:1-13 ini Rasul Paulus menegaskan bahwa karunia yang paling utama yang harus dipraktekkan oleh setiap warga gereja untuk membangun tubuh Kristus adalah kasih. Semua karunia sehebat apa pun, akan menjadi sia-sia tanpa kasih dan tidak berguna bagi orang lain dan juga bagi diri sendiri. Siapa dari kita yang tidak seperti jemaat Korintus, menganggap penting karunia berkomunikasi, karunia nubuat, hikmat, iman, atau karunia berkorban dalam pelayanan? Bila kita sadar bahwa Yesus rela mengorbankan diri-Nya demi menebus kita maka kita merasakan kasih itu tidak terbatas Tuhan atas diri kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kita pun seharusnya bisa merefleksikan kasih Tuhan yang tidak terbatas itu kepada orang lain. Kasih bukan saja salah satu dari ciri khas orang Kristen, tetapi jiwa dari jatidiri orang Kristen. Ketika kita memberi sesuatu dengan motif lain dan bukan berdasarkan kasih, hal-hal seperti di atas pun mungkin terjadi. Kasih sejati akan membuat kita memberi dengan sukacita, tanpa menyimpan apapun di balik pemberian, dan tidak mengharapkan apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Kasih sejati adalah kasih yang tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih sejati tidak mengharapkan balasan, tidak pamrih, dan keluar dari hati sebagai ungkapan kasih kita terhadap orang lain. Semuanya itu penting bila berguna dan bila dilakukan dalam kasih dan digerakkan oleh kasih pula. Penekanan Paulus tentang kasih sebagai jiwa dan jati diri kekristenan kepada orang-orang Kristen di Korintus saat itu merupakan salah satu bentuk ungkapan yang memprihatinkan dirinya. Jemaat Korintus yang merasa dirinya memiliki karunia dari Tuhan, menjadi sombong dan mulai menganggap bahwa diri mereka lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan jemaat yang tidak memiliki karunia tersebut. Kasih akan berkaitan erat dan terwujud dalam beberapa sifat yang mencerminkan sifat Kristus sendiri. Yaitu: kesabaran, kemurahan hati, tidak cemburu, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Orang yang hanya mementingkan diri sendiri, berarti tidak memiliki kasih. Akan tetapi orang yang dihidupkan Kristus dan hidup bagi Kristus, itulah yang akan memiliki kasih. Karena itu Paulus memberikan ketegasan bahwa kepandaian berbicara, bernubuat, memiliki hikmat dan pengetahuan manusia jika tidak disertai kasih hanya akan menciptakan kegaduhan, dan membuat dirinya tidak berharga. Orang demikian tidak mencemburui kemajuan atau kemampuan orang lain, melainkan sambil memuji Tuhan dan mendorong kemajuan orang lain. Penekanan Paulus ini memberikan pelajaran penting untuk kita, orang-orang Kristen masa kini, yaitu bahwa kita adalah orang yang dihidupkan oleh Kristus dan bagi Kristus. Karena itu kitalah orang-orang yang akan memiliki dan menyatakan kasih Kristus itu dalam segala aspek kehidupan kita. Kasih adalah bahagian dari apa yang kita hidupi Sama seperti orang Kristen di Korintus, kita pun cenderung menganggap penting hanya hal-hal yang berdampak langsung. Pada hal yang utama dan yang terpenting sebenarnya ialah yang dampaknya lama bahkan abadi. Kasih mutlak untuk kualitas kehidupan di kalangan Gereja Kristen sendiri. Jauh melebihi nubuat, kesembuhan ilahi, hikmat, bahasa roh. Kasih itu abadi. Bahkan bila dibandingkan dengan iman dan pengharapan sekali pun, ternyata kasihlah yang abadi. Itu sebabnya kasih harus kita kejar, agar selalu menjiwai sikap dan tindakan kita dalam hidup dan pelayanan. Mengapa ? Kasih akan saudara-saudara perlu ditambah dengan kasih akan semua orang. Sebab kasih kepada semua orang adalah kasih kepada sesama manusia. Ini adalah hukum yang terutama yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Mat. 5:43-48; 22:39). Bagi orang percaya, kasih haruslah diwujudkan dalam tindakan nyata. Karena ada banyak orang hidup tanpa pernah merasakan kasih yang nyata. Tugas kitalah sebagai orang-orang percaya adalah untuk menyatakan kasih yang lain daripada yang lain kepada dunia yang membutuhkan. Selain itu kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan segala hal (Kol.3:14). Jadi kasih itu tidak boleh hanya bersifat eksklusif. Orang Kristen adalah garam dunia dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Jadi kita harus memberi warna yang berbeda. Oleh sebab itu betapa hebatnya efek yang dihasilkan oleh hati yang penuh kasih itu. Kasih yang telah diterimanya dari Allah. Suatu ketika melalui pelayanannya, ibu Teresa menemukan bahwa penyakit terhebat abad ini adalah kurangnya kasih dan perhatian terhadap sesama. Tanpa kasih semua karunia yang hebat sekali pun menjadi sia-sia. Selanjutnya ketika ibu Teresa menerima hadiah nobel, beliau ditanya: "Apa yang dapat kita lakukan untuk mendorong perdamaian dunia? Jawabnya: "Pulanglah dan kasihi keluargamu". Oleh karena itu kasih kepada Tuhan dan sesama adalah perintah yang utama dan tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum tersebut. Hal ini juga berlaku sebagai dasar kepemimpinan dalam komunitas Gereja. Bahkan kalau kita membaca semua pesan dan perintah di Alkitab, maka kita menyadari bahwa semua perintah tersebut mempunyai dasar kasih, sehingga rasul Paulus mengatakan bahwa kalau seseorang dapat berbicara dengan semua bahasa manusia dan malaikat, dapat bernubuat, memiliki seluruh pengetahuan, memiliki iman, membagi-bagikan harta maupun menyerahkan diri untuk dibakar, namun tanpa kasih, maka semuanya menjadi tidak berguna. Jadi, kita dapat melihat supremasi kasih yang mengatasi segalanya. Agustinus seorang bapak gereja ternama mengatakan: ”jika seseorang memiliki kasih, maka orang tersebut dapat berbuat apapun”. Agustinus melihat betapa pentingnya posisi kasih itu. Kasih Tuhan lebih dari segalanya. Kasih seperti inilah yang menjadi dasar spiritualitas dari setiap pemimpin Kristiani. Kita percaya bahwa iman dan pengharapan bekerja bersamaan dan kasih itu melengkapinya. Iman akan Tuhan Yesus Kristus, akan menimbulkan pengharapan akan berkat, penyertaan, perlindungan, keselamatan, pertolongan, jawaban doa, kedatangan-Nya kembali, dan sebagainya. Kalau kita sudah beriman dan memiliki pengharapan, tentunya akan menjalankan apa yang diajarkan oleh-Nya. Tentu sekali ajaran yang paling penting adalah hukum kasih. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Kasih melengkapi iman dan pengharapan, dan dengan kasih kita dikenal sebagai murid-murid Kristus (Yoh 13:34-35). Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Kita harus hidup dalam kasih dan percaya akan kuasa Roh Kudus. Seorang yang dipenuhi Roh Kudus otomatis akan mencerminkan sifat kasih dalam kehidupannya sebab buah-buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-25). Di sini Paulus menekankan bahwa memiliki karunia Roh tanpa mempunyai kasih tidak berguna sama sekali. "Jalan yang lebih utama lagi" ialah menjalankan karunia rohani dalam kasih. Sebagai satu-satunya keadaan di mana karunia rohani dapat memenuhi kehendak Allah, kasih haruslah menjadi prinsip yang mengendalikan semua manifestasi rohani. Mereka harus dengan sungguh-sungguh menginginkan hal-hal dari Roh karena mereka dengan tulus ingin menolong, menghibur, dan memberkati orang lain dalam hidup ini. Karena itu, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk "mengejar kasih itu dan berusaha memperoleh karunia Roh". Amen. RHL