Kamis, 19 September 2013

"Berdamai dengan Alam Berdamai dengan Tuhan"

Pendahuluan: Bumi telah memasuki babak baru yang menggelisahkan. Pemanasan global yang kini menjadi isu bersama yang menghentakkan sehingga kita dalam posisi penuh tanya. Apakah betul manusia diberi kuasa atas bumi? Berdamai dengan Alam,adalah satu bukti bahwa kita Berdamai dengan Pencipta-Nya Alam yang sekian tahun dikelola dan seperti “terkendali” di tangan manusia kini bergerak liar. Hujan, badai, erosi, longsor yang tidak terduga seperti mempertanyakan ulang hubungan manusia dengan alam. Apakah perintah Allah dalam Kej. 1:28b,“penuhilah bumi dan taklukanlah itu,” . Semuanya Baik Seharusnya orang Kristen pahami bahwa ketika menciptakan alam semesta, Allah melihat semuanya baik. Itulah kata kunci dari segala keluhan manusia. Dalam perkembangannya teologi Kristen menginterpretasikan dengan keliru. Kata kuasai dikonotasikan bebas untuk mengeksploitasi alam. Akibatnya melewati ambang batas ekosistem dan rusak. Tentang hal ini, ada dua hal yang perlu dimengerti. Zaman dahulu, kosa kata yang bisa diterjemahkan ke arah pelestarian belum ada. Yang kedua, dalam suasana yang masih utuh dan berlimpah terjadi kepicikan manusia yang kurang perduli. Sebetulnya, dalam Kej. 2:17, ketika Allah melarang manusia memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, Dia telah meletakkan dasar-dasar ilmu Ekologi. Bahwa ada sesuatu yang tidak boleh dilanggar. Kalau dilanggar ada akibatnya. Ternyata manusia melanggar dan kita semua merasakan akibatnya. Musuh Berbahaya Beberapa bulan belakangan ini banjir merendam sebagian wilayah Indonesia. Meski tidak sedahsyat beberapa tahun yang lalu. Ini harus disadari sebagai konsekuensi pelanggaran manusia. Mayoritas wilayah Indonesia berada dalam daerah tangkapan hujan. Seharusnya air yang turun dari atas, jatuh ke pohon. Energi kinetisnya yang turun dari atas melambat. Kemudian mengalir lewat batang dan turun masuk ke akar. Akar membantu menginfiltrasi air masuk ke dalam tanah. Infiltrasi itu masuk ke dalam perut bumi. Nah, seharusnya inilah yang terjadi. Akan tetapi, karena penebangan liar oleh manusia, tanah menjadi gundul. Air hujan yang turun mengalir di atas tanah. Karena debu-debu menutup pori-pori tanah. Sehingga penyerapan tidak terjadi. Dengan kecenderungan mencari tempat yang rendah terjadilah banjir. Proses hujan berlangsung begitu terus. Longsor, erosi, dan lain sebagainya yang ditimbulkan alam disebabkan oleh tangan manusia yang tidak mau melestarikan alam. Alam adalah sekutu manusia. Ditemani akan bersahabat, dijahati akan menjadi musuh. Bukan hanya berhenti sampai menjadi musuh, namun menjadi musuh yang berbahaya. Maka manusia harus berdamai dengan alam. Akal Budi Ketika manusia hidup dalam Tuhan, menuruti Alkitab sebagai aturan-Nya, akal budi yang dari Tuhan akan mengantarkan manusia untuk bijaksana memanfaatkan alam. Contohnya adalah Yusuf dalam Kej. 41. Putra kesayangan Yakub ini menghindarkan Mesir dan dunia pada masa itu dari kelaparan. Tujuh tahun masa berlimpah, Yusuf membangun gudang dan mengisinya dengan gandum di banyak tempat. Ketika musim kemarau tiba dan mencekik manusia, Yusuf sudah punya solusinya. Kembali ke awal penciptaan. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. (Kej. 1:31b). Jangan melanggar! Terkait dengan konteks kita sekarang berdamai dengan alam harus kita lakukan. Berdamai dengan alam berarti juga berdamai dengan pencipta-Nya. Tuhan mau kita berdamai dengan alam, kita harus menghormati alam. Karena alam pun ciptaan-Nya. Alam ditaklukkan bukan untuk dihancurkan. Tetapi juga dikelola untuk manusia. Dan manusia bukan hanya kita, melainkan masih ada anak, cucu, dan keturunan kita. Seharusnya manusia bertanggung jawab mengelola yang Tuhan kuasakan kepada kita.

Selasa, 10 September 2013

Khotbah Minggu 29 September 2013 Matius 25:34-40 Thema: “Melakukan Kebajikan Bagi Orang yang Hina”

Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Ayat 40) Nats Khotbah kita ini seringkali dijadikan landasan atau dasar rujukan dalam mengingatkan dan mendorong orang kristen untuk melaksanakan perintah agung Tuhan Yesus yang kedua yakni mengasihi sesama manusia (Mat. 22:39). [Bagian ini (Mat. 25:31-46) menekankan bahwa Injil selalu berkaitan dengan berbagai implikasi sosial]. Dengan demikian, orang percaya mempunyai kewajiban untuk menunjukkan kepedulian sosialnya terhadap kaum yang kurang beruntung secara sosial dan ekonomi. Mereka yang berstatus sosial rendah karena dibelenggu oleh kemiskinan, berpendidikan minim sebab tidak ada biaya untuk membayar uang sekolah, kekurangan makanan dan minuman, yang hidup di gubuk reyot atau tuna wisma, menjadi pengangguran karena tidak ada kesempatan kerja, dan berbagai kondisi sosial mengenaskan lainnya adalah objek yang patut untuk merasakan kehangatan kasih kristiani secara konkret. Di manakah mereka? Ada dekat di sekitar kita! Namun kerapkali terlupakan dan terlewatkan oleh lawatan kasih para pengikut Kristus. Secara lebih spesifik, ayat yang dipakai untuk menggugah kesadaran sosial dan mengetuk pintu nurani orang kristen supaya tergerak melakukan tindakan kasih ialah ayat 40 yang berbunyi, “...sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (lihat juga ayat 45). Perkataan Kristus inilah yang menjadi titik tolak lahirnya penafsiran dari perspektif sosial. Di sini terbaca dengan jelas bahwa Tuhan Yesus mengidentikkan diri-Nya dengan mereka yang dililit oleh kekurangan (the needy). Bahkan realita yang lebih menggetarkan hati adalah kaum miskin ini telah diterima dan diakui sebagai saudara oleh Kristus sendiri. Pada saat sekarang ini, Tuhan Yesus adalah satu pribadi yang tidak terlihat secara lahiriah oleh mata jasmani kita. Tetapi itu tidak berarti Ia absen dalam dunia ini. Kristus tetap hadir, dan terlebih penting lagi Ia telah menampilkan kehadiran-Nya di dalam dan melalui keberadaan rakyat jelata yang hidupnya jauh berada di bawah garis kecukupan. Dengan jiwa yang dipenuhi oleh luapan pergolakan simpati sosial, Tuhan Yesus dapat merasakan kelaparan dan kehausan tatkala orang miskin menderita kekurangan makanan dan minuman untuk mempertahankan hidup mereka. Kristus menjadi orang asing yang tidak memiliki tempat berteduh dalam diri mereka yang “homeless” (tuna wisma). Ia juga menggigil kedinginan di tengah mereka yang tidak mempunyai selembar baju untuk menutupi ketelanjangannya. Yesus mengerang kesakitan di antara pribadi-pribadi yang sedang sekarat di rumah sakit atau tempat-tempat lainnya. Ia juga mengalami kesendirian yang sepi dan kesepian yang tersendiri pada diri orang-orang yang terhukum dalam penjara pengap karena ketidakadilan. Kenyataan pahit dan memilukan hati inilah yang dirasakan oleh Kristus dalam pengalaman pengidentikkan diri-Nya dengan golongan papah. Nyatalah bahwa Ia tidak hanya berkenosis untuk tujuan soteriologis melainkan juga demi untuk misi sosial, yaitu keberpihakan pada golongan yang diremehkan oleh dunia. Ayat-ayat dalam perikop ini, khususnya ayat 40 dan 45, nampaknya memiliki daya dorong psikologis yang kuat untuk menggedor pintu hati orang kristen agar terbuka, berkomitmen dan terlibat dalam tindakan nyata yang dapat meningkatkan harkat dan martabat kaum prasejahtera melalui perbaikan kondisi kehidupan mereka (pengentasan kemiskinan). Jika orang miskin yang hina karena berada pada posisi terendah menurut skala sosial masyarakat adalah saudara-Nya Kristus dan Ia menjadi akrab dengan pergumulan dan penderitaan mereka, apakah realita ini tidak cukup keras berbicara untuk membuat hati kita tersentuh dan mau berbuat sesuatu yang terbaik bagi-Nya? Benarkah kita sungguh-sungguh mengasihi Kristus? Kalau kita mengasihi Dia dengan segenap hati dan sepenuh jiwa, maka, akankah Dia dibiarkan menderita kelaparan dan kehausan? Masakan kita menelantarkan-Nya sebagai orang asing yang tidak punya tempat tinggal? Tegakah kita melihat-Nya gemetar kedinginan karena tidak berpakaian? Tidakkah kita akan melawat-Nya dengan pelayanan yang sebaik-baiknya? Seorang pengikut Kristus sejati pastilah memiliki kerinduan jiwa yang kuat untuk berusaha secara maksimal melakukan hal-hal yang terbaik dalam menyenangkan hati-Nya. Bagaimana caranya? Dengan menunjukkan caring terhadap saudara-Nya, yakni orang-orang miskin. Karena, melalui kenosis sosial-Nya, maka semua tindakan, perhatian dan kepedulian kita terhadap orang miskin pada hakikatnya adalah “…kamu telah melakukannya untuk Aku,” demikian kata Kristus. Namun, apakah hal-hal terindah dan terbaik sudah dialami oleh Kristus? Ternyata tidak! Karena masalah kemiskinan tetap menjadi fakta yang menyolok dalam realita kehidupan saat ini. Penutup: Sekalipun Tuhan telah berjanji kepada Nuh tidak akan mendatangkan air bah lagi, tetapi hujan lebat sering membuat beberapa daerah seakan tenggelam, ini menjadi satu tanda peringatan bahwa manusia semakin serakah dan tidak pernah merasa cukup. Melalui bencana2 itu Tuhan mempunyai maksud supaya kita berbagi kasih. Perhatian dan kepedulian kita sebagai orang percaya haruslah nyata kepada siapapun yang terkena musibah dan bencana. Dalam matius 25:34-40 "Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang disebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku". Ayat-ayat ini sedang berbicara kepada kita tentang kepedulian yang harus kita tunjukkan kepada sesama kita bahkan kepada orang-orang yang paling hina dan membutuhkan pertolongan. Kasih yang nyata lebih kuat dari ribuan khotbah tentang kasih. 1. Kasih dan bentuk kepeduliaan seperti apa yang diinginkan oleh Yesus? 2. Sudahkah saudara mempraktekkan jenis kasih ini dalam hidupmu? Dalam Yesaya 58:6-7 "Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdakakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa kerumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engaku melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!". Sudahkan kita mengasihi secara horizontal yaitu sesama manusia? Tuhan mau memperingatkan kita semua, tidak peduli yang belum bertobat ataupun anak Tuhan, supaya jangan serakah. Sekrang saatnya kita diberi kesempatan mempraktekkan kasih Tuhan yang ada dalam kita secara kongkrit yang dapat dilihat dunia. Doa: Tuhan Yesus, saya mau mengulurkan tangan saya dengan apa yang saya miliki untuk dibagi kepada mereka yang membutuhkannya. Amin

Minggu, 08 September 2013

Khotbah Minggu 22 September 2013 Kisras 4: 23-31 Thema: “Memberitakan Firman di Tengah2 Bangsa Yang Lain”

Pendahuluan: Para pengkritik Alkitab menyatakan bahwa mujizat adalah sesuatu yang tidak masuk akal, jadi tidak mungkin terjadi. Atau kalaupun terjadi, itu dulu. Sekarang mujizat sudah tidak dikerjakan Tuhan lagi. Tentu saja anggapan-angapan itu adalah anggapan kosong yang dibantah oleh banyak ayat di dalam Alkitab yang menegaskan tentang mujizat. Kita percaya bahwa mujizat masih berlangsung sampai akhir zaman. Bagaimana mujizat bisa terjadi? 1. FAKTOR KEMAHAKUASAAN ALLAH Dalam ayat 24 disebut tentang Allah yang “menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.” Ini adalah pengakuan tentang kemahakuasaanNya. Ia tidak dibatasi oleh apapun untuk mengerjakan mujizatNya. Kalau Allah mahakuasa maka mustahil Ia tidak bisa melakukan mujizat. Sebaliknya, justru karena Ia mahakuasa, maka harapan kita akan mujizatNya tidak akan sia-sia. Ia melakukan mujizat yang kreatif. Ceritakanlah pengalaman tentang mujizat yang dibuat Allah dalam hidup Anda! 2. FAKTOR KERINDUAN MANUSIA Kemahakuasaan Allah akan termanifestasi dalam kerinduan manusia. Kerinduan kita muncul dalam dua hal: a. IMAN. Dalam pengajaran Yesus kepada murid-muridNya terdapat beberapa contoh tentang pentingnya iman. Seorang perempuan yang sembuh dari pendarahan, kesembuhan hamba seorang perwira, pohon ara yang kering, dan masih banyak hal lain; menegaskan bahwa mujizat terjadi jika manusia percaya dan beriman. Iman bukan saja masalah percaya, tetapi mempercayakan. Beban apakah yang sedang Anda hadapi? Sharingkan di dalam kelompok! b. DOA. Petrus dan Yohanes dalam nats ini menceritakan tentang pergumulan yang terjadi dalam kehidupan gereja mula-mula. Lalu mereka mengambil langkah untuk berseru kepada Allah di dalam doa. Dan doa yang mereka naikkan tersebut membawa hasil yang sangat luar biasa. Ketika umat-Nya berseru dalam doa, Allah turun tangan menyatakan jawaban-Nya. Kuasa itu turun saat mereka berdoa. Roh Kudus bekerja luar biasa, saat mereka tekun bersehati didalam doa saat itu Roh Kudus mencurahkan kuasaNya dan keberanian itu timbul, bukan saja keberanian tetapi juga tanda-tanda dan mujizat, sehingga banyak orang dijamah oleh kuasa tersebut dan mereka bertobat. Dalam Kisah Rasul 5:12-16, menuliskan betapa hebatnya kuasa yang bekerja didalam hidup mereka. Demikian juga dengan kita saat ini, Roh Kudus bukan sudah undur, tetapi tetap sama seperti saat pertama kali dicurahkan diatas loteng Yerusalem. KuasaNya tetap sama seperti sedia kala, tetapi bedanya sekarang sudah jarang umatNya yang sehati didalam doa (Yesaya 30:15). Seberapa penting doa, didalam pertemuan ibadah? Doa hanya sebuah hiasan disaat pembukaan liturgi ibadah dan penutup liturgi ibadah, segelintir orang ditugaskan berdoa dengan sebutan doa kawal. Apa yang dikawal? Bukankah pertemuan ibadah itu adalah pertemuan didalam doa-doa sehati? Dapatkah petemuan ibadah kita jaman ini membangkitkan kuasa Allah? Banyak umat Kristen memberitakan injil bukan dengan kuasa, tetapi dengan hikmat, ilmiah, masuk akal dan dengan cara-cara yang “smart”. Pernakah rasul-rasul dan Yesus mengajarkan memberitakan injil dengan cara hiburan? Mengadakan pertunjukan enterteiment untuk menarik hati anak manusia sehingga mau mengenal Yesus? Memewahkan tempat pertemuan sehingga menarik kaum tersesat? Memasukan hiburan dan selera muda untuk menjangkau orang muda? Bacalah 2 Timotius 2:22, kita malah diajarkan untuk menjauhi nafsu orang muda, tetapi sekarang gereja telah “dilengkapi” dengan nafsu orang muda, penuh dengan selera muda, nuansa club dan pub. Dapatkah semua itu menobatkan orang, membawa mereka didamaikan dengan Allah lewat Yesus Kristus? Hanya kuasa Roh Kudus yang dapat menjamah dan mengubah hidup seseorang. Ya hanya kuasaNya saja. Yesus bukan subtitusi hiburan duniawi, tetapi Yesus adalah jalan menuju kehidupan. Penutup/Kesimpulan Jangan pernah takut memberitakan Injil ini pesan moral yang kita dapatkan. Injil harus diberitakan, karena : • Perintah Tuhan Yesus (Mrk 1 : 17, Mat 28 : 19-20) • Keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus (Yoh 14:6; Kis 4:12) tugas setiap orang percaya untuk memberitakannya. • Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Roma 1: 16) • Penginjilan adalah focus pelayanan Kristus “Bersaksi sebagai gaya hidup“ Amen

Khotbah Minggu 15 September 2013 I TIMOTIUS 1:12-17 Thema: "Hidup yang Kekal"

PENDAHULUAN Kesaksian dan Injil Paulus (1:12-16). Terdiri atas dua bagian; (1) 12-14 dan (2) 15, 16. Kedua bagian ini kedudukannya sejajar dengan menekankan keadaan Paulus pra-pertobatan; dan kemudian di dalam masing-masing bagian titik balik dan kontrasnya dikemukakan dengan, “Tetapi aku telah dikasihani-Nya.” Doksologi yang dihayatinya dalam bagian Pendahuluan surat ini (ay. 17) tampil sebagai klimaks yang cocok dalam kesaksian Paulus ini. Ayat 13. Ganas. Orang yang bengis, angkuh, penuh angkara; si “pembenci Allah”. Ayat 14, 16. Aku dikasihani. Kembali Paulus menyajikan kontras yang dramatis di antara ketidaklayakannya dengan kemurahan Kristus, dengan tambahan karena itu yang menjelaskan kata agar: agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Renungan: Dalam renungan kita pada pagi ini, dijelaskan bahwa Paulus dalam kehidupannya, sebelum menerima Kristus penuh dengan dosa, kejahatan, menganiaya orang-orang Kristen, dan tidak percaya kepada Kristus (Kis. 8-1-3) I) Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa (ay 15). 1) Ay 15 ini menunjukkan bahwa orang berdosa membutuhkan keselamatan, dan kalau tidak mendapatkannya, mereka akan terhilang / masuk ke neraka selama-lamanya! Disamping itu, secara tidak langsung 1Tim 1:15 ini menunjukkan bahwa kalau Yesus tidak datang ke dunia, maka umat manusia tidak akan bisa selamat. Penerapan: Jangan mencari jalan keselamatan di luar Kristus. Kalau mau selamat, datanglah dan percayalah kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan. 2) Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang baik (bdk. Mat 9:9-13). Sebetulnya, ditinjau dari standard Allah, yaitu Kitab Suci, tidak ada orang baik (Roma 3:10-12,23). Tetapi ada banyak orang, yang sekalipun berdosa, tetapi tidak merasakan dosa-dosanya. Orang seperti ini tidak bisa diselamatkan (bdk. Luk 18:9-14 Yoh 9:39-41). 3) Kata-kata ‘menyelamatkan orang berdosa’ (bdk. Mat 1:21) mencakup penebusan dan pengampunan dosa, dan juga pembebasan dari perbudakan dosa (Ro 7:24-25 Gal 5:1 Yoh 8:34-36 1Pet 2:24). II) Paulus ikut diselamatkan sekalipun ia yang paling berdosa. 1) Kejahatan / dosa-dosa Paulus. Kata ‘penghujat’ (ay 13a) menunjukkan bahwa ia dulunya mengucapkan kata-kata yang menghina Kristus; sedangkan ‘penganiaya’ dan ‘orang ganas’ (ay 13a) menunjukkan bahwa ia dahulu adalah seorang penganiaya dan bahkan pembunuh orang kristen (bdk. Kis 7:58 8:1a 9:1-2,5,13-14 22:3-5 26:4-12 Fil 3:6). 2) Sekalipun Paulus jahat, ia tidak sampai menghujat Roh Kudus. Kata-kata ‘semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman’ dalam ay 13b menunjukkan bahwa sekalipun Paulus menganiaya dan menghujat, tetapi ia tidak sampai menghujat Roh Kudus (bdk. Mat 12:31-32), karena ia melakukan semua itu tanpa pengetahuan, atau di luar iman. Bandingkan kata-kata ‘tanpa pengetahuan’ ini dengan: • Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’.”. • Kis 3:17 - “Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”. Dalam kasus Paulus ini, ketika ia melakukan penganiayaan, ia mengira bahwa ia sedang melayani Tuhan (Kis 26:9-10 bdk. Yoh 16:2). 3) Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling berdosa. Ay 15b: ‘dan di antara mereka akulah yang paling berdosa’. Macam-macam penafsiran tentang bagian ini: a) Paulus terlalu keras kepada dirinya sendiri. Ia menganggap dirinya adalah orang yang paling berdosa, padahal sebetulnya tidak demikian. Tetapi pandangan ini bertentangan dengan ‘infallibility of the Scripture’(= Ketidakbersalahan Kitab Suci). b) Aku termasuk dalam grup orang yang paling berdosa. Bdk. Kis 28:17 dimana kata ‘terkemuka’ di sana menggunakan kata Yunani yang sama. c) Kata-kata Paulus di sini merupakan suatu Hyperbole. Bandingkan dengan 2 Raja 17:10 yang juga merupakan suatu Hyperbole. Penafsiran ini sesuai dengan kata-kata ‘dan di antara mereka’ dalam ay 15b, karena kata ‘mereka’ menunjuk pada orang-orang yang diselamatkan oleh Kristus. 4) Sekalipun Paulus begitu jahat ia tetap diselamatkan (ay 13b,15,16a). III) Kalau Paulus bisa diselamatkan, kitapun bisa diselamatkan. Ay 16 menunjukkan bahwa Paulus telah menjadi contoh bahwa orang yang sangat berdosapun bisa diselamatkan asal mau datang kepada Yesus. Calvin berkata: ketika ia, yang dahulunya adalah binatang yang galak dan buas, diubah menjadi seorang Pendeta / Pelayan, Kristus memberikan pertunjukan yang luar biasa tentang kasih karuniaNya, dari mana semua bisa dibimbing untuk mempunyai kepercayaan yang teguh bahwa tidak ada orang berdosa, bagaimanapun mengerikan dan buruknya pelanggarannya, mendapati bahwa pintu gerbang keselamatan telah tertutup baginya) . Pikiran kita selalu terdorong untuk melihat pada kelayakan kita; dan begitu ketidak-layakan kita terlihat, keyakinan kita tenggelam. Karena itu, makin seseorang tertekan / tertindas oleh dosa-dosanya, biarlah ia dengan makin berani membawa dirinya sendiri kepada Kristus, bersandar pada doktrin / ajaran ini, bahwa Ia datang untuk membawa keselamatan bukan bagi orang benar tetapi bagi ‘orang-orang berdosa. Catatan: kata-kata ini tentu tak boleh diartikan bahwa M. Luther menyuruh kita sengaja berbuat dosa. Kalau diartikan demikian akan bertentangan dengan Rom 6:1-2. Maksudnya adalah: sekalipun kita adalah orang yang sangat berdosa, iman kepada Kristus bisa mengatasi semua itu, dan karenanya kita harus tetap bersukacita. Penerapan: apakah saudara menyedari bahwa diri saudara sangat berdosa? Jangan menganggap bahwa itu merupakan keadaan tanpa harapan. Kalau orang seperti Paulus bisa diselamatkan, maka saudara juga bisa, asal saudara mau datang kepada Yesus. Maukah saudara datang kepada Yesus? IV) Orang yang sudah diselamatkan. Paulus yang sudah diselamatkan ternyata berubah! Dari mana kita melihat hal itu? 1) Sekarang ada iman dan kasih (ay 14b). Kata ‘iman’ dalam ay 14 bertentangan dengan ‘ketidaktahuan’ dan ‘diluar iman’ dalam ay 13, dan kata ‘kasih’ dalam ay 14 bertentangan dengan kata ‘penganiaya’ dan ‘seorang ganas’ dalam ay 13. 2) Juga dari ay 12 terlihat bahwa Paulus melayani Tuhan (bdk. Gal 1:23) dan ia bahkan bersyukur karena pelayanan yang dipercayakan kepadanya! Penerapan: Ada banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen yang tidak mempunyai cerita pertobatan untuk diceritakan. Tentu saya mengakui fakta bahwa sebagian orang datang kepada Kristus pada masa kecil, sebagai anak-anak; dan mereka hanya mempunyai ingatan yang kabur / tak jelas, atau tidak ada sama sekali, tentang apa yang terjadi pada saat itu. Kita tidak boleh mengabaikan pertobatan mereka karena mereka tidak bisa memberikan cerita yang jelas tentang hal itu. ... Jika seseorang melewati masa kanak-kanak dan menjadi remaja atau dewasa tanpa menerima Kristus, dan lalu akhirnya diyakinkan oleh Roh Allah tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman, dan ia berbalik kepada Tuhan dan mempercayaiNya sebagai Juruselamat, mereka harus mempunyai cerita pertobatan yang pasti / tertentu untuk diceritakan Dalam ay 17 Paulus memuji Tuhan. Pada umumnya orang kristen terlalu banyak meminta dan bersungut-sungut, tetapi kurang dalam memuji Tuhan, padahal sudah mendapatkan keselamatan. Marilah kita lebih banyak merenungkan keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita, dan juga ketidak-layakan kita untuk diselamatkan, supaya kita bisa lebih banyak bersyukur dan memuji Tuhan. Kesimpulan / penutup. Kalau saudara adalah orang yang belum diselamatkan, datanglah kepada Tuhan Yesus saat ini juga. Kalau saudara sudah diselamatkan, berubahlah, atau makin berubahlah, supaya hidup dan pelayanan saudara bisa lebih menyenangkan dan lebih memuliakan Tuhan. Amen.