Kamis, 08 September 2011

"Hubungan Mertua dan Menantu"

Hubungan Yang Benar antara Mertua dan Menantu
Kel. 18: 1-27 dan Rut 1: 11-19
POUK Kota Wisata 11 Sep 2011.

Ada sebuah pepatah mengatakan: "Setajam-tajamnya duri lidah buaya,
masih lebih tajam lidah ibu mertua." Pepatah ini menggambarkan
hubungan yang tidak akur antara menantu dan mertua. Untuk itu, bila
ada seorang istri yang menceritakan hubungannya dengan ibu mertuanya
cukup harmonis, maka komentar yang muncul adalah, "Wah hebat, kasus
langka!" Sebaliknya, jika diceritakan sang menantu perempuan yang
sering konflik dengan ibu mertuanya, maka komentar yang akan keluar
adalah "Ah itu sih, biasa!"

Sebuah studi mengatakan bahwa 60 persen hubungan mertua perempuan
dengan menantu perempuan berada di dalam ketegangan.Beda dengan Hub Mertua Laki2 dengan Menantu laki2 seperti Musa dan Yitro. Mengapa banyak hubungan mertua dan menantu kurang baik? Alasannya adalah:

1. Ibu mertua merasa anak lelakinya "diambil" oleh menantunya.
2. Ibu mertua merasa telah "disia-siakan" oleh anak lelakinya.
3. Ibu mertua merasa tidak "dirawat" karena anaknya memilih hidup
dengan orang lain.

Karena perasaan-perasaan itu, sering kali ibu mertua bersikap sinis,
galak, dan selalu mengkritik menantu perempuannya. Segala hal mengenai
menantu perempuannya dinilai kurang. Semua yang dilakukan menantunya
tidak memenuhi kualifikasinya. Sementara itu, istri merasa bahwa ibu
mertuanya terlalu ikut campur urusan rumah tangga mereka, selalu
mengkritik pekerjaannya, tidak pantas untuk anaknya, dsb.. Sikap ibu
mertua semakin menjadi-jadi jika dulu pernikahan anaknya itu tidak
direstui olehnya. Hal ini dapat menjadi alasan bagi ibu mertua untuk
"menjatuhkan" menantu perempuannya itu. Dalam kasus seperti ini sering
kali menantu perempuan menjadi pihak yang "kalah". Akibatnya menantu
perempuan sering mengeluh bahwa hidup dengan mertua perempuan bagaikan hidup dengan ibu tiri.

Bagaimana menjalin sebuah hubungan yang baik dengan mertua? Apa yang
harus dilakukan oleh menantu? Mari, kita belajar dari teladan Musa dan Yitro Rut dan Naomi tentang sikapnya terhadap mertuanya.

a. Rut menganggap mertuanya sebagai orang tuanya sendiri yang perlu
ditemani, dirawat, dan dikasihi. Perhatikanlah perkataan Rut kepada
Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan
tidak mengikuti engkau; ...." (Rut 1:16-17) Sikap Rut yang demikian
manis kepada mertuanya, diketahui dan dipuji-puji oleh banyak orang,
termasuk oleh Boas (Rut 2:11). Mertua Rut memang baik, tidak seperti
kebanyakan mertua sekarang. Namun, sikap yang menganggap mertua
sebagai orang tua sendiri perlu ditiru. Jadi, anggaplah mertua Anda
sebagai ibu Anda sendiri. Kasih ini harus Anda tunjukkan dengan
mengunjunginya secara teratur, dan menerimanya dengan ramah jika dia
datang berkunjung. Dengan demikian, ibu mertua Anda tidak merasa
disisihkan, apalagi disingkirkan. Jika Anda mengalami masalah,
terutama menyangkut kehidupan rumah tangga, cobalah meminta nasihat
kepada ibu mertua Anda. Tindakan ini akan membuat ibu mertua Anda
merasa dihargai. Di samping itu, dengan berkonsultasi kepadanya,
komunikasi Anda akan terjalin dengan indah dan harmonis, dan Anda akan disayangi mertua. Seperti Rut, ia mau mendengar nasihat mertuanya (Rut 3:5). Kita Bandingkan Sikap Musa terhadap Yitro…Ay. 7 Sujudlah Musa dan menciumnya.

b. Hargailah mertua Anda. Ingatlah bahwa mertua Anda adalah orang yang sudah membesarkan pasangan Anda. Oleh karena itu, berikanlah kepadanya penghargaan dan penghormatan, bagaimanapun buruknya dia. Kita harus menyadari bahwa orang tua sudah banyak berkorban dan kita harus menghargai pengorbanan mereka. Misalnya, kita mengingat ulang
tahunnya. Prinsipnya adalah buatlah hal-hal yang membuat mertua merasa dihargai. Bandingkan dengan Musa Atas petunjuk Yitro, Musa mendelegasikan tugas pelayanan kepada orang lain. Ada bagian yang tetap ia pegang sesuai kapasitasnya sebagai pemimpin utama, yang lain ia delegasikan kepada mereka yang memenuhi kriteria tertentu. Orang-orang tersebut perlu diperlengkapi dengan kebenaran firman Tuhan (ayat 20) serta memiliki kualitas karakter yang sepadan dengan tugas kepemimpinan itu (ayat 21). Kualitas itu antara lain: cakap atau terampil melayani, takut akan Tuhan, dapat dipercaya dan diandalkan, serta memiliki integritas tinggi.

Seperti Tuhan memercayakan tugas pelayanan dan memperlakukan kita sebagai partner-Nya, mari kita mengga-lang kemitraan dengan sesama anak Tuhan. Mereka yang memerlukan bimbingan, perlu kita dampingi dan beri kepercayaan. Mereka yang sudah mampu, perlu kita utus dan beri tanggung jawab. Mari bahu membahu melayani Tuhan kita.
c. Bijaksanalah terhadap tuntutan mertua. Mungkin mertua Anda benar
karena dia lebih banyak makan asam garam. Tuntutannya perlu
dipertimbangkan. Jika terjadi konflik, ingatlah bahwa mertua Anda
bukan musuh. Dia adalah ibu pasangan Anda.

d. Bersabar dan berdoa. Sebenarnya, ibu mertua tidak ingin sinis
terhadap Anda. Koreksi diri juga penting. Mungkin selama ini ada sikap
Anda yang membuat ibu mertua tidak berkenan. Ingat, jika Anda dapat
bersabar, selalu memberi perhatian, dan bersikap positif terhadap ibu
mertua, lama-lama ibu mertua pun akan lunak hatinya. Jika perilaku
negatif dibalas negatif, maka sering kali hasilnya tidak
menggembirakan. Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah sikap Iblis. Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah sikap dunia. Tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sikap anak-anak Tuhan.
=+Kisah ini berasal dari tradisi Elohista dan bersangkutan dengan ceritera tentang Musa di tanah Midian, Kel 2:11-4:31. Ada sementara ahli yang berpendapat bahwa tradisi Yahwista berasal dari Midian: di tanah Midian nama TUHAN (YHWH) dinyatakan kepada Musa, Kel 3:1 dst; Yitro adalah "imam di Midian", Kel 18:1, ia menyeru nama TUHAN, Kel 18:10, mempersembahkan korban kepadaNya dan mengetuai perjamuan yang menyusul, Kel 18:12. Tetapi apa yang dimaksudkan ialah: Yitro mengakui kebesaran dan kuasa TUHAN, hal mana tidak berarti bahwa YHWH adalah allahnya Yitro atau bahwa Yitro selanjutnya memeluk agama TUHAN meskipun tradisi barangkali mengartikan keterangannya begitu rupa sehingga Yitro dijadikan pemuja YHWH, Kel 18:12. "Gunung Allah", Yitro hanya datang ke situ mendapatkan Musa, lalu kembali ke negerinya sendiri,
Kel 18:2 - disuruh pulang Tidak ada ayat lain yang berkata bahwa Musa menyuruh isterinya pulang. Ini sebuah tradisi yang tidak bersangkutan dengan tradisi yang tercantum dalam Kel 4:19-20,24-26.
Fasal ini memuat tradisi tentang kaum-kerabat Musa serta hubungannja dengan suku Madianit, dan bermaksud djuga melukiskan terbentuknja susunan kemasjarakatan.
Pertemuan dengan Jetro ditjeritakan disini, kiranja karena umat Israel telah sampai dekat gunung Sinai (aj.5 jadi dalam wilajah kediaman Jetro .Mungkin sekali djuga sebelum Perwahjuan digunung Sinai sudah terasa kebutuhan adanja organisasi (walaupun amat sederhana), dan beberapa peraturan.
Dalam Kitab Sutji Musa terutama tampil kemuka dalam hubungannja dengan Tuhan. Hidup kekeluargaannja hampir-hampir tidak berperanan. Bahwa ia telah menjuruh isterinja pulang kerumah ajahnja, hingga kini belum pernah disebutkan.
Ada dua hal yang menjadi penyebab. Pertama, ternyata orang-orang Israel pada masa itu belum atau kurang mengerti firman Tuhan. Hal ini wajar karena Taurat belum ditulis waktu itu. Karena itu Musalah yang mengajarkan kepada mereka segala ketetapan dan perintah yang dia terima langsung dari Allah. Kedua, Musa adalah satu-satunya hakim bagi bangsa Israel, sehingga setiap permasalahan di antara mereka harus diselesaikan oleh Musa. Musa memang seorang pemimpin jempolan yang mampu mengurus bangsa secara keseluruhan sekaligus memperhatikan masalah perseorangan juga. Hal ini menunjukkan kasih dan perhatian seorang pemimpin kepada setiap pribadi yang dia pimpin. Namun di sini Musa harus belajar mengenali batas-batas kapasitas dirinya.
Kita telah banyak mendengar ketidakcocokan dan pertengkaran antara menantu dengan ibu mertua, ipar, dan saudara-saudara lainnya. Tetapi, marilah kita tinjau sebentar cerita Rut dan Naomi yang terdapat di dalam Alkitab (Rut 1:1-9). Mari kita melihat sebab-sebabnya sehingga hubungan yang luar biasa ini dapat terjadi. Peristiwa ini tidaklah mustahil dapat terjadi pada masa sekarang apabila kita hayati inti dari kebenaran cerita.
1. Iman Naomi yang tetap teguh
Naomi adalah seorang ibu yang beriman. Rut, menantunya, belum mengenal Allah yang benar. Naomi tinggal di negeri Moab yang kafir setelah ia pindah dari Israel. Imannya kepada Allah dilihat oleh menantunya. Kita tidak tahu bagaimana ia menunjukkan imannya kepada Allahnya, tetapi yang kita tahu dengan pasti ialah bahwa hati Rut telah diserahkan pada Tuhan. Naomi membuktikan iman yang tetap teguh meskipun di dalam kesulitan di tengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Allah yang hidup.
2. Kasih yang memenangkan
Kasih Naomi terhadap menantunya membuktikan imannya kepada Tuhan. Tidak ada kesempatan yang lebih besar lagi bagi seorang ibu Kristen untuk bersaksi tentang ibadahnya kepada Tuhan yang disembahnya di hadapan istri anaknya supaya terang keselamatan Tuhan bercahaya di dalam hati menantunya yang masih gelap.
Tidak ada cara lain yang lebih baik untuk menguji kerohanian seorang ibu selain dari mengasihi istri anaknya. Dan tiada cara lagi yang lebih baik untuk menguji keteguhan iman seorang ibu selain dari kasih yang diberikan menantunya.
Kasih yang memenangkan ini dapat dibuktikan kebenarannya, namun memerlukan waktu yang lama serta menghadapi berbagai kesulitan. Kasih dengan sendirinya tidak dapat dibatasi oleh keadaan-keadaan apa pun juga dari hubungan keluarga, karena Allah sendiri tidak dapat dibatasi. Manusia yang menutup hatinyalah yang membatasi kasih itu.
Amin. Pdt. R.H.L. Tobing