Rabu, 23 Oktober 2013

Khotbah Minggu 10 Nopember 2013 Roma 12: 17-21 Thema: "Kalahkanlah Kejahatan dengan Kebaikan"

Minggu ini kita akan membahas tentang sikap hidup yang seharusnya ada dan senantiasa bertumbuh kembang dalam kehidupan kita. Sikap hidup ini adalah “jangan membalas kejahatan dengan kejahatan”. Setelah kita merenungkan prinsip utama di dalam kasih di antara tubuh Kristus di ayat 16, Paulus memaparkan beberapa konsep tentang kasih persekutuan itu mulai ayat 17 s/d 21, sebagai berikut: Pertama, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (ay. 17a, 19). Sebagai reaksi dari konsep sehati sepikir di dalam persekutuan tubuh Kristus (ay. 16), maka Paulus menasihatkan jemaat Roma untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Seorang yang memiliki hati dan pikiran yang terarah kepada Kristus tentu tidak akan memiliki satu detik pun untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Mengapa? Karena Allah adalah Kasih, maka Ia menginginkan umat-Nya untuk mengasihi sesama umat-Nya, sehingga wujud kasih umat-Nya adalah tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Jadi, kasih Allah adalah teladan dan sumber dari kasih umat-Nya yang nantinya dinyatakan kepada orang luar. Jika kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, lalu apa yang kita lakukan? Amsal 20:22, “Janganlah engkau berkata: “Aku akan membalas kejahatan,” nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau.” Ketika kita diperintahkan Tuhan untuk tidak membalas kejahatan, kita diperintahkan selanjutnya untuk mengarahkan dan menyerahkannya kepada Tuhan yang akan menyelamatkan kita. Penulis Ibrani menyatakan hal yang sama juga, “Sebab kita mengenal Dia yang berkata: “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya.”” (Ibr. 10:30; bdk. Rm. 12:19) Lalu, mengapa kita disuruh menyerahkan hak pembalasan kepada Tuhan? Karena “Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka. Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya; apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap, dan baik hamba maupun orang merdeka sudah tiada.” (Ul. 32:35-36) Di sini, Allah sendiri menyatakan kepada kita bahwa hanya Dia saja yang menyatakan hak pembalasan kepada orang-orang yang berani mengganggu umat-Nya. Ketika di dalam persekutuan tubuh Kristus, ada orang Kristen yang berani menganggu kita, kita tidak perlu membalas mereka dan kita menyerahkannya kepada Tuhan. Lihatlah, Ia akan bertindak menghajar dan menghukum mereka yang berani mengganggu umat-Nya. Hal ini juga membukakan kepada kita bahwa di dalam gereja Tuhan pun, ada antek-antek iblis yang menyamar sebagai malaikat terang. Bagaimana dengan kita? Ketika seorang Kristen menyakiti kita dengan menipu atau memfitnah kita, apakah kita membalas orang itu atau tidak membalasnya dan menyerahkannya kepada Tuhan? Ingatlah satu hal, Allah kita bukan Allah yang buta yang tidak peduli dengan kesengsaraan umat-Nya, tetapi Ia adalah Allah yang hidup yang peduli dengan kesengsaraan umat-Nya. Meskipun Ia mengizinkan umat-Nya melalui banyak penderitaan, Ia tidak membiarkan umat-Nya mengalaminya sendiri tanpa bantuan-Nya, melainkan Ia memberi kekuatan bahkan termasuk membalas semua kekejian yang dilakukan oleh orang-orang di luar Kristus kepada umat-Nya. Itulah providensi Allah bagi umat-Nya. Percayakah kita pada providensi Allah yang memelihara umat-Nya? Kedua, berhati-hatilah melakukan apa yang baik di depan semua orang (ay. 17b). Sepintas jika kita membaca terjemahan LAI dalam ayat 17b, kita membaca seolah-olah kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan, lalu kita dituntut untuk melakukan apa yang baik di depan semua orang. Tetapi jika kita benar-benar memerhatikan dari terjemahan Inggris dan Yunani, kita mendapatkan gambaran berbeda di mana ayat 17a dan 17b tidak berkaitan (dalam arti bersambungan). Teks Yunani untuk ayat ini diterjemahkan, “perhatikanlah (hal-hal) yang baik menurut pandangan semua orang-orang;” B. Inggris menerjemahkan, “Be careful to do what is right in the eyes of everybody.” (=berhati-hatilah melakukan apa yang baik di depan semua orang). Artinya kita dituntut untuk berhati-hati melakukan apa yang baik di depan semua/setiap orang. Mengapa kita dituntut demikian? Karena apa yang kita lakukan di depan semua orang harus bersumber dari iman dan kasih kita kepada Allah. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang mengasihi manusia/saudaranya (bdk. 1 Yoh. 4:21). 2 Kor. 8:21 sebagai ayat yang mengajar bahwa kita harus menjalankan kasih baik di hadapan Allah dan manusia. Mari kita menyelidiki ayat ini. Di dalam 2Kor. 8:21, Paulus mengajar, “Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia.” Konteks ayat ini adalah tentang pelayanan kasih dan tentang Titus yang diutus. Berarti, di dalam persekutuan tubuh Kristus, kasih diwujudnyatakan dengan melakukan apa yang baik di hadapan Allah dan manusia. Bagaimana dengan kondisi Kekristenan saat ini? Banyak orang Kristen hanya menunjukkan sikap mengasihi Allah, tetapi tidak menunjukkan kasih kepada sesama manusia terutama saudara seiman. Mereka gemar membaca buku-buku theologi dan ikut pembinaan iman, tetapi sayangnya mereka kurang bisa bersosialisasi dengan sesama jemaat dan memerhatikan mereka. Mereka hanya bisa mengisi otak mereka dengan pengetahuan theologi, sedangkan hati mereka kering dan semangat mereka loyo. Mengapa mereka bisa demikian? Karena mereka tidak mengasihi manusia sebagaimana mereka mengasihi Allah. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang memerhatikan isi hati Allah dan menjalankannya, begitu pula dengan orang yang mengasihi manusia adalah orang yang memerhatikan sesama saudara seiman dan berusaha membantu mereka. Adakah semangat ini di dalam tubuh Kristus? Ketiga, hidup berdamai (ay. 18). Seorang yang memiliki kasih Kristus di dalam persekutuan tubuh Kristus adalah mereka yang hidup berdamai dengan semua orang. (=Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hiduplah berdamai dengan semua orang.) Kata “berdamai” dalam ayat ini dalam bahasa Yunani menggunakan struktur kalimat aktif. Berarti, kita harus aktif berdamai dengan semua orang. Selain itu, kata ini juga menggunakan keterangan waktu present. Berarti, kata kerja ini (=hidup berdamai) dilakukan terus-menerus. Apa itu hidup berdamai? Dr. John Gill kembali di dalam tafsirannya memperluas makna ini menjadi: jadilah, carilah, kejarlah, dan peliharalah damai itu. Bagaimana kita bisa menjadi damai? Markus 9:50, “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”” Di sini, Tuhan Yesus mengaitkan bagaimana umat-Nya bisa menjadi damai ketika umat-Nya menggarami (memengaruhi) dunia. Tuhan tidak mau kita yang digarami/dipengaruhi, tetapi kita yang memengaruhi dunia. Kita bisa memengaruhi dunia ini tatkala kita kembali kepada Firman Tuhan. Berarti Firman Tuhan memengaruhi kita menjadi garam dan ketika kita menggarami dunia, di saat itu kita sedang menjadi agen damai Allah bagi dunia. Lalu, pertanyaan selanjutnya, apa yang perlu diperdamaikan? Pdt. Dr. Stephen Tong mengemukakan 5 relasi damai ini, yaitu damai antara Allah dan manusia, damai antara manusia dengan diri, damai antara manusia dengan sesama, mendamaikan manusia lain dengan Allah, dan mendamaikan sesama manusia. Pertama, menjadi agen damai harus dimulai dengan diperdamaikannya kita sebagai manusia berdosa dengan Allah yang Mahakudus di dalam penebusan Tuhan Yesus Kristus yang menyelamatkan. Setelah kita diperdamaikan, kita dituntut untuk memperdamaikan kita dengan diri kita sendiri. Orang yang terus tidak bisa mendamaikan diri dengan diri sendiri adalah orang yang lama-kelamaan stres, karena sering terjadinya konflik pribadi. Kemudian, kita juga dituntut untuk mendamaikan diri kita dengan sesama. Artinya, kita tidak perlu mencari konflik yang tidak perlu dan tidak penting. Setelah itu, kita dituntut untuk mendamaikan manusia lain dengan Allah. Inilah tugas penginjilan. Kita bukan hanya berdamai dengan semua orang saja, tetapi kita juga dituntut untuk mendamaikan orang lain dengan Allah melalui penginjilan. Mengapa ini perlu? Ini diperlukan supaya kita tidak berkompromi ketika kita mendamaikan diri dengan orang lain. Bukan menjadi rahasia umum, atas nama “damai”, manusia postmodern merelatifkan dan mengompromikan kebenaran, sehingga mereka terus mencari persamaan semua agama dan bukan mencari mana yang benar. Oleh karena itu, di dalam zaman postmodern, kita perlu memberitakan Injil untuk memperdamaikan orang lain dengan Allah. Kemudian, terakhir, kita juga menjadi agen yang mendamaikan manusia lain dengan sahabatnya yang bertengkar/berkelahi. Di sini, kita lebih dalam lagi, kita menjadi alat yang membawa damai bagi sesama kita sehingga sesama kita yang saling bertengkar lama-lama melihat perdamaian yang kita lakukan dan memuliakan Bapa di Surga. Setelah menjadi agen perdamaian, kita dituntut untuk terus mengejar kedamaian itu dan akhirnya, jangan lupa mempertahankan/memelihara kedamaian itu. Bagaimana dengan kita? Ketika kita atau sesama kita bertengkar, sudahkah kita menjadi agen perdamaian Allah bagi dunia ini, sehingga nama-Nya dipermuliakan? Atau malahan kita yang menyulut pertengkaran itu? Mari introspeksi diri kita masing-masing. Keempat, berbuat baik bagi musuh kita yang membutuhkan (ay. 20). Kasih Kristus juga diwujudnyatakan dengan berbuat baik bagi mereka yang membutuhkan, yaitu memberi makan kepada musuh kita yang lapar dan memberi minum kepada mereka yang haus. Yang lebih unik lagi, di ayat ini, Paulus menambahkan kata “seteru” yang menandakan bahwa kasih Kristus adalah kasih yang diwujudnyatakan juga kepada musuh kita. Ketika musuh kita lapar, haus, dll, apa yang kita lakukan? Membiarkannya? Atau menolongnya? Kasih dari Kristus seharusnya memampukan kita mengampuni musuh kita dan menolongnya ketika mereka kesusahan. Bagaimana dengan kita? Ada orang Kristen yang ketika dirinya disakiti dan difitnah oleh sesama/saudaranya yang Kristen atau orang lain (bahkan hamba Tuhan), dia tidak mau lagi ke gereja, tidak mau menyapa sesama/saudaranya itu, dan tragisnya, cuek habis dengan kondisi mereka. Mengapa bisa demikian? Karena mereka sebagai orang Kristen hanya mau orang lain memerhatikan dia dan bukan sebaliknya. Di ayat ini, Paulus mencerahkan dan menegur kita bahwa meskipun kita harus dihina, difitnah, dll, sudahkah kita menunjukkan kasih kita kepadanya bukan hanya mengampuninya saja, tetapi juga menolongnya ketika ada masalah? Paulus yang mengajar ini adalah Paulus yang sudah mempraktikkannya. Paulus mengasihi orang dan kaisar Romawi dengan memberitakan Injil kepada Kaisar Romawi, yaitu Raja Agripa (baca: Kis. 26) meskipun negara ini telah menjajah negaranya, Israel. Itulah yang diteladankan Paulus bagi kita bagaimana mengasihi jiwa bahkan musuh kita sendiri. Sudahkah kita melakukannya? Kelima, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (ay. 21). Ayat ini menyambung penjelasan Paulus di ayat 17a dan 19. Tadi kita sudah diperintahkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, maka di ayat ini, Paulus menambahkan bahwa kita harus membalas dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Bukan hanya menyerahkan pembalasan itu kepada Tuhan, kita pun dituntut mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Berarti bukan hanya Allah yang bertindak, kita pun harus bertindak. Bedanya, Allah bertindak membalas mereka yang berbuat jahat kepada kita, sementara kita melakukan apa yang baik bagi mereka yang berbuat jahat pada kita. Dunia tidak bisa melakukan hal ini, karena mereka tidak mengerti dan mengalami penebusan Kristus yang telah mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Hanya Kekristenan yang sanggup mengerti dan menjalankannya. Bagaimana dengan kita pribadi? Memang sulit mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, tetapi tidak ada yang mustahil jika Roh Kudus yang memimpin kita melakukannya. Sudah siapkah kita dipakai menjadi agen pelaksana kebaikan yang mengalahkan kejahatan? Setelah kita merenungkan kelima ayat ini, sudah siapkah kita dipakai Roh Kudus menjadi agen pewarta kasih, kedamaian, dan kebaikan dari Allah di tengah dunia berdosa ini? Biarlah kita dipakai Tuhan sehingga nama-Nya sajalah dipermuliakan dari dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Amin.

Rabu, 09 Oktober 2013

“YANG MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH ADALAH SAUDARA YESUS” Khotbah Minggu XXIII Setelah Trinitatis Bahan Khotbah : Markus 3 : 31-35.

PENDAHULUAN : Hal yang paling indah, menyenangkan dan luar biasa dalam hidup ini adalah adanya keluarga. Suami istri benar-benar saling mengasihi dan dimana ayah, ibu dan anak-anak saling mendukung, hidup bahagia dan harmonis. Jika kita baca Alkitab, kita lihat bahwa Allah tidak membiarkan Adam hidup sendirian dalam alam yang nan indah dan luas ini. Dia mencipta Hawa serta memberkatinya. Dalam Perjanjian Baru juga kita lihat bahwa keluarga menjadi pusat perhatian Tuhan Yesus secara serius dalam pelayananNya. Mujizat pertama yang dilakukan Yesus adalah dalam pesta kawin di Kana. Dan harus kita akui bahwa hingga sekarang keluarga merupakan tempat yang paling sentral dan cocok untuk membina dan mendewasakan karakter, sifat, pengetahuan dan sebagainya bagi anak-anak. Secara fisik, keluarga ada adalah karena adanya hubungan darah, suku, marga dan bangsa yang sama. Budaya, bahasa dan adat yang sama. Sayang karena dosa, hubungan kekerabatan dan kekeluargaan itu menjadi sangat terbatas dan sangat rapuh. Itu sebabnya, sering terjadi hubungan suami istri cekcok dan bercerai, hubungan se-marga hancur, Hubungan se-suku, se-gereja dan seterusnya berkeping-keping. Se-darah, se-Marga, Se-keluarga, se-suku, se-kelompok dll hancur dan tidak saling menyatu lagi. Dalam perikop kita Yesus memperkenalkan kepada kita suatu bentuk kekeluargaan dan persaudaraan yang baru. Kekeluargaan kita bukan berdasarkan hubungan darah atau suku, marga, bangsa dan adat budaya kita lagi. Tapi oleh darah Yesus sendiri. Melalui percaya dan menerimaNya menjadi Tuhan dan Allah kita masing-masing, kita disebut anak-anak Allah. (Bd. Johanes 1 : 12). Itulah sebabnya dalam Minggu XIII Setelah Trinitatis ini kita akan membahas thema khotbah kita :DIBENTUK MENJADI KELUARGA ALLAH. 1. Saudara/i Yesus tidak dibatasi oleh darah dan kekerabatan. Wajar, Maria ibu Yesus, Yakobus, Yoses, Yudas, Simon (adik-adikNya) dan saudara perempuanNya (Mark. 6:3) rindu dan datang melihat, mendengar kehebatan Yesus mengajar (Mark.1:22), membuat mujizat (bd. Markus fasal 2 dan 3). Mereka tentu mau diperlakukan lebih (sebagainana lazimnya dalam kekeluargaan dan kekerabatan, nepotisme pasti ada). Maria adalah ibu yang melahirkanNya, Yakobus adalah adikNya. Mereka meminta agar mereka ditemui oleh Yesus. Tapi jawaban Yesus sangat tegas :” Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (ay.35). Bukan berarti bahwa Yesus tidak menghargai Maria ibuNya, sebab dalam Johanes 19 : 26-27 Yesus menyerahkan tanggungjawab pemeliharaan ibuNya kepada Yohanes. Dan kita tahu persis bahwa Maria adalah orang yang melakukan kehendak Allah (bd. Lukas 1 : 38 :” Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.") Jakobus juga akhirnya menjadi murid dan Hamba Tuhan yang sangat populer di Jerusalem. Tapi Yesus mau mengatakan bahwa hubungan darah dan kekerabatan sangatlah terbatas dan rapuh adanya. Keinginan Ibu Tuhan Yesus untuk bertemu dengan anaknya adalah hal yang wajar. Tetapi di sisi lain, Tuhan Yesus mau menyatakan kebenaran sejati diberitakan. Otoritas utama bukanlah mengikuti kehendak jasmani, tetapi yang rohani. Betul, masalah ini tidak mudah bagi orang Timur, dimana otoritas ayah, ibu adalah mutlak. Tapi mari kita perhatikan, otoritas orang tua hanyalah otoritas turunan; otoritas orang tua ini harus berada satu garis dengan garis otoritas Allah dimana otoritas Allah sebagai otoritas mutlak. Karena itu seorang anak hanya boleh taat pada orang tua yang memerintahkan sesuatu yang tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Allah atau kehendak Allah. 2. Melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.". Undangan Yesus menjadikan kita sebagai keluarga Allah adalah sangat luar biasa. TUHAN yang Maha Besar, pencipta langit dan bumi menjadi Bapa kita. Tuhan menginginkan Anda menjadi anggota keluargaNya. Keluarga Allah adalah Tuhan dengan umatNya dalam kasih yang akrab dan mendalam. Roma 8: 15 berbunyi, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yangmenjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’. Betul semua manusia diciptakan Allah, tetapi tidak semua orang merupakan anak-anak Allah. Cara untuk menjadi saudara Yesus memang tidak sulit, bahkan sudah dipermudah. Siapa saja, dimana saja, kapan saja, laki perempuan, kaya miskin, orang desa, kota, berpendidikan, tidak tamat SD, boleh. Syaratnya adalah melakukan kehendak Allah.Ditempat lain Tuhan Yesus berkata bahwa untuk masuk menjadi anggota Keluarga Allah adalah dengan dilahirkan kembali ke dalam KeluagaNya (bd. Yohanes 3:5). Anda menjadi bagian dari keluarga manusia, melalui kelahiran Anda secara jasmaniah. Demikian pula, untuk menjadi bagian dari Keluarga Allah, Anda harus mengalami kelahiran secara rohaniah (kelahiran kembali). “karena kemurahan-Nya yang tidak terbatas telah memberi kita kesempatan untuk dilahirkan kembali, sehingga sekarang kita menjadi anggota keluarga Allah.” (1 Petrus 1:3). Berbeda dengan keluarga jasmani yang sangat terbatas dan rapuh serta tidak abadi, keluarga rohani akan berlanjut hingga kekekalan. Kita menjadi keluarga besar dan kekal. Dan yang paling luar biasa, anggota keluarga kita tidak terbatas lagi sebatas darah, marga, suku, bangsa, kelompok, status, adat, budaya dll sebagainya, tapi siapa saja yamg MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH. Setiap orang yang percaya dan memiliki iman kepada Yesus Kristus. 3. Mari dengan sukacita melakukan Kehendak Allah 1) Kehendak Allah adalah cara lain untuk mengatakan "Taurat Allah". Misalnya, Daud menyejajarkan "Taurat -Mu" dengan "kehendak -Mu" dalam Mazm 40:9. Demikian pula, Rasul Paulus memandang pengenalan akan hukum Taurat sama dengan mengetahui kehendak Allah (Roma 2:17-18). Dengan kata lain, karena di dalam hukum-Nya Allah mengarahkan kita kepada jalan yang dikehendaki-Nya bagi kita, maka hukum Taurat dapat disebut "kehendak Allah". Untuk itu marilah dengan sukacita menuruti Taurat Tuhan atau perintah Tuhan hari lepas sehari. 2) Kehendak Allah juga adalah agar agar semua orang diselamatkan (1Tim 2:4; 2 Pet 3:9) Untuk itu seharusnyalah kita senang menyampaikan khabar baik kepada setiap orang. 3) Berkenaan dengan apa yang 'berkenan' (menyenangkan atau menyedihkan) kepada-Nya. Tuhan berkenan dengan mereka yang hidup taat dan setia kepadaNya, dan Ia tidak berkenan dengan mereka yang selalu memberontak melawannya. Bd 1Tim 2:3-4 ; 2 Pet 3:9 ; Yeh.18 : 23. Marilah dengan sukacita taat kepada FirmanNya. 4. Penutup : Setiap kita telah diundang Yesus menjadi keluarga Allah. Hidup harmonis, bahagia dan memperoleh perlindunganNya sejak di dunia hingga kekekalan. Allah menjadi Bapa kita, mendengar doa-doa kita, menyediakan kebutuhan kita baik jasmani maupun rohani, mengampuni dosa-dosa kita, memelihara kita dan lain sebagainya. Syaratnya mudah, tidak dipersulit hanya : Malakukan kehendakNya, percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Amin

Khotbah Minggu 27 Oktober 2013 Matius 20 : 20-28. “DATANG UNTUK MELAYANI DAN KETAATAN ADALAH HARGA MATI”

Satu sifat dasar manusia yang sangat sulit untuk dihilangkan adalah, selalu mementingkan diri sendiri, dan sering kali tidak perduli dengan orang lain yang ada disekitarnya. Hal ini yang harus kita perkarakan dengan sungguh-sungguh, karena kalau tidak diperkarakan mulai saat ini maka sifat mementingkan diri sendiri ini akan merusak seluruh gerak hidup kita, dimana sebagai orang percaya kita seharusnya memiliki gaya hidup seperti Kristus hidup. Gaya hidup seperti Kristus hidup adalah, hidup tidak mementingkan diri sendiri tetapi melihat kepentingan orang banyak diatas segalanya. Sehingga yang Yesus lakukan hanyalah menyelesaikan misi yang ditugaskan oleh Bapa-Nya disorga untuk menjadi pendamai antara manusia dengan Allah, supaya oleh pengorbanan-Nya itu kita dapat beroleh keselamatan di dalam Dia. Dari kebenaran Firman yang kita baca menunjukan kepada kita, sifat manusia yang selalu mementingkan diri sendiri akan muncul apabila dia melihat ada kesempatan atau peluang yang bisa dipergunakan supaya keadaan hidupnya aman, bagaimanapun caranya yang harus ditempuh akan dipergunakan, walaupun mungkin itu sebuah cara yang licik. Dan hal ini tergambar jelas dalam: Matius 20: 20-21. Matius 20:20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Disini kita melihat orang tua ikut mengambil peran untuk menjadi penghubung dengan cara menyampaikan keinginan mereka kepada Yesus. Dan hal ini dilakukan supaya keinginan hati mereka demi kepentingan diri mereka kelak dalam Kerajaan Sorga, yaitu bisa ikut menjadi orang yang terpandang dan berkuasa. Kenapa terpandang dan berkuasa . . ? karena apabila yesus mengabulkan permintaan mereka maka dikemudian hari, mereka bisa duduk sisebelah kanan dan kiri dari orang yang berkuasa yaitu “ YESUS KRISTUS”. Saat datang kepada Yesus memang mereka menunjukan sikap yang benar, dimana mereka sujud dihadapan-Nya. Tetapi sesungguhnya mereka sujud saat itu, karena mereka memiliki keinginan supaya keinginan mereka bisa dikabulkan oleh Yesus. Matius 20:21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Dengan tindakan ini menunjukan bahwa seringkali tanpa sadar, manusia suka untuk mengatur Tuhan supaya melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan manusia, padahal yang sesungguhnya adalah sebagai umat ciptaan Allah, manusia harus tunduk penuh dalam pengaturan Tuhan. Keadaan ini juga dapat memberi gambaran bahwa seringkali manusia tidak mau tahu atau tidak mau mengerti pikiran Tuhan. Hal ini terjadi saat manusia pertama kali jatuh dalam dosa dan sifat dosa yang terus menempel pada diri manusia sampai saat ini, membuat manusia sudah tidak sepikiran dan tidak selaras dengan pikiran Tuhan. Pada Matius 20:22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Artinya bisa saja Tuhan Yesus berterus terang saat itu dan berkata; kalau kamu mau dimuliakan di dalam Kerajaan Bapa disorga, maka ada harga yang harus dibayar mahal terlebih dahulu, dan harga itu adalah ketaatan menanggung siksaan dan penderitaan akibat dari dosa seluruh umat manusia, bahkan ketaatan itu harus sampai mati diatas kayu salib, dan untuk itulah Aku datang ke dunia ini. Tapi Tuhan Yesus tidak mau berkata demikian, dan Tuhan Yesus melanjutkan kalimatNya: Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Ini sama dengan orang yang belum kerja sudah minta gaji dibayar duluan, atau belum lagi menunjukan prestasi dalam pekerjaannya, tetapi sudah minta dipromosikan untuk naik jabatan. Sebuah jawaban yang sangat gampang terucap dari mulut meraka dengan tidak pernah berpikir apa yang Tuhan Yesus maksudkan dibalik kalimat “Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Tuhan Yesus bisa saja berkata dengan kalimat sederhananya seperti ini: “ Kamu minta seperti itu, apakah kamu siap saat ini mati untuk sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu atau untuk seterumu, musuhmu, untuk orang yang membenci kamu, orang yang berhianat terhadap kamu, atau untuk orang yang tidak kamu kenal. . . ? Ini menjadi gambaran yang jelas untuk kita semua, bahwa seringkali saat kita menginginkan sesuatu yang bisa membuat kita merasa aman, kita akan melakukan tindakan yang tidak lagi melihat atau tidak mau tahu dengan orang lain. Sebab yang penting kita aman dulu, orang lain urusan belakangan. Peristiwa ini menunjukan kepada kita, betapa Tuhan Yesus begitu taat dalam menjalankan misi yang Ia emban dari Allah Bapa-Nya di Sorga. Dia tidak menempatkan diriNya lagi sebagai pribadi yang berkuasa, tetapi Dia mau mengosongkan dirinya, dan mengambil rupah seorang hamba untuk menjalankan misi Bapa-Nya dalam keadaan-Nya sebagai manusia biasa yang sama seperti kita semua. Dalam, Matius 20:23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Disinilah jelas tergambar ketaatan itu: tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Kalimat yang terucap dari mulut Tuhan Yesus ini menunjukan penundukan diri, ketaatan penuh, serta kerendahan hati, mau ada dalam pengaturan Bapa di Sorga. Sehingga dalam menjalankan misi Bapa, Tuhan Yesus sama sekali tidak mengenakan hakNya sebagai Anak Allah yang berhak untuk memberikan keputusan. Kalau Tuhan mau bisa saja Dia dia berkata saat itu “Jangan pikirkan diri kamu sendiri, tetapi pikirkan juga keadaan orang lain”. Apa bukti yang sudah kamu perbuat sehingga kamu meminta kedudukan yang demikan ?. Tanpa sadar seringkali kita menjadi manusia-manusia yang egois di dalam hidup ini dengan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri dan tidak mau melihat kepentingan orang lain. Firman Tuhan mengingatkan kita dalam, FILIPI 2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Contoh ketaatan Tuhan Yesus seperti inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya, yaitu kita semua, ” saudara dan saya “ yang mengaku percaya kepada Dia. Ketaatan seperti ini harus menjadi gaya hidup kita yang harus ditunjukan kepada dunia. Sebuah warisan yang sangat berharga telah ditinggalkan oleh Tuhan Yesus untuk kita semua yaitu: Sebuah gaya hidup yang penuh ketaatan, bahkan ketaatan-Nya sampai mati diatas kayu salib. Warisan gaya hidup seperti inilah yang harusnya dimiliki oleh setiap orang percaya, sayangnya tidak semua orang memiliki kepekaan untuk melihat gaya hidup yang telah Tuhan Yesus tunjukan sebagai sebuah warisan yang berharga. Orang percaya telah terperangkap dalam sebuah pemahaman yang keliru, yaitu memiliki prinsip sekali selamat tetap selamat, karena Tuhan Yesus telah menebus kita dari dosa. Padahal gaya hidup yang Tuhan Yesus tunjukan kepada kita, harusnya menjadi bukti yaitu untuk dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus dalam kerajaan Bapa di Sorga, kita harus benar-benar hidup didalam ketaatan dengan takut dan gentar dihadapan Tuhan. Mengapa harus hidup dalam ketaatan dengan takut dan gentar dihadapan Tuhan . . . ? Karena pada waktunya, Allah akan menghakimi dengan tidak memandang muka. Jadi kita masih harus diperhadapkan dengan dengan penghakiman apabila waktu Tuhan tiba. Kalau masih ada penghakiman berarti masih ada yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Dan yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan adalah seluruh perbuatan dan keadaan hidup kita selama kita masih hidup di dunia apakah berkenan dihadapan Tuhan atau tidak. Mungkin kita bisa berdalih bahwa kita telah menerima janji keselamatan . . . ! janji itu sangat benar, tetapi jangan buru-buru memberi pengertian sendiri. YOH 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. YOH 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada diatasnya." Jadi jelas bagi kita semua, bahwa keselamatan di dalam Kristus Yesus adalah harga mati bagi mereka yang percaya kepada-Nya, tetapi keselamatan itu harus disertai dengan harga yang harus kita bayar selama kita menumpang di dunia ini. I Petrus 1:13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Waspadanya dengan cara yang bagaimana . . . ? I Petrus 1:14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, Bila kita ingin dikenal Tuhan sebagai anak-anak-Nya, maka kita tidak punya pilihan lain selain memiliki gaya hidup seperti Kristus hidup. Dan jangan pernah sedikitpun memberi hidup kita menuruti gaya hidup dunia ini. Sebab gaya hidup dunia ini hanya akan menyeret kita kedalam kebinasaan kekal. Layanilah Tuhan selama kita masih bernafas. Beritakanlah injil kerajaan Allah kepada semua orang dimanapun kita berada, karena inilah panggilan kita sebagai orang percaya. Kristus telah menyelesaikan tugas-nya dalam ketaatan penuh, dan selama kita masih ada di dunia berarti kita harus tetap menjalankan misi Bapa, untuk menjangkau lebih banyak jiwa supaya datang kepada Tuhan. Jangan lagi hidup untuk kepentingan diri sendiri, tetapi hiduplah untuk Tuhan dengan selalu merendahkan diri. Matius 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Kitapun harus hidup sama seperti kristus hidup yaitu: hidup hanya untuk melayani. Tinggal didalam kesucian dan kekudusan Allah, karena ini standar hidup kekristenan yang sesungguhnya. Kurang dari standar ini berarti tidak berkenan. I Petrus 1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. I Petrus 1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Amin.

"Khotbah Minggu 20 Oktober 2013" Markus 12: 28-34

HUKUM MANAKAH YANG PALING UTAMA ? Ini pertanyaan yang diajukan oleh kelompok paling saleh dari sebuah umat paling religius di bawah kolong langit. Mereka pasti tahu peraturan-peraturan agama yang ratusan jumlahnya. Agama Yahudi adalah agama hukum: untuk segala sesuatu ada peraturannya. Peraturan itu tidak asal dibuat: ada ahli untuk itu yakni Ahli Taurat. Pekerjaan mereka mengkaji hukum agar sesuai dengan kehendak Tuhan; umat Allah berusaha sekuat tenaga mengatur hidup pribadi, keluarga dan umat agar sejalan dengan Taurat (Pengajaran). Tetapi di dalam perjalanan waktu hidup keagamaan mereka tenggelam di dalam rutinitas, semua berjalan otomatis sesuai aturan. Hidup keagamaan umat menjadi tertib; semua berlangsung seperti biasa (as usual); aturan yang dilaksanakan otomatis kehilangan sukacita, tanpa gairah, tanpa perasaan. Semua berlangsung mekanistik. Umat paham betul tentang bagaimana mempercayai Tuhan, tahu betul seluk beluk ritual dan tahu bahwa kita wajib mengasihi sesama manusia. Namun mengasihi sesama lama-kelamaan direduksi (dikurangi) menjadi mengasihi hanya sesama orang Yahudi. Di luar umat tidak dianggap sesama. Ada juga perasaan bahwa mengasihi Tuhan lebih penting dari pada mengasihi sesama. Tuhan Yesus mencerahkan umat Allah dengan menegaskan kasih kepada Allah dan kepada sesama nilainya sama. Keduanya adalah hukum utama (ayat 31). Kedua hukum, mengasihi Allah dan mengasihi sesama, ibarat dua sisi dari satu mata uang. Kalau tanda pada satu sisi hilang, uang itu kehilangan nilai. Apa artinya ? Perhatikanlah betapa sering kita melihat orang sangat rajin mengikuti ibadah, senang mengenakan atribut keagamaan, amat bangga memperlihatkan bahwa dia penyembah Tuhan, dan fasih pula mengutip ayat-ayat Kitab Suci. Tetapi perhatikan praktik hidupnya setiap hari. Apakah ia mengurus keluarganya? Apakah ia suka menolong sesama? Mengaku beragama tetapi membenci orang lain, hanya setengah beragama! Mengaku beragama tetapi dengki melihat orang sukses, iri hati kalau orang hidup senang. Itu juga setengah beragama. Tuhan menghendaki keduanya serentak dan sejalan.; sama-sama berharga di mata Tuhan. Kalau kita mempraktikkan kedua hukum maka kita telah berada di jalur yang tepat (on the right track). Kasihilah Tuhan dan kasihilah sesama. Semua dengan perasaan! Pokok Khotbah: (1) Para pemimpin agama Yahudi solah-olah tidak pernah puas menguji Yesus dengan tujuan untuk mendapatkan kesalahan Yesus. Kali ini terjadi persekongkolan antara ahli Taurat dan orang Saduki yang biasa mereka sering berbeda pandangan namun untuk “menyerang” Yesus mereka bersatu. Isu yang mereka angkatkan adalah mengenai perintah yang terutama. Mereka ingin menguji Yesus apakah Ia menghargai hukum Musa. Yesus memberikan jawaban yang menarik. Walau diminta memberikan satu hukum yang dianggap terbesar, Ia menjawab dua hukum. Mengapa? Karena mengasihi orang lain adalah tindakan yang akan muncul bila orang mengasihi Allah. Kedua hukum ini saling melengkapi. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa memenuhi yang lain. Hukum itu menyatakan kewajiban manusia kepada Allah dan tanggung jawab kepada sesama. (2) Selanjutnya Yesus mengatakan: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan rupanya merangkum seluruh diri manusia, karena hidup manusia yang berlandaskan kasih ditopang oleh hati, jiwa, akal budi dan juga kekuatan dirinya dalam hidup itu. Itu artinya mencintai Tuhan tidak boleh setengah-setengah. Pada kenyataannya sekarang seringkali, kasih kepada Tuhan menjadi nomor kesekian. Arus modernisasi dan teknologi yang pesat kini menyebabkan manusia lebih menyembah dan mencintai teknologi daripada Tuhan. Teknologi dijadikan dewa. Contoh nyata: orang bisa asyik BBM an saat ibadah berlangsung. (3) Disisi lain begitu banyak orang yang berkata mengasihi Tuhan, rajin berdoa, rajin ke gereja, baca Firman, memberi persembahan, namun membenci sesamanya, Yesus berkata: “ mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Kasih tidak bisa tergantikan oleh korban bakaran, tidak dapat tergantikan oleh hadiah seharga apapun. (4) Ketika ahli taurat mengungkapkan persetujuannya terhadap kata-kata Yesus, Yesus berkata: “engkau tidak jauh dari kerajaan Allah”. Seperti yang kita ketahui. Ahli taurat adalah orang-orang yang sangat tidak menyukai keberadaan Yesus. Yesus tahu bahwa mereka tidak menyukai apa yang Ia lakukan. Tapi Yesus tidak pernah membenci ahli taurat terebut. Justru Yesus memandang ia sebagai seorang yang bijaksana, dan mengatakan bahwa ia tidak jauh dari kerajaan Allah. Ia tidak membenci dan mendendam terhadap ahli taurat tersebut. Sikap Yesus ini seharusnya juga menjadi sikap kita, terlebih saat kita berhadapan dengan orang yang mungkin membenci kita atau yang tidak menyukai kita. Kebencian dan dendam adalah dua hal yang dapat menutup diri kita sehingga kita tidak mampu member cinta kasih kita pada sesama kita. PENUTUP Kasih itu mencakup kasih kepada Tuhan dan sesama. Sepanjang hidupnya Yesus sangat menekankan tema kasih ini baik dalam pewartaan maupun tindakannya. Kita tahu dalam injil Yesus banyak melakukan mujizat. Mujizat yang dilakukan ini Yesus ini bukan karena ia ingin dikenal sebagai penyembuh tetapi pertama-tama ia lakukan karena ia mengasihi manusia. Akhirnya, jadikanlah Kasih sebagai jantung dalam hidup kita. Jantung yang dapat membuat hidup kita lebih hidup. Kasih akan membuat hidup kita menjadi lebih damai. Amin

Khotbah Minggu 13 Oktober 2013 Yeremia 31: 31-34

Pendahuluan Yeremia dilahirkan di Anatot sekitar tahun 650 sM. Ia itu putera Imam Hilkia. Dalam tahun ke-3 pemerintahan raja Yosia (627) ia dipanggil menjadi nabi. Kata-kata kenabiannya yang terakhir diucapkan setelah hancurnya Yerusalem (587/586, bnd: Yeremia 44:1-30). Kata-kata kenabiannya tidak ada yang diucapkan pada kurun waktu antara tahun 622 dan 609 (tahun raja Yosia meninggal). Boleh jadi pembaharuan ibadat deuteronomis dipandangnya sebagai pemenuhan tuntutan-tuntutannya. Kita banyak diberitahu oleh Kitab Yeremia tentang keadaan para raja Yehuda yang terakhir, terlebih-lebih perihal pengepungan Yerusalem. Orang kerajaan Yehuda diancam dengan hukuman oleh Yeremia karena dosa-dosa mereka. Pandangan salah yang hidup dikalangan luas di tengah rakyat juga dikecamnya. Ditentangnya politik yang resmi. Ia juga berusaha, agar Zedekia (597-587) memutuskan untuk menyerah pada Babilon. Setelah kota Yerusalem direbut, Yeremia dibebaskan oleh orang-orang Masduk dan sahabatnya Gedalya dijadikan penguasa kota. Setelah Gedalya dibunuh, orang-orang Israel memaksa Yeremia untuk ikut pergi mengungsi. Dengan demikian berakhirlah berita-berita tentang Yeremia. -- Di dalam pengakuan-pengakuan atau monolog-monolognya (Yeremia 11:18-12:6; Yer 15:10-21; 17:12-18; 18:18-23; 20:7-18) Yeremia menunjukkan dirinya sebagai orang saleh dan peka atas sesuatu. Ia seorang yang jujur dan terbawa pada panggilan kenabiannya secara mutlak (Yeremia 16:1-9). -- Kitab-kitab yang dilakukan padanya adalah: 1.Kitab Yeremia 2. Surat Yeremia (Kitab Barukh, Deuteronanika). 3.Ratapan (1). Isi dan naskah. Corak khas dari tulisan Yeremia adalah hubungan "kata" kenabian yang dikaitkan dengan cerita-cerita. Beberapa di antaranya dibuat dalam bentuk-Aku. Kebanyakan dibuat dalam bentuk-dia. Menyolok sekali perbedaan bentuk naskah pada naskah Masorit. Bukan semua penghapusan dibebankan pada kesalahan-kesalahan terjemahan ataupun salinan. Sebab bagian dari penghapusan itu dibuat dengan sengaja. Adapun garis besar tradisi naskah Masorit adalah: (a) 1-39 mengungkapkan peristiwa sampai pada jatuhnya Yerusalem (Urutan kronologisnya: 1- 25; janji-janji hari depan: 26-35; penderitaan Yeremia : 36-39). (b) 40-45 mengungkapkan waktu-waktu berikutnya. (c) 46-51: Nubuat soal para bangsa asing. (d) Tambahan historis 52 (2 Raja 24:18-20; 25:21,27-30). Perbedaan-perbedaan corak, sifat serta sebagian theologi dari bagian perincian itu tergantung dari perbedaan berbagai-macam sumber. Menurut pandangan tradisionil dikatakan, bahwa kata-kata Yeremia dan catatan-catatan autobiografi Kitab itu dikumpulkan oleh --> Barukh (badingkan: bab 36). Para penyelidik modern membagi paraah Kitab itu dalam tiga sampai empat sumber (dengan tambahan-tambahan yang dilakukan di kemudian harinya). Keadaan yang pasti mengenai "naskah aslinya" tidak dapat ditetapkan secara tepat. Arti teologis Yeremia terutama terletak pada pengertian Tuhan yang jelas dan mirip dengan Hosea. Tuhan adalah mempelai pria bangsa murtad, yang dicintainya dengan kasih abadi. Rakhmat ditawarkanNya sebagai pengganti keadilan. Hubungan perjanjian yang biasanya lebih mudah dipandang yuristis diberi pengertian rokhani dan pribadi oleh Yeremia. Dalam keadaan demikian hubungan perjanjian tidak didasarkan atas suatu ikatan nasional, tetapi didasarkan pada ikatan pribadi dengan Tuhan. Perjanjian yang baru tidak mengenal perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban, sebab isinya (mengenal Tuhan) tanpa batas seperti kasih itu sendiri yang tidak terbatasi. Penjelasan: “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Yer 31:33), demikian perjanjian dari Allah kepada umat terpilih, kepada kita semua umat beriman melalui nabi Yeremia. Aneka aturan dan tatanan hidup yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing ‘ada di dalam batin dan tertulis dalam hati’ kita, itulah yang diharapkan oleh Allah bagi kita semua, umat beriman, sehingga juga layak disebut sebagai umat Allah. Apa yang ada di dalam batin dan hati kita masing-masing pada saat ini? Keingingan pribadi atau bersama? Keselamatan jiwa atau penumpukan uang atau harbenda? Agar aturan atau tatanan ada dalam batin dan tertulis di hati kita masing-masing, hendaknya aneka aturan dan tatanan tersebut sering dibaca dan direnungkan, didiskusikan. Atau mungkin baik kita merenungkan dan meresapkan kata atau ayat dari Kitab Suci yang sungguh mengesan bagi, misalnya sabda Yesus hari ini “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”. Bacakan berkali-kali entah untuk diri sendiri atau orang lain kutipan ayat di atas ini sampai anda sendiri atau orang lain entah membencinya atau terpesona olehnya, agar menjadi jelas apakah kita berpikiran seperti Allah, secara spiritual, atau hanya secara manusiawi belaka! Kami mendambakan anda akan terpesona oleh sabda tersebut dan kemudian menghayatinya dalam hidup sehari-hari, sehingga senantiasa dimanapun dan kapapun berpikiran secara spiritual, berpedoman pada keselamatan jiwa dalam cara hidup dan cara bertindak. Kami berharap rekan-rekan yang disebut sebagai ‘rohaniwan atau rohaniwati’ dapat menjadi teladan dalam hal berpikiran seperti Allah. “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.” (Mzm 51:12-15) Walaupun Israel berkali kali melanggar perintah Tuhan,tetapi Allah melalui nabi Jeremia menubuatkan akan datang waktunya,Allah akan membebaskan mereka dan mengadakan perjanjian baru dengan Israel dan kaum Yehuda. Bukan seperti perjanjiantelah kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah mesir,dan perjanjian itu telah mereka ingkari. Allah mempertegas bahwa Israel telah gagal menepati janji mereka dengan Allah. BangsaIsrael yang telah menerima perjanjian di Gunung(taurat Musa),tapi tak henti hentinya bangsaIsrael melanggar hukum tersebut. Mereka meninggalkan Allah mereka dan pergi menyembah allah allah lain,menyembah berhala berhala yang dilarang oleh Allah. Namun demikian Allah tetap mengadakan pendekatan dengan Israel,dan sekali ini pendekatan yang dilakukan Allah dengan Israel adalah :Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka,dan menuliskannya dalamhati mereka ;maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umatKu. Perjanjian tersebut betul betul menjamin pengampunan sepenuhnya terhadap dosa dosa bangsa Israel,serta mengikat dan mempererat hubungan antara Allah dan bangsa Israel. Allah yang berinisyatif untuk mempedulikan Israel,karena Allah sangat mengasihi bangsaNya .Dia tidak mau kalau bangsaNya terus menderita,seperti orangtua yang baik,walaupun anaknya selalu melawan,tetapi orangtua sangat mengharapkan anak itu bertobat dari kejahatannya,orangtua pasti begitu sabar menunggu kapan anaknya bertobat.Karena orangtua tidak suka hidup anaknya menderita terus karena perbuatannya yang jahat. Apalagi kasih Allah kepada bangsaNya tentu lebih besar dari kasih orangtua kepada anaknya. Demikianlah harapan Allah kepada bangsaNya sangat berharap supaya bangsaNya patuh terhadap perintah Tuhan. Aku akan menaruh tauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati merereka, itu berarti Tuhan yang berinisyatif menanamkan Firmannya kedalam hati bangsaNya,sehingga bangsaNya patuh kepada perintahNya.Tuhan yang membuat firman itu berakar dalam hati bangsaNya sehingga bangsaNya patuh kepada undang undang Tuhan. Menuliskan dalam hati sehingga tetap dapat dibaca dan diingat akan perintah Tuhan itu.Firman Tuhan itu akan mendarah daging dalam kehidupan mereka. Perjanjian Baru telah digenapi yang di ikat dengan penebusan darah AnakNya Yesus Kristus.Perjanjian yang baru ini bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel saja melainkan bagi semua yang percayakepadaNya. Kita semua yang telah ditebus oleh Yesus Kristus,tentu kita mengingat pengorbananNya yang begitu besar untuk kita,Dia mengasihi kita dengan kasih yang tiada bandingnya,Dia juga tetap setia terhadap kita,walaupun kita sering berbuat jahat melalui perbuatan,fikiran dan perkataan kita tetapi Allah tetap mengampuni kita.KasihNya dan kesetianNyakepada kita anak anakNya begitu luar biasa sehingga kita diampini dari dosa dosa kita. Sebagaimana bangsa Israel tadi berkali kali mereka melanggar perentah Allah,sebanarnya kita juga didalam perjalanan hidup kita sekarang ini demikian juga,mungkin bentuk pelanggaran itu yang berbeda,kalau dulu bangsa Israel menyembah berhala berhala,mungkin sekarang berhalanya dalam bentuk materi,jabatan dll. Perjanjian yang baru itu,memotivasi kita supaya kita berjuang melawan dosa dan mematuhi perentahTuhan sebagai jawaban iman percaya kita kepada Tuhan.Kita lebih bersemangat lagi untuk bersaksi tentang Kebaikan Tuhan didalam hidup kita. Lebih giat lagi memberitakan Firman Tuhan,dan menyatakan tidak allah allah yang lain yang kita sembah seyakatan Allah yang telah memilih kita menjadi anakNya. Amen

"Hiduplah di dalam Roh” Roma 8:1-10

Ada dua hal yang menghinggapi manusia yang saling bertentangan dan kedua kubu itu sangat bertolak belakang yakni antara Daging – Roh. 1. Daging menggambarkan manusia yang terikat, apabila dibiarkan manusia itu tidak dapat lepas dan tetap terikat, kalau dengan kemampuan sendiri manusia tidak akan mungkin dapat menolong dirinya. Ciri manusia yang hidup didalam keinginan daging adalah orang yang hanya mencukupkan diri dengan hidupnya yang hanya berpusat pada dirinya sendiri. Hidup dalam daging hanya berpusat kepada penghayatan hidup yang mengantar kepada kematian. Karena makna kematian, adalah merupakan pengasingan definitif dari Allah. Kematian adalah kekekalan berpisah dari Kasih Allah. Ciri kehidupan orang yang berorientasi pada keinginan daging adalah : tidak memerlukan Allah, tidak tunduk kepada seluruh perintah Allah, tidak ada ketaatan kepada Allah dan tidak memikirkan untuk menyenangkan hati Allah hidupnya untuk menyenangkan dirinya dan orang yang ada disekitarnya. 2. Roh menggambarkan pribadi yang terikat tetapi dipimpin oleh kekuatan yang memberi hidup yaitu Roh Allah. Manusia yang hidup didalam Roh Allah berpengharapan bahwa tiba saatnya ada kebangkitan dan yang membangkitkan semua manusia untuk dihakimi tetapi bagi yang mengenal Yesus akan bersama sama dengan Dia dalam kekekalan disebelah kanan Allah Bapa di surga. Konflik antara Daging dan Roh itu selalu terjadi walaupun kita sudah mengikut Yesus. Ada yang menyatakan bahwa bagi pengikut Yesus konflik antara daging dan roh akan hilang dan manusia hanya dipimpin oleh Roh Allah, pernyataan itu tidaklah benar. Mari kita perhatikan surat-surat Paulus penuh dengan indikasi perang rohani yang selalu terjadi dalam diri orang percaya. (lih. Rm7). Benar bahwa pada kenyataannya kegagalan demi kegagalan sering kita perbuat. Memang ada kemenangan yang tersedia bilamana kita memberi diri dipimpin oleh Roh Allah. 3. Apa makna “orang percaya dimpimpin oleh Roh Allah?” Dengan memberi diri kita dipimpin Roh, kita tidak hidup dibawah hukum Taurat artinya: Hukum Taurat tidak lagi mendakwa mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus. Artinya selama kita dipimpin oleh Roh Kudus, hidup kita berkenan kepada Allah, bahkan sesuai dengan tuntutan hukum Taurat. Bukan karena kita tidak berbuat dosa tetapi karena kita tersembunyi didalam Kristus. Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh oleh tiap tiap orang percaya. (Rm 10:4) Dengan kata lain barang siapa yang ada didalam Kristus dia sudah menggenapi hukum Taurat. Karena itu Paulus didalam Rm 8:1 “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada dalam didalam Kristus.” Kuasa dosa sudah disingkirkan dari mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus. Kutuk hukum Taurat telah diambil oleh Yesus Kristus di kayu salib, atau dengan kata lain selama kita dipimpin oleh Roh Kudus kita tidak perlu diombang ambingkan oleh dosa. Oleh sebab itu hidup kekristenan yang sebenarnya adalah hidup dalam kemenangan atas dosa. 4. Apakah ”keinginan daging” itu ? Kalau dilihat dari segi tingkah laku dan perbuatan manusia maka: Perbuatan daging adalah perbuatan yang nyata disaksikan semua manusia yang merefleksikan daging manusia yang keluar dari hati yang jahat sebagaimana manusia keturunan Adam. Bisa jadi perbuatan daging tidak sama pada semua orang namun demikian daging tetap daging apabila tidak dipimpin Roh Kudus. Malahan firman Tuhan justru sebaliknya, manusia jahat najis dari lahir dan juga akan mati dalam keadaan itu, kecuali ia bertobat dan menerima Roh Kudus. Atas dasar ini kita menolak ajaran humanisme yang mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Mari kita perhatikan pada : Roma 5:12 “Sebab itu sama seperti dosa telah masuk kedalam dunia oleh satu orang (maksudnya Adam), dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Secara rinci Paulus menjelaskan ini di Gal 5:19-21: Paulus memberikan daftarPerbuatan Daging ada 15 point : Perbuatan2 Seks : 1. Percabulan , 2. Kecemaran , 3 Hawa nafsu Perbuatan2 Agamis :4. Penyembahan berhala 5. Sihir Perbuatan2 yang berhubungan dengan orang lain : 6. Perseteruan, 7. Perselisihan 8. Iri hati 9. Amarah 10. Kepentingan diri sendiri 11. Percideraan 12. Roh pemecah 13.Kedengkian Perbuatan2 Semberono:14. Kemabukan 15. Pesta pora, dan sebagainya. Dengan kata lain: Barang siapa melakukan hal-hal tersebut diatas membuktikan bahwa mereka dikuasai oleh daging, mereka belum menjadi milik Kristus yang dipimpin Roh Kudus dan tidak berhak menerima Kerajaan Allah. Kalau kita mau jujur maka kita semua akan gemetar atas hal itu karena dalam daftar tadi pasti ada yang yang menjadi pergumulan kita. Walaupun kita sudah menerima Yesus Kristus secara pribadi dan meyakini pengampunan dosa. Kita pernah gagal didalam perang melawan keinginan daging, masih ada kemenangan kalau kita mau kembali dipimpin oleh Roh, lain soal dengan mereka yang sengaja hidup didalam perbuatan-perbuatan daging sebagai kebiasaan yang tidak mau ditinggalkan. 5. Apakah ”keinginan Roh” itu ? Keinginan Roh diimputasikan kepada kita pada waktu kita dilahirkan kembali atau ketika kita mengaku bahwa pemilik kita adalah Yesus Kristus. Keinginan roh adalah kebalikan keinginan daging kita perhatikan Gal 5: ayat 24 : “ Barang siapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” Tanda – tanda sesorang dipimpin oleh Roh Kudus adalah hubungannya yang baru dengan orang lain yakni janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki “ Tidak gila hormat, tidak saling menantang, tidak saling mendengki, artinya saling menanggung bebanlah kamu, saling hormat menghormatilah kamu, saling mendukunglah kamu, saling mengasihilah kamu. Apakah kita sudah mempunyai hubungan seperti ini ? Kalau kita sebagai anggota sudah berbuah Roh tentu persekutuan jemaat kita juga berbuah Roh, Gereja kita penuh dengan buah Roh. Apakah Gereja kita sudah penuh dengan buah Roh ? Dengan demikian apabila kita mau hidup dalam Roh yang menuntun kita melewati kehidupan tiba pada kematian didunia tetapi Yesus membangkitkan maka tidak bisa ditawar lagi bahwa: Kita harus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Kitalah secara aktif melakukan penyaliban daging itu, kalau tidak kita lakukan maka buah-buah roh itu terhalang pertumbuhannya. Yesus berkata yang dicatat di Mrk 8:34. “ Setiap orang yang mau mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya dan mengikut aku”. Pada zaman Tuhan Yesus hidup penjahat yang dihukum mati yang disuruh memikul salibnya sendiri sampai ditempat hukuman mati. Kematian di kayu salib adalah kematian yang mengerikan dan menyakitkan dan jarang langsung mati dan dilakukan bagi penjahat yang pengampunan hukumnya tidak ada lagi. Setiap pengikut Kristus harus melakukan persis seperti penjahat yang dihukum mati, memikul salib sampai diekskusi, dipakukan dibiarkan sampai mati. Bedanya penjahat dan kita adalah penjahat dipaksa oleh eksekutor, sedangkan kita atas kesadaran sendiri. 6. Apakah yang menjadi ”pegangan kita”saat ini ? Yang harus kita fahami dan pegang teguh adalah: Selama kita didunia ini kita akan selalu mengalami tarikan antara ”keinginan daging” dan ”keinginan Roh” yang saling berlawanan. Kemenangan masih tersedia bagi kita yang mau ”menyalibkan keinginan daging” berupa segala hawa nafsu dan kita membuka diri untuk ”didiami oleh Roh Kudus”. Tugas kita setiap hari mengambil waktu untuk merenungkan apa yang sudah dianugrahkan oleh Allah yang telah menjadi milik kita dan taatlah serta hiduplah menurutNya. Kalau memang benar kita sudah menyalibkan daging kita baiklah kita biarkan keinginan daging itu terpaku di kayu salib. Jangan lagi coba-coba untuk melepaskan paku-paku itu. Kalau kita merasa bahwa kita belum menyalibkan daging kita sekarang segeralah salibkan karena waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita. Oleh sebab itu kalau kita dicobai oleh iblis untuk melakukan kehendak daging kita harus berkata dengan tegas : “Aku ini milik Kristus, aku telah menyalibkan keinginan dagingku. Tak ada lagi pikiranku untuk menurunkannya dari salib itu” Kiranya Tuhan Yesus menguatkan kita melawan keinginan daging itu. Amin